Saat terjadi gerhana matahari letak matahari bulan dan bumi adalah

Lihat Foto

AFP VIA BBC INDONESIA

Ilustrasi fase gerhana bulan pada 2010. [AFP VIA BBC INDONESIA]

KOMPAS.com - Gerhana bisa menjadi peristiwa astronomi yang spektakuler. Ada alasan bagus bahwa seluruh cabang pariwisata bermunculan guna melayani mereka yang ingin melihatnya.

Gerhana berikutnya akan terjadi pada 26 Mei 2021, gerhana bulan total yang akan terlihat dari Asia timur, Australia, melintasi Pasifik, dan Amerika.

Tapi ini hanyalah salah satu dari beberapa jenis gerhana.

"Secara umum, ada dua jenis gerhana, Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari," tulis Juan Carlos Beamín, astrofisikawan di Pusat Komunikasi Sains dari Universitas Otonomi Chile, dalam bukunya yang berjudul "Illustrated Astronomy".

Namun kemudian dia mencatat, "Secara teknis ada tipe ketiga yang meliputi dua bintang."

Berikut adalah uraian dari ketiga jenis dan variannya yang berbeda, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Minggu [23/5/2021]:

Baca juga: Gerhana Matahari Cincin 21 Juni, Begini Penampakannya di Negara-negara Lain

Gerhana matahari 

Lihat Foto

Via BBC INDONESIA

Ilustrasi gerhana matahari. [Via BBC INDONESIA]

Terkadang, saat Bulan mengorbit Bumi, dia bergerak antara Matahari dan planet kita, menghalangi cahaya dari bintang dan menyebabkan gerhana matahari.

Dengan kata lain, Bulan melemparkan bayangannya ke permukaan Bumi.

Namun, ada tiga jenis gerhana matahari, dan itu berbeda satu sama lain terkait bagaimana dan seberapa banyak, Bulan menutupi Matahari.

Merdeka.com - Dalam kehidupan tata surya, tentu saja selalu ada berbagai fenomena-fenomena alam yang menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Fenomena-fenomena alam ini bisa terjadi setiap periode waktu tertentu, maupun hanya terjadi setahun sekali. Salah satu fenomena alam langka yang hanya muncul satu tahun sekali adalah gerhana matahari total.

Fenomena gerhana matahari total sendiri terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Di sini, posisi bulan akan menutupi matahari secara penuh. Sehingga bagi manusia yang tinggal di bumi akan melihat cahaya matahari yang tiba-tiba hilang sejenak. Tidak heran jika pada fenomena ini, bumi akan menjadi gelap seperti malam hari.

Proses terjadinya matahari total ini mampu menyuguhkan penampakan alam yang luar biasa. Tidak heran jika hal ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Tidak sedikit orang yang penasaran dan ingin menyaksikan fenomena langka ini secara langsung. Namun perlu diperhatikan, saat menyaksikan gerhana matahari total tanpa menggunakan alat atau perantara maka bisa menyebabkan gangguan penglihatan.

Lalu seperti apa proses terjadinya gerhana matahari total serta dampak yang ditimbulkan? Dilansir dari situs ilmugeografi.com, berikut kami telah merangkum proses terjadinya gerhana matahari total serta dampaknya yang perlu diketahui.

2 dari 5 halaman

© ABC Houston

Sebelum mengetahui proses terjadinya gerhana matahari total, akan lebih baik jika mengetahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan fenomena gerhana matahari total. Gerhana matahari total merupakan fenomena yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus.

Di sini seluruh bagian matahari akan tertutup dengan bayangan bulan. Sehingga cahaya matahari akan menghilang secara total selama beberapa waktu. Dalam kondisi ini, bumi akan mengalami suasana yang gelap seperti malam hari. Ini menjadi salah satu peristiwa yang sayang untuk dilewatkan.

3 dari 5 halaman

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gerhana matahari total akan terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Proses terjadinya gerhana matahari total ini dapat dikatakan melalui beberapa tahap. Berikut kami telah merangkum penjelasan lengkapnya untuk Anda :

  1. Gerhana matahari total terjadi saat matahari, bulan, dan bumi terletak dalam satu garis lurus. Posisi ini didapatkan tidak lain karena bumi dan bulan sama-sama berputar melakukan revolusi mengelilingi matari. Kemudian pada waktu tertentu, baik bumi maupun bulan akan menempati posisi orbit yang sejajar hingga membentuk garis lurus.
  2. Setelah menempati posisi garis lurus, bagian belakang bulan yang tidak terkena sinar matahari akan membentuk bayangan sendiri, yaitu bayangan inti [umbra] dan bayangan samar-samar [penumbra]. Umbra biasanya terletak di belakang bulan membentuk kerucut. Kemudian penumbra berada di sekitar umbra yang bentuknya semakin melebar, seperti kebalikan dari kerucut.
  3. Kemudian, bayangan umbra dan penumbra akan mengenai permukaan bumi. Di sini, bagian permukaan bumi yang terkena bayangan umbra maka akan mendapatkan fenomena gerhana matahari total. Sedangkan pada permukaan bumi yang terkena penumbra hanya mengalami gerhana matahari sebagian. Biasanya, daerah yang akan dilalui gerhana matahari total, akan mengalami gerhana matahari sebagian terlebih dahulu.

4 dari 5 halaman

©REUTERS/Willy Kurniawan

Setelah mengetahui proses terjadinya gerhana matahari total, selanjutnya akan dijelaskan dampak dari gerhana matahari total itu sendiri. Seperti diketahui, gerhana matahari total dapat memancarkan sinar ultraviolet dalam jumlah yang banyak. Sehingga masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena langka ini dianjurkan untuk menggunakan alat atau perantara tertentu. Jika diabaikan hal ini bisa memberikan dampak bagi kesehatan mata. Selain itu, gerhana matahari total juga memberikan dampak lain yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut:

1. Menimbulkan Gangguan pada Medan Magnet Bumi

Dampak gerhana matahari total yang pertama dapat menimbulkan gangguan pada medan magnet bumi. Dalam hal ini, gravitasi pada medan magnet bumi biasanya akan mengalami masalah. Hal ini terjadi akibat pemanasan dan proses ionisasi di lapisan ionosfer dan atmosfer bumi menjadi terhambat karena proses gerhana matahari total yang terjadi. Dengan begitu, medan magnet atau gravitasi bumi menjadi tidak normal.

2. Menyebabkan Gangguan Penglihatan

Dampak gerhana matahari total selanjutnya dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Sebenarnya gangguan ini bukan didapatkan saat gerhana matahari total terjadi. Melainkan pada beberapa saat menuju gerhana matahari total tersebut. Di mana saat matahari hanya terlihat pinggirnya saja, di situ pula sinar ultraviolet mulai terpencar. Jika peristiwa ini tertangkap langsung oleh mata manusia tanpa perantara apapun, maka bisa menyebabkan kerusakan pada mata.

5 dari 5 halaman

Sejauh ini, terjadinya gerhana matahari total sudah dialami beberapa kali di berbagai belahan negara di dunia. Berikut deretan peristiwa terjadinya gerhana matahari total di dunia sejak 2001:

  • Tanggal 21 Juni 2001 di Afrika
  • Tanggal 4 Desember 2002 di Indonesia
  • Tanggal 23 November 2003 di Amerika
  • Tanggal 29 Maret 2006 di Eropa dan Asia Barat
  • Tanggal 1 Agustus 2008 di Eropa, Asia dan Afrika Selatan
  • Tanggal 22 Juli 2009 di Pasifik
  • Tanggal 11 Juli 2010 di Eropa Selatan
  • Tanggal 13 November 2012 di Amerika Selatan
  • Tanggal 30 Maret 2015 di Afrika dan Asia bagian Utara
  • Tanggal 9 Maret 2016 di Australia dan Kepulauan Pasifik
  • Tanggal 21 Agustus 2017 di Amerika Selatan

  • 02 Januari 2020
  • 9470
  • Share

Seperti yang kita ketahui pada tanggal 26 Desember 2019 terjadi fenomena alam yang jarang terjadi di Indonesia, yaitu Gerhana Matahari Cincin [GMC].

GMC melewati sebagian wilayah di Indonesia seperti Padang Sidempuan, Duri, Batam, Siak, Karimunbesar, Tanjung Batu, Bintan, Tanjung Pinang, Singkawang, Pemangkas dan Sambas. Sementara itu, wilayah yang lainnya akan mengalami gerhana matahari sebagian [GMS]. GMS bisa terlihat dari seluruh wilayah Indonesia, tergantung lokasi pengamatan. Di Jakarta sendiri, piringan matahari mencapai 72% dengan puncak gerhana sekitar pukul 12.36 WIB.

Gerhana matahari terjadi ketika Matahari - Bulan - Bumi berada pada satu garis lurus. Namun kesegarisan ini tidak terjadi setiap saat karena orbit Bumi mengelilingi Matahari tidak satu bidang dengan orbit Bulan mengelilingi Bumi, melainkan miring sekitar 5,1 derajat terhadap ekliptika. Karena kemiringan orbit Bulan inilah, gerhana Matahari hanya terjadi pada momen Matahari dekat dengan titik simpul orbit Bulan mengelilingi Bumi terhadap ekliptika [bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari]. Jadi, tidak setiap fase bulan baru, Bulan berada tepat sejajar dengan Bumi dan Matahari. Ada kalanya bayangan Bulan melintas di atas atau di bawah Bumi sehingga tidak terjadi gerhana.

Seandainya orbit Bulan dan Matahari sebidang, setiap satu bulan sekali akan terjadi gerhana Matahari dan gerhana Bulan silih berganti. Namun karena kenyataannya tidak demikian, maka kita harus menunggu konfigurasi yang tepat saat Bulan dan Matahari, dilihat dari Bumi, bertemu di titik pertemuan bidang ekliptika dengan bidang orbit Bulan.

Jika dibandingkan dengan Bumi, ukuran Bulan jauh lebih kecil. Selain itu jaraknya juga jauh. Oleh karena itu, saat gerhana Matahari hanya sebagian saja area di Bumi yang berada dalam umbra dan mengalami gerhana.

Gerhana Matahari dengan geometri yang persis sama di setiap gerhana akan terjadi lagi dalam rentang 18 tahun 11 hari 8 jam. Siklus ini dinamai siklus Saros. Gerhana yang terjadi dalam satu siklus Saros akan terjadi di titik simpul orbit yang sama dengan bulan berada pada jarak yang sama dari bumi dan di waktu yang sama. Lokasi terjadinya gerhana dalam satu siklus Saros akan bergeser atau tidak di lokasi yang sama.

Satu siklus Saros berlangsung selama 1226 - 1550 tahun dan terdiri dari 69 - 87 gerhana yang merupakan perpaduan gerhana sebagian, total, cincin, dan hibrida. Dari keseluruhan gerhana dalam satu siklus Saros, terdapat 40 - 60 perpaduan gerhana total, cincin, dan hibrida. 

Untuk gerhana matahari total [GMT], rata-rata GMT akan terjadi pada lokasi yang sama di bumi hanya satu kali dalam 375 tahun dengan durasi yang bisa lebih pendek atau lebih lama. Namun, waktu tersebut hanya perhitungan statistik. Pada kenyataannya, satu lokasi yang sama bisa mengalami GMT kurang dari 375 tahun atau bahkan bisa menunggu lebih dari 1000 tahun untuk mengalami kembali GMT. 

sumber: langitselatan.com

#GerhanaMatahariCincin 
#GMC26Desember2019 #PengamatanGMC #GerhanaMatahari #FenomenaSains #Kemenristek #RistekBRIN #PusatPeragaanIptek #PPIPTEK #IndonesiaScienceCenter #Indonesia

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề