Sifat menonjol yang dimiliki Umar bin Khattab dibanding sahabat lain adalah

Umar dipandang sebagai lambang keadilan karena sikap zuhudnya.

Ahad , 14 Aug 2022, 04:35 WIB

Dok Republika.co.id

Sifat Kepemimpinan Umar bin Khattab

Rep: mgrol135 Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umar menjabat di usia sekitar 50 tahun, dengan keperkasaan dan kegiatannya sebagai pemuda yang tidak dimiliki oleh Abu Bakar. Umar berwatak keras, bertubuh kekar dan kuat, aktif dalam segala hal, jati dirinya baru menonjol setelah terjadi peristiwa-peristiwa besar dan penting dengan segala kekuatannya yang sungguh agung. 

Baca Juga

Bahkan jati diri itu yang senantiasa menonjol. Sedapat mungkin ia ingin menangani sendiri segala persoalan kaum Muslimin, yang besar dan yang kecil, perorangan atau kelompok.

Kebebasan berpikir dan mengecam perselisihan

Muhammad Husain Haekal dalam Umar bin Khattab: Sebuah Telaah Mendalam tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu terbitan Litera Antarnusa mengatakan Umar sangat membenci pertentangan. la mengancam mereka yang suka membuat pertentangan kendati mereka sahabat-sahabat dan sangat terpandang di kalangan Muslimin.

Yang demikian ini tidak aneh. Hal itu sesuai dengan cara berpikirnya sewaktu ia hidup di masa jahiliyah dan di masa Islam.

Sebabnya bukan seperti diduga oleh sebagian orang karena ia berpandangan sempit. Sebaliknya, pada zamannya itu Umar orang yang paling banyak pengetahuannya dan pandangannya pun paling luas.

Ia sangat mengutamakan ketertiban umum dari segala seginya. Ia melihat stabilitas dalam ketertiban dan ketenteraman itu merupakan jaminan yang sangat menentukan demi kepentingan pribadi dan masyarakat.

Kebijakannya terhadap pejabat dan rakyatnya

Sikap demikian bukan hanya dengan para korhandannya yang dalam medan perang saja, tetapi juga dalam masalah-masalah agama. Ia tidak mencampuri apa yang sudah diserahkan kepada para wakilnya, kecuali jika ada yang perlu diluruskan atau diperbaiki.

Pikiran pokoknya ialah segalanya dalam setiap pekerjaan. Kebebasan seorang wakil yang diberi kepercayaan mengurus sampai ke soal yang sekecil-kecilnya akan menambah kegiatannya dan ia akan makin berani memikul segala tanggung jawab. Ini berarti keinginannya mencapai prestasi karena kepercayaan yang diberikan atasannya itu akan pula bertambah.

Tentu Umar merupakan teladan yang luar biasa dalam sejarah, tentu dia sudah lebih dekat ke tingkat para nabi dan rasul daripada kepada tingkat orang-orang besar. Dan orang ini sudah mencapai kedudukan tertinggi pada zamannya, orang yang berkuasa penuh dalam sebuah imperium besar dunia ketika itu.

Tetapi dia tidak mau hidup mewah, ia lebih suka memilih hidup sebagai orang miskin untuk ikut merasakan kehidupan mereka. Tetapi zuhudnya menjauhi kenikmatan dunia ini bukanlah zuhud orang yang menjauhi dan membenci dunia, melainkan zuhud orang yang mampu menguasai dan mengurus kepentingan duniawi.

Umar dan sikap zuhud

Umar dipandang sebagai lambang keadilan karena sikap zuhudnya dari segala kenikmatan dunia itu. Dengan zuhudnya itu ia sudah tidak mengenal takut selain kepada Allah, dan tidak mengharapkan dari siapa pun' selain dari Allah.

Rasa takut dan harapannya kepada Allah sangat kuat. Ia tahu bahwa Allah akan mengadakan perhitungan atas segala tindakannya mengurus kepentingan umat.

Inilah yang lebih ditakutinya, dan ini pula yang membuatnya berpegang teguh pada keadilan sesuai dengan kehendak Allah. Dengan keadilannya ia tak pernah membedakan kerabat atau bukan, orang yang dekat atau yang jauh.

Umar, dengan sikap zuhudnya dari segala kenikmatan dunia itulah yang mendorong hatinya begitu prihatin terhadap golongan miskin, hal yang pada mulanya dikhawatirkan orang tidak akan mendapat perhatian bila dia yang menggantikan memegang pimpinan. Orang sudah melihatnya di masa Rasulullah, luar biasa kerasnya ia berpegang pada keadilan.

Dapat terlihat jelas, memperlihatkan kepada kita tentang pengaruh pribadinya yang begitu kuat dalam membangun sebuah imperium besar dalam waktu singkat, dan akan terlihat apa sebab tokoh besar ini namanya tetap kekal dalam sejarah, menjadi buah bibir orang dengan penuh rasa hormat dan kagum, generasi demi generasi, di barat dan di timur.

Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – salahs atu keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah membentuk karakter hebat para Sahabat. Salah satunya adalah karakter elegan [mau mengakui kesalahan, mau minta maaf].

Salah satu contoh yang paling menonjol adalah pribadi Khalifah Umar bin Khattab, yang merupakan khalifah kedua setelah wafatnya Rasulullah SAW. “Khalifah Umar dikenal berwatak keras dan tegas, namun dia sangat elegan,” kata Guru Besar IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS saat mengisi pengajian guru-guru Sekolah Bosowa Bina Insani  [SBBI] di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat [2/8].

Kiai  Didin menyebutkan, suatu hari Khalifah Umar mengumpulkan para wanita di Madinah. Hal itu karena dia melihat fenomena banyak laki-laki Muslim yang saat itu belum menikah.  “Alasannya, mahar [mas kawin]-nya mahal,” ujar Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun [UIKA] Bogor, seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat [2/8].

Umar berkata kepada para wanita tersebut, “Wahai kaum wanita, mengapa kalian meminta mahar yang sangat tinggi?”

Tiba-tiba salah seorang jamaah wanita tersebut berdiri, seraya mengutip sebuah ayat Alquran, yang artinya, “Bukanlah Allah telah memerintahkan kepada Muslim untuk memberikan harta yang banyak kepada istrinya atau calon istrinya?”

Mendengar perkataan wanita tersebut, Khalifah Umar tidak marah. Ia berkata, “Wanita itu benar, dan Umar salah.”

Contoh lain, pada suatu malam, Khalifah Umar bersama sejumlah sahabat mendatangi masjid. Lampu mati, masjid itu gelap gulita. Saat Umar melangkah ke dalam masjid, tanpa sengaja ia menginjak tubuh seorang jamaah yang tidur di masjid. Spontan, lelaki tersebut marah dan berseru, “Kamu buta ya?”

Mendengar pertanyaan tersebut, para sahabat yang mendampingi Umar marah dan hendak memukul orang tersebut. Namun Umar melarangnya. “Jangan marah. Memang saya yang salah. Dan dia hanya bertanya, ‘apakah kamu buta?’ Saya tidak buta. Dan saya minta maaf.  Sudah, masalah selesai,” ujar Umar.

Kedua kisah di atas,  kata Kiai Didin, menunjukkan bahwa Khalifah Umar merupakan pemimpin yang elegan. “Ia adalah pemimpin yang tegas, namun tidak anti kritik. Ia juga  tidak gengsi untuk minta maaf, kalau dia salah,” papar Kiai Didin Hafidhuddin.

UMAR bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga merupakan khalifah kedua Islam [634-644]. Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk [Khulafaur Rasyidin].

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah.

Umar juga dulunya dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar [yang memabukkan] secara tegas. Setelah masuk Islam, juga ada banyak sifat-sifat Umar yang sangat luar biasa. Di antaranya adalah:

Sifat pemberani adalah sifat dasar yang dimiliki Umar bin Khattab sebelum masuk Islam. Maka ketika beliau masuk Islam sifat pemberani ini beliau arahkan dalam membela da`wah Rasulullah SAW. Orang yang berani terang-terangan melakukan hijrah ke kota Madinah adalah Umar bin Khattab.

Beliau malah menantang orang-orang kafir Quraisy dengan perkataan `Siapa yang ingin istrinya menjadi janda, anaknya menjadi yatim maka halangilah saya untuk hijrah` dan tidak ada orang kafir Quraisy yang berani menghalangi Umar bin Khattab melaksanakan hijrah.

Umar adalah pribadi yang sederhana ketika telah masuk Islam. Hal ini bisa dibuktikan ketika beliau menjabat sebagai khalifah. Umar tidak pernah tinggal di sebuah istana, rumah mentereng ataupu gedung yang tinggi, tapi beliau tinggal di sebuah bangunan sederhana dekat mesjid, dan lebih sering berada di mesjid; bahkan beliau lebih sering tidur di atas pelepah kurma daripada kasur yang empuk. Atau ketika beliau tidak melebihkan harta rampasan [ghanimah] yang dibagikan diantara kaum muslimin.

Ketika kaum muslimin dapat bagian satu kain perorang untuk dibuat baju, maka Umar pun mengambil satu; dan itu tidak cukup untuk bahan baju beliau yang memiliki badan yang besar, maka sebagai jalannya ia meminta kepada anaknya Abdullah, agar bagian anaknya diberikan kepada Umar untuk dibuat sebuah baju.

Atau ketika ia berkunjung ke daerah taklukan, ia berjalan dengan memakai pakaian yang sederhana dan terkesan kusam, diiringi oleh Patrik Yerusalem, Sophronius menggambarkan kesederhanaan Umar; sungguh inilah kesehajaan dan kegetiran yang dikabarkan oleh Daniel sang nabi ketika ia berdiri di tempat suci ini.

Umar juga dikenal sebagai pemimpin yang adil. Hal ini dirasakan oleh seorang kakek Yahudi, yang rumahnya berda di dekat mesjid. Pada saat itu Gubernur Mesir `Amr bin `Ash akan melakukan pelebaran Mesjid, dan rumah orang Yahudi tersebut harus dibongkar. Dengan kebijakan ganti rugi `Amr bin `Ash merayu orang yahudi tersebut untuk pindah, namun dia enggan. Namun `Amr bin `Ash bersikeras untuk membongkar rumah tersebut. Maka orang Yahudi tersebut mendatangi Khalifah Umar dan menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya.

Maka Umar mengambil sebuah tulang dan membuat garis dengan pedang di atas tulang tersebut dan menyuruh orang Yahudi tersebut untuk membawa dan menyerahkannya kepada `Amr bin `Ash. Dengan penuh keheranan orang Yahudi tersebut pulang ke Mesir dan menghadap kepada `Amr bin `Ash sambil menyerahkan tulang yang diberikan oleh Umar bin Khattab. Ketika `Amr bin `Ash menerima tulang tersebut pucatlah wajah beliau dan menyuruh para pengawalnya untuk menghentikan pembongkaran. Dengan penuh keheranan orang Yahudi tersebut bertanya kepada `Amr bin `Ash tentang apa yang terjadi.

Maka `Amr menjawab bahwa Umar telah mengingatkan aku sebagai seorang pemimpin yang harus berlaku adil terhadap rakyatnya. Maka kagumlah orang Yahudi tersebut maka ia masuk Islam dan merelaka rumahnya untuk dibongkar.

Salah satu bentuk ketegasan Umar bin Khattab adalah ketika beliau memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang dengan pemikiran bahwa Umar merasa takut kalaulah umat Islam terlalu mendewakan Khalid bin Walid yang telah berhasil memimpin pasukannya meraih kemenangan dalam beberapa pertempuran; dan hal itu diterima dengan lapang dada oleh Khalid bin Walid.

Umar adalah orang yang memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap Allah, Rasulullah saw, dan agama Islam. Kecintaan terhadap Allah SWT dan agama Islam beliau buktikan dengan menginfakkan setengah harta beliau untuk da`wah Rasulullah saw. Dan yang paling mengharukan rasa cinta beliau adalah bagaimana ia tidak menerima kematian Rasulullah saw; sampai ia menghalangi persiapan penguburan dan mengancam orang yang berkata Rasulullah telah meninggal maka ia akan menemui ajalnya.

Para sahabat pun merasa kebingungan dengan keadaan seperti ini. Hal ini sampai ke telinga Abu Bakar, maka beliau berkata `Barang siapa yang menyembah Muhammad, sungguh dia telah meninggal; tapi barang siapa yang menyembah Allah SWT, maka Dia itu hidup selamanya takkan pernah mati`; kemudian beliau membaca surat Ali-imran ayat 144.  Mendengar itu Umar tersadar dan menitikkan air mata pertanda kesedihannya.

Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Hal ini dibuktikan ketika beliau selalu berpatroli mengontrol rakyatnya sambil memikul keperluan rakyatnya. Pernah suatu waktu beliau melihat seorang ibu yang sedang membohongi anaknya yang kelaparan dengan pura-pura menanak beras, padahal batu yang ada dalam wadah tersebut. Melihat hal tersebut Umar mengambil gandum dan beliau pikul sendiri.

Ketika pengawalnya menawarkan untuk memikulnya, maka Umar berkata `Apakah kamu akan menjerumuskan aku ke dalam neraka karena telah menelantarkan rakyatku dan membiarkannya kelaparan? Itu adalah salah satu bukti sifat tanggung jawab Umar sebagai seorang pemimpin. []

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề