Seni grafis cetak Dalam dibagi kedalam beberapa bagian kecuali

Seni grafis yaitu cabang seni rupa yang babak pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, kebanyakan di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, babaknya mampu membuat salinan karya yang sama dalam banyak banyak, ini yang disebut dengan babak cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, membuat karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam, kebanyakan tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Sedang banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan kebanyakan dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat membuat sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut yaitu edisi terbatas.

Gunung Fuji, dari Tiga puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji], cukilan kayu berwarna karya Katsushika Hokusai

Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media dari yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis cairan, cat cairan, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam cairan seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan acara digital menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang dipakai dalam membuat karya grafis meliputi papan kayu, plat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu litografi. Teknik lain yang disebut dengan serigrafi atau cetak saring [screen-printing] menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada sebuah kerangka, disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dihasilkan dengan menggunakan permukaan kentang atau ketela.

Warna

Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka dengan banyak acara. Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil kayu serta linocut -- diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau papan, yang masing-masing menghasilkan warna yang berlainan. Tiap plat, screen atau papan yang terpisah hendak diberi tinta dengan warna berlainan akhir diterapkan pada tahap tertentu untuk menghasilkan semuanya gambar. Rata-rata digunakan 3 sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan tujuh plat. Tiap penerapan warna hendak berinteraksi dengan warna lain yang telah diterapkan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Kebanyakan warna yang paling terang diterapkan lebih dulu akhir ke warna yang lebih gelap.

Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Akhir seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Babak lino atau kayu yang dicukil hendak mengekspos [tidak menimpa] warna yang telah tercetak sebelumnya.

Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis akhir dicetak.

Pemikiran warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak offset atau cetak digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna lain.

Teknik

Tinjauan Umum

Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai berikut:

  • Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
  • Intaglio, tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint;
  • planografi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada babak tertentu untuk membuat image/gambar. teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital
  • stensil, termasuk cetak saring dan pochoir.

Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kumpulan ini yaitu 'kolografi' [teknik cetak menggunakan kolase], babak digital termasuk giclée, medium fotografi serta kombinasi babak digital dan konvensional.

Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang berada dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt kebanyakan secara remeh disebut dengan "etsa", tapi seringkali dipakai juga teknik engraving dan drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak berada etsa-nya sama sekali.

Cukil Kayu

Cukil kayu , yaitu salah satu teknik cetak relief, yaitu teknik seni grafis paling permulaan, dan yaitu satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Probabilitas pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk membuat pola cetak pada kain, dan pada seratus tahun ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu akhir di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk babak membikin gambar tanpa teks.

Seniman membikin skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang akhir ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman akhir menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk mencukil babak papan yang tidak hendak terkena tinta. Babak permukaan tinggi dari papan akhir diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembap, diletakkan di bawah papan. Akhir papan digosok dengan baren [alat yang digunakan di Jepang] atau sendok, atau melewati alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap warna.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.

"Melancholia I", engraving karya Albrecht Dürer, salah seorang seniman grafis.

Engraving

Babak ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving [ukiran halus] yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin yaitu ketrampilan yang berbelit-belit.

Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam bangun-bangun dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.

Seluruh permukaan plat diberi tinta, akhir tinta dibersihkan dari permukaan, yang ketinggalan hanya tinta yang berada di garis yang diukir. Akhir plat diletakkan pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas [seringkali dibasahi untuk melunakkan]. Kertas akhir mengambil tinta dari garis engraving [bagian yang diukir], menghasilkan karya cetak.

Etsa

"Tidurnya Cara melakukan sesuatu membuat monster-monster" etsa dan aquatint karya Francisco Goya

Etsa yaitu babak dari kumpulan teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Babak ini diyakini bahwa penemunya yaitu Daniel Hopfer [sekitar 1470-1536] dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa akhir menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Kelebihannya yaitu, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif remeh didalami oleh seniman yang terbiasa menggambar.

Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa babak permukaan tinggi bebas tinta, babak permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam [biasanya tembaga, seng atau baja] ditutup dengan lapisan semacam lilin. Akhir seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga babak logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam hendak mengikis babak plat yang digores [bagian logam yang terbuka/tak terlapisi]. Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan babak pencetakan selanjutnya sama dengan babak pada engraving.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.

Mezzotint

Salah satu acara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu dihasilkan kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, membuat gambar yang dihasilkan dari gelap ke terang. Mungkin juga membuat gambar hanya dengan mengkasarkan babak tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.

Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta, menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena babak penghalusan tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus untuk melebihi mengembang tone.

Acara mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen [1609-1680]. Babak ini dipakai secara lapang di Inggris mulai menengah seratus tahun delapanbelas, untuk mereproduksi foto dan lukisan.

Aquatint

Yaitu variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk membikin gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk membuat garis yang hendak menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk membuat efek tonal.

Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.

Drypoint

Yaitu variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan alat burin berwujud "v". Sementara garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan bekas kasar pada tepi garis. Bekas ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak bekas tersebut, drypoint hanya bermanfaat untuk banyak edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating [pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain] telah dilakukan sejak seratus tahun sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.

Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan seratus tahun limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer menghasilkan 3 karya drypoint sebelum kesudahannya selesai menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tapi kebanyakan digabungkan etsa dan engraving.

Litografi

La Goulue, Poster litografi karya Toulouse-Lautrec.

Litografi yaitu teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan cairan yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan berpori, kebanyakan sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dihasilkan pada permukaan batu dengan medium berminyak. Akhir dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut cairan, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar [yang berbasis minyak]. Batu lantas dibasahi, cairan hendak berada pada babak permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena cairan menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel pada babak gambar yang berminyak. Akhir selembar kertas lembap diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat kecil.

Variasi dari teknik ini yaitu foto-litografi, di mana gambar ditangkap lewat babak fotografis pada plat logam; akhir pencetakan dilakukan beracara yang sama.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth

Cetak Saring

Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi membuat warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik [kadang-kadang dipakai juga film.] Gambar akhir dilubangi untuk membuat stensil. [Babak yang berlubang yaitu babak yang hendak diwarnai.] Sebuah screen dihasilkan dari selembar kain [asalnya dulu menggunakan sutra] yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Akhir screen diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melalui screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkatkan ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.

Cetak Digital

Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dsb-nya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat yaitu kunci yang membedakan antara digital print bernilai tinggi dengan yang bernilai rendah. Warna metalik [emas, perak] sulit untuk direproduksi secara akurat karena hendak memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital bernilai tinggi kebanyakan direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.

Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan akhir ditransfer ke art paper tradisional [misalnya, Velin Arch atau Stonehenge 200gsm]. Salah satu acara mentransfer berkas yaitu dengan meletak hasil cetakan menghadap permukaan, art paper akhir diolesi dengan Wintergreen oil di belakangan cetakan, akhir dipress.

Sosiolog Jean Baudrillard memiliki pengaruh agung dalam seni grafis digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Istvan Horkay,Zazie [seniman surrealis]

Lihat pula

  • Ukiyo-e
  • Old master print
  • Artist's proof
  • Line engraving
  • Edition

Seniman Grafis

  • Valenti Angelo
  • Werner Drewes
  • Albrecht Dürer
  • Andy English
  • M. C. Escher
  • Edith Frohock
  • Jane Hammond
  • Stanley William Hayter
  • Mauricio Lasansky
  • Edvard Munch
  • Frank Stella
  • Peter Stent
  • Rembrandt van Rijn
  • Stow Wengenroth

Seniman grafis Indonesia

Pranala luar

  • Thompson, Wendy. "The Printed Image in the West: History and Techniques". In Timeline of Art History. New York: The Metropolitan Museum of Art, 2000. [October 2003]
  • André Béguin's dictionary;enormous dictionary of terms, relating more to the printing than the creation of the image
  • Another glossary - for modern prints
  • Judging the Authenticity of Prints by The Masters by art historian David Rudd Cycleback
  • Site dedicated to the activity of printmaking and thinking creatively. Includes footage of well-known artists working at Crown Point Press in San Francisco.

Sumber :
ensiklopedia.web.id, p2k.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề