Sudah berapa lama bumi ini ada

Ilustrasi planet bumi yang dapat diketahui umurnya melalui penelitian sains. Foto: Pixabay

Tidak ada catatan mutlak berwujud akte tentang kapan planet Bumi terbentuk. Berbagai upaya dilakukan ilmuwan untuk bisa menafsirkan berapa umur Bumi.

Bahkan, ilmuwan rela menghabiskan ratusan tahun hanya untuk mengetahui umur Bumi yang sebenarnya. Oleh sebab itu, tak ada salahnya mempelajari umur Bumi berdasarkan proses terbentuknya secara sains.

Menurut buku Misteri-Misteri tentang Ruang dan Waktu oleh Bill Bryson [2008: 113], dengan menghitung usia batuan di kerak Bumi yang terus berubah, serta batuan di tetangga Bumi, seperti Bulan dan Meteorit yang berkunjung, dapat disimpulkan bahwa umur Bumi adalah 4,54 miliar tahun, dengan rentang kesalahan 50 juta tahun.

Agar lebih memahaminya, simak berbagai metode sains yang dilakukan ilmuwan untuk mengetahui umur Bumi berikut ini.

Planet bumi dapat ditafsirkan umurnya dengan metode perubahan permukaan laut hingga kondisi batuannya. Foto: Pixabay

Penentuan Umur Bumi dari Berbagai Metode

Para ilmuwan telah melakukan berbagai upaya untuk menentukan usia planet tempat tinggal makhluk hidup ini, selama 400 tahun terakhir.

Mereka mencoba untuk memprediksi usia Bumi berdasarkan perubahan permukaan laut, waktu yang dibutuhkan Bumi atau Matahari untuk mendingin dan menyajikan suhu, serta salinitas laut.

Seiring kemajuan teknologi penanggalan, metode tersebut terbukti tidak dapat diandalkan, karena sejumlah hal bisa berkontribusi pada kesalahan penghitungan. Sebagai contoh, naik turunnya lautan terbukti sebagai proses yang selalu berubah, bukannya menurun secara bertahap.

Selain itu, untuk menghitung usia Bumi, para ilmuwan beralih ke bebatuan yang menutupi permukaannya. Namun, karena lempeng tektonik terus-menerus mengubah kerak Bumi, batuan pertama telah lama didaur ulang, dilebur, hingga dibentuk kembali menjadi formasi batuan baru.

Batuan tertua di Bumi yang ditemukan hingga saat ini adalah Acasta Gneiss di barat laut Kanada dekat Great Slave Lake, yang berusia 4,03 miliar tahun. Sayangnya, bebatuan yang berusia lebih dari 3,5 miliar tahun juga tak kalah banyak ditemukan di semua benua.

Greenland membanggakan batuan supracrustal Isua miliknya yang diperkirakan berusia 3,7 hingga 3,8 miliar tahun, sedangkan batuan di Swaziland berusia 3,4 hingga 3,5 miliar tahun. Selain itu, terdapat pula batuan di Australia Barat berumur 3,4 miliar hingga 3,6 miliar tahun.

Tak sampai di situ saja, kelompok peneliti di Australia menemukan butiran mineral tertua di Bumi. Kristal zirkonium silikat kecil ini memiliki usia yang mencapai 4,3 miliar tahun.

Hal itu menjadikannya sebagai batu tertua yang ditemukan di Bumi sejauh ini. Namun, kelemahan penemuan ini adalah batuan sumbernya saja belum ditemukan.

Penelitian di luar angksa dengan memeriksa meteorit juga dapat digunakan untuk mengetahui umur bumi. Foto: Pixabay

Pencarian di Luar Angkasa

Di sisi lain, peneliti juga memeriksa berbagai meteorit yang ditemukan di Bumi. Beberapa sampel diperkirakan berusia 4,5 miliar tahun dan mendukung kalkulasi lain tentang tanggal awal pembentukan Bumi.

Lebih dari 70 meteorit yang jatuh ke Bumi juga telah dihitung usianya dengan penanggalan radiometrik. Hasil penemuan menyatakan bahwa yang tertua berusia antara 4,4 miliar dan 4,5 miliar tahun.

Pada tahun 1953, Clair Cameron Patterson, ahli geokimia Institut Teknologi California, mengukur rasio isotop timbal dalam sampel meteorit. Sampel meteorit menunjukkan penyebaran dari 4,53 miliar hingga 4,58 miliar tahun.

Para ilmuwan menafsirkan kisaran tersebut sebagai waktu yang dibutuhkan tata surya untuk berkembang sekaligus peristiwa bertahap yang berlangsung selama kurang lebih 50 juta tahun.

Pada akhirnya, dengan mengandalkan hasil penelitian bebatuan di Bumi dan informasi yang dikumpulkan dari sistem yang mengelilinginya, para ilmuwan telah dapat memperkirakan usia Bumi sekitar 4,54 miliar tahun.

Sebagai perbandingan, galaksi Bima Sakti yang memuat tata surya berusia kira-kira 13,2 miliar tahun, sedangkan alam semesta sendiri berumur 13,8 miliar tahun.

Jakarta, CNBC Indonesia - Matahari yang saat ini berusia 4,6 miliar memiliki waktu 10 miliar tahun untuk bertahan hidup. Namun hingga saatnya mati nanti, bintang besar itu akan mengalami perubahan cukup signifikan.

Inti Matahari akan menyusut dengan bagian luar membesar mencapai Mars. Ini terjadi sekitar 5 miliar tahun lagi.

Dalam proses ini Bumi akan ditelan oleh Matahari, dengan catatan jika planet ini masih ada. Sebab ada prediksi kehidupan Bumi hanya tersisa 1 miliar tahun lagi.

Salah satu penelitian pada 2018 lalu memprediksi, Matahari akan menjadi Nebula yakni gelembung gas dan debu yang bercaya. Mereka percaya Nebula merupakan mayat Matahari dan menjadi fase akhir kehidupan pusat tata surya itu.

"Ketika sebuah bintang mati, akan mengeluarkan gas dan debu dikenal sebagai selubung ke luar angkasa. Selubung itu bisa mencapai setengah dari masa bintang. Ini akan mengungkapkan inti bintang yang pada titik ini masih berjalan, kehabisan bahan bakar, lalu mati," kata salah satu penulis makalah dari Universitas Manchester dan astrofisikawan Albert Ziljstar, dikutip Science Alert, Selasa [12/10/2021].

Dalam waktu 10 ribu tahun lalu, Ziljstar mengatakan inti panas Matahari membuat selubung keluar bersinar. Saat itulah Nebula akan terlihat.

Saat Matahari mati, kehidupan di Bumi jika masih ada menjadi pertanyaan berikutnya. Laman Futurism mencoba membuat prediksi saat itu datang.

Futurism menuliskan manusia di Bumi baru akan sadar ketidakhadiran Matahari berselang 8,5 menit. Namun saat mereka sadar, sudah tidak ada lagi Matahari dan malam akan menjadi selamanya serta Bumi melakukan perjalanan antar bintang dengan kecepatan 18 mil per detik.

Dampak matinya Matahari adalah benda-benda yang biasanya memantulkan sinarnya tak lagi bercahaya. Yakni pada Bulan serta planet lain di tata surya ini.

Selain itu menurut Futurism, suhu di Bumi juga akan anjlok drastis secara bertahap. Pada minggu pertama suhu berada di bawah 0 derajat, lalu terus menurun -100 derajat saat tahun pertama.

Berikutnya Bumi akan bersuhu -240 derajat dalam jutaan tahun kemudian. Namun panas Bumi masih akan bekerja dan manusia yang tersisa akan berpindah ke sana untuk bertahan hidup.

Matahari yang mati juga pasti akan membunuh makhluk hidup. Misalnya proses fotosintesis terhenti dan tanaman akan musnah. Saat itu, sebagian besar spesies juga bertahan hidup dalam waktu singkat meski pada akhirnya juga musnah.


[roy/roy]

TAG: matahari bumi manusia

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề