Salah siji unsur crita rakyat yaiku unsur intrinsik apa tegese

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Cerita Rakyat – Pengertian, Jenis, Ciri, Struktur Dan Contohnya – DosenPendidikan.Com – Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya cerita rakyat ini mengisahkan mengenai suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia dan dewa.

Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang disetiap daerah dan menceritakan asal usul atau legenda yang terjadi disuatu daerah; cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat merupakan bagian dari dongeng.

Ciri-ciri cerita rakyat

  1. Cerita rakyat disampaikan secara lisan
  2. Disampaikan secara turun-temurun
  3. Tidak diketahiu siapa pertama kali membuatnya
  4. Kaya nilai-nilai luhur
  5. Bersifat tradisional
  6. Memiliki banyak versi dan variasi
  7. Mempunyai bentuk-bentuk klise dalam susunan atau cara pengungkapannya.

Baca Juga : Pengertian Dialektologi [Dialek] Lengkap Dengan Pembeda Dan Ruanglingkupnya

Fungsi cerita rakyat

  • Fungsi sarana hiburan yaitu dengan mendengarkan cerita rakyat sepeti dongeng, mite atau legenda, kita sekan-akan diajak berkelana ke alam lain yang tidak kita jumpai dalam pengalaman hidup sehari-hari.
  • Fungsi sarana pendidikan yaitu pada dasarnya cerita rakyat ingin menyampaikan pesan atau amanat yang dapat bermanfaat bagi watak dan kepribadian para pendengarnya.
  • Fungsi sarana penggalang rasa kesetiakawanan diantara warga masyarakat yang menjadi pemilik cerita rakyat tersebut.
  • Fungsi lain lagi dari cerita rakyat adalah sebagai pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita rakyat terkadang ajaran-ajaran etika dan moral bisa dipakai sebagai pedoman bagi masyarakat. Di samping itu di dalamnya juga terdapat larangan dan pantangan yang perlu dihindari. Cerita rakyat bagi warga masyarakat pendukungnya bisa menjadi tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial.

Jenis-jenis cerita rakyat

Menurut William R Bascom [dalam James Danandjaya 1991:50,    cerita rakyat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :

  1. Mitos [mite] adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi setelah dianggap suci oleh empunya. Mite ditokohkan oleh dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain atau bukan di dunia yang sepertikita kenal sekarang ini dan terjadi di masa lampau.
  2. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia walaupun adakalanya sifat-sifat luar biasa dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya di dunia yang kita kenal dan waktu terjadinya belum terlalu lama.
  3. Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terkait waktu maupun tempat.

Baca Juga : Alur Adalah

Macam-Macam Cerita Rakyat

Legenda merupakan cerita rakyat yang mengisahkan riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah.

Contoh: cerita Malin Kundang, Tangkuban Perahu, Dongeng Banyuwangi, Dongeng Gunung Batok, Dongen Rawa Pening dan sebagainya.

Sage merupakan cerita rakyat yang didasarkan peristiwa sejarah bercampur dengan fantasi rakyat.

Contoh: Syariah melayung, Hikayah Hang Tuah, Ciung Wanana, dan sebagainya.

Mite merupakan cerita rakyat yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap pada suatu benda yang dipercaya benda gaib.

Contohnya : Nyi Roro Kidul, Jaka Tarub, dan sebagainya.

Fabel merupakan cerita rakyat menokohkan binatang sebagai lambing pengajaraan  moral.

Contoh : Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kancil dan Buaya, Hikayat Kalila dan sebagainya.

Pararel merupakan cerita rakyat yang  tokohnya adalah manusia dan hewan.

Contoh : Anjing Yang Loba, Semut Dan Belalang, Hikayah Mahabrata, Hikayah Ramayana, dan sebagainya.

Jenaka merupakan cerita rakyat tentang perilaku orang bodoh, orang malas, atau cerdik masing-masing dilukiskan secara humor.

Contoh : Lebai Malang, Pak Kodok, Pak Pender, Pak Belalang, dan sebagainya.

Cerita Terbingkai merupakan cerita yang didalamnya cerita lagi.

Contoh : 1001 malam

Parabel merupakan cerita yang mengganbarkan cerita moral dengan para tokoh benda mati.

Contoh : Kisah sepasang Slop.

Baca Juga : Wawancara Adalah

Unsur-Unsur Cerita Rakyat

Setiap karya sastra memiliki unsur-unsur pembangun/unsur sastra, begitu pula dengan cerita rakyat. Unsur sastra dalam cerita rakyat adalah sebagai berikut :

Unsur Instrinsik

Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur-unsur instrinsik cerita rakyat, yaitu :

Adalah pokok pikiran yang dipakai sebagai dasar pengarang; pokok pikiran pengarang; ide pokok permasalahan.

Adalah jalannya cerita; rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dengan dasar hubungan sebab akibat. Pada umumnya alur ada tiga macam, yaitu :

Merupakan peristiwa-peristiwa yang disajikan secara berurutan dari peristiwa pertama ke peristiwa selanjutnya.

Merupakan peristiwa yang diceritakan kembali.

  • Alur gabungan/ zik-zaküMerupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur.

Keterangan tentang tempat, waktu dan suasana; tempat/waktu terjadinya peristiwa. Latar ada tiga macam, yaitu :

  1. Latar tempat
    Lokasi atau bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.
  2. Latar waktu
    Waktu [masa] tertentu ketika peristiwa cerita itu terjadi.
  3. Latar suasana
    Salah satu unsur instrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamman dengan jalannya cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu.

Penokohan dalah lukisan watak pelaku; cara pengarang menggambarkan watak tokoh. Istilah tokoh menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan pekonokohan menunjukkan pada sikap kualitas pribadi tokoh.

Baca Juga : Contoh Surat Pribadi

Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan atas dua, yaitu :

  1. Protagonist adalah tokoh yang berfungsi memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonist.
  2. Antagonis adalah tokoh yang berfungsi menimbulkan konflik dan berposisi dengan tokoh protagonist.

Kedudukan pengarang dalam cerita; cara pandang pengarang. Setiap pengarang memiliki sudut pandang penceritaan yang berbeda. Ada yang menggunakan sudut pandang penceritaan orang pertama [aku atau saya]; ada yang menggunakan sudut pandang penceritaan orang kedua [kamu atau kau]; dan ada juga yang menggunakan sudut pandang orang ketiga [ia, dia atau nama orang].

Adalah amanat yang disampaikan pengarang.

Unsur Ekstrinsik

Adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita namun turut menetukan bentuk dan isi suatu karya/cerita. Unsur-unsur eksttrinsik cerita rakyat, yaitu : agama, politik, moral, aliran pengarang, psikologi, sejarah, sosial budaya, dan lain-lain.

Baca Juga : 20 Contoh Teks Eksplanasi Beserta Strukturnya [LENGKAP]

Asal Usul Nama Surabaya

Pada zaman dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu yang dikenal dengan nama Ikan Sura dan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuatnya, sama-sama tangkasnya, sama-sama cerdiknya, sama-sama ganasnya, sama-sama rakusnya. Selama mereka berkelahi, belum pernah ada yang menang ataupun kalah. Oleh karena itu, mereka kemudian jemu untuk terus berkelahi .

“Aku bosan terus-terusan berkelahi, Buaya,”

“Aku juga Sura.lalu, apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tang Buaya.

Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghenti perkelahiannya dengan Buaya, memang telah memiliki satu cara.

“Untuk mancegah perkelaian di antara kita, sebaiknya kita membagidaerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batasan antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh airlaut pada waktu pasang surut. Bagaiman, Buaya?”

“Baiklah aku terima usulmu yang bagus itu!” jawab Buaya.

Pembagian daerah kekuasaan itu ternyata memang telah membuat perkelahian antara Ikan Sura dan Buaya sudah tak terjadi lagi. Mereka menghormati daerah kekuasaannya masing-masing. Selama mereka mematuhi kesepakatan yang telah mereka buat bersama, keadaan aman dan damai.

Akan tetapi, pada suatu hari, Ikan Sura mencari mangsa di sungai. Hal itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar buaya tidak mengetahui. Akan teapi, Buaya memergoki perbuatan Ikan Sura itu. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Sura melanggar janjinya. Buaya segera menghampiri Ikan Sura yang sedang menikmati mangsanya di sebuah sungai.

“Hai, Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan bagian dari wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya. Ikan Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja.

“Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungau ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa air? Nah ini, kan, ada airnya, jadi termasuk juga daerah kekuasaanku,” kata Ikan Sura.

“Apa? Sungai itu, kan, tempatnya di darat,sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaannku!” Buaya ngotot.

“Tidak bisa, aku, kan, tidak perna bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Sura.

“Kalau begitu kamu mau membohongiku lagi? Baiklah kita buktikan siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya. Mereka berdua terus cekcok, masing masing berusaha mengemukakan alasan-alasanny, masing-masing pun saling menolak dan saling ngotot mempertahankan kebenaran-kebenaran dari alasan-alasannya sendiri. Akhirnya mereka berkelahi lagi.

Pertarungan sengit antara Ikan Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini makin seru dan dahsyat. Mereka saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Kedua binatang raksasa itu tanpa istirahat terus bertarung mati-matian.

Dalam pertarungan sengit itu, Buaya mendapat gigitan Ika Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membengkok ke kiri. Akan tetapi, Buaya puas karena telah dapat mempertahankan daerahnya. Ikan Sura telah kembali lagi ke lautan.

Peristiwa pertarungan antara ikan Sura dan Buaya itu mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa itu. Lambang Ikan Sura dan Buaya bahkan dipakai sebagai lambang Kota Madya Surabaya.

Baca Juga : 7 Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli Lengkap

Unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut adalah sebagai berikut :

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita tersebut, yaitu :

Temanya adalah pertarungan antara Ikan Sura [ikan hiu] dengan Buaya.

Alur yang dipakai dalam cerita itu adalah alur zik-zak.

Latar tempat di lautan luas dan di sungai

Latar suasana menegangkan

Ikan Sura egois, melanggar perjanjian dan membohongi Buaya

Buaya egois

Sudut pandang yang dipakai dalam cerita ini adalah sudut pandang orang pertama [aku] dan sudut pandang orang kedua [kamu].

Amanat yang dapat didapat dalam cerita itu adalaksh permusuhan tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan yang ada, hendaklah menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerita tersebut adalah unsur moral, unsur budaya dan unsur sejarah.

Baca Juga : Pengertian Mitos Menurut Para Ahli

Malin Kundang

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.

Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.

Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.

Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.

Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan,

kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Baca Juga : Pengertian Promosi

Unsur Instrinsik :

  • Tema : Anak Durhaka.
  • Alur    : Alur maju.
  • Latar  : Latar waktu      : Siang-Malam. Latar tempat : Pesisir Pantai wilayah Sumatra Barat, Kapal,       Rumah, kampong halaman.

    Latar suasana  : Menyedihkan ketika melihat malin kundang tidak mau mengakui ibunya.

  • Penokohan : Malin Kundang    : awalnya bersifat baik [ Protagonis ] tetapi setelah ia menjadi kaya, ia semakin sombong dan tidak mau mengakui ibunya [ Antagonis ].

    Ibu Malin Kundang :  Seorang ibu yang sangat baik [ Protagonis ].

Unsur Ekstrinsik

  • Ekonomi : Keluarga yang miskin dan memprihatinkan .
  • Budaya    : Adat Padang.

Batu Menangis [Cerita Rakyat Kalimantan]

Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.

Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.

Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.

Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?”

Namun, apa jawaban anak gadis itu ?

“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku !”

Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.

“Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?”

“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakk!”

Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.

Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.

“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia….”
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.

” Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini.

bu…Ibu…ampunilah anakmu..” Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis “.

Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Baca Juga : Sudut Pandang Adalah

Si Pahit Lidah Dan Si Empat Mata

adalah cerita rakyat yang berasal dari Lampung dan merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang popular di kalangan masyarakat Lampung. Cerita ini mengisahkan tentang dua orang yang sombong karena memiliki kelebihan dari orang lain. Pengajaran yang bisa di petik dari cerita ini adalah jangan menjadi orang yang sombong walaupun memiliki kelebihan dari orang lain. Berikut marilah kita simak bersama cerita rakyat dari Lampung yang berjudul Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata

Serunting adalah orang yang sakti mandraguna. Dia berasal dari Majapahit yang kemudian diusir dari istana lalu berkelana ke Sumatera. Adik ipar Serunting yang bernama Arya Tebing merasa iri dengan kesaktian Serunting. Dia lalu memujuk kakaknya untuk memberitahu di mana letak kelemahan Serunting. Karena rasa sayang kepada adiknya akhirnya istri Serunting memberi tahun letak kelemahan Serunting.

Setelah mengetahuinya Arya Tebing mengajak Serunting untuk adu kekuatan. Mereka pun berkelahi, ketika itu Arya Tebing menusuk Serunting di tempat kelemahannya. Serunting terluka parah dan kemudian mengasingkan diri di Gunung Siguntang. Dalam pengasingannya Serunting mengobati lukanya dan tidak jemu berdoa pada Tuhan agar mengembalikan kesaktiannya. Karena ketekunan Serunting akhirnya dia diberi kelebihan bahwa apapun yang diucapkannya menjadi kenyataan.

Pada suatu hari Serunting sedang berjalan-jalan di sebuah kampung. Masyarakat kampung tersebut sedang menanam padi. Hamparan sawah yang menguning sangat indah di pandang mata. Namun Serunting malah mengatakan bahwa itu bukan sawah melainkan hamparan batu. Ketika itu tiba-tiba saja ucapan Serunting menjadi kenyataan. Melihat hal itu warga menjuluki Serunting dengan julukan Si Pahit Lidah. Masyarakat tidak ada yang berani melawan Si Pahit Lidah karena mereka takut terkena kutukannya. Si Pahit Lidah menjadi sombong dan kasar sehingga warga tidak menyukai dirinya.

Kesaktian Si Pahit Lidah terdengar oleh Si Empat Mata seorang yang juga memiliki kesaktian dari negeri India. Si Empat Mata merasa tersaingi kesaktiannya dan bermaksud untuk menantang Si Pahit Lidah. Kemudian dia berlayar menuju Sumatera untuk menemui Si Pahit Lidah. Ketika bertemu Si Empat Mata menantang Si Pahit Lidah untuk berkelahi. Berhari-hari mereka berkelahi dan mengeluarkan seluruh kesaktiannya namun tidak ada yang menang atau kalah.

Ketika itulah seorang tetua kampung mengajukan pertandingan untuk kedua orang tersebut. Meraka harus memakan buah aren yang tersedia. Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama untuk memakan buah tersebut. Dengan sombong Si Pahit Lidah memakan buah aren itu sambil berfikir karena tidak mungkin dia akan mati dengan buah sekecil itu. Namun apa yang terjadi Si Pahit Lidah menggelepar lalu mati.

Melihat Si Pahit Lidah mati Si Empat Mata merasa senang karena sekarang dialah orang yang paling sakti di negeri itu. Namun, Si Empat Mata merasa aneh karena Si Pahit Lidah bisa mati hanya dengan sebiji buah aren. Si Empat Mata lalu menimang-nimang buah aren sisa Si Pahit Lidah, dia memakan buah aren tersebut dan tidak lama kemudian Si Empat Mata menggelepar lalu mati. Akhirnya mereka berdua mati dengan kesombongan sendiri lalu keduanya di makamkan di Danau Ranau.

Cerita Rakyat Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata menceritakan tentang kesombongan akan mengakibatkan celaka pada diri sendiri. Semua kekuatan tiadalah berguna jika diiringi dengan kesombongan.

Demikianlah pembahasan mengenai Cerita Rakyat – Pengertian, Jenis, Ciri, Struktur Dan Contohnya semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Butuhkan

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề