Tempat gamelan yang berada di depan panggung pertunjukan disebut


Sekolah

Smk negeri 1 selong

Tata panggung

Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery [tata dekorasi]. Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi [hiasan] semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.  

4.1 Mempelajari Panggung  Dalam sejarah perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh tempat dan zaman dimana teater itu berada serta gaya pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda. Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian panggung tersebut. 

4.1.1 Jenis-jenis Panggung  Panggung  adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami bentuk dari masing- masing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.  

4.1.1.1 Arena  Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung [Gb.274]. Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.  

Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama

A.      .  Proscenium  Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium [proscenium arch

B.       Panggung proscenium 

Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung [luas panggung ke belakang]

C.      7 Panggung thrust 

Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. 

Bagian-bagian Panggung  Panggung teater modern memiliki bagian-bagian atau ruang- ruang yang secara mendasar dibagi menjadi tiga, yaitu bagian panggung, auditorium [tempat penonton], dan ruang depan. Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik pendukung pertunjukan adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Seorang penata panggung harus mengenal bagian-bagian panggung secara mendetil

1.       Border. Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan batasan area permaianan yang digunakan.

2.        Backdrop. Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk latar belakang panggung.

3.        Batten. Disebut juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk meletakkan atau menggantung benda dan dapat dipindahkan secara fleksibel.

4.        Penutup/flies. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya.

5.        Rumah panggung [stage house]. Seluruh ruang panggung yang meliputi latar dan area untuk tampil

6.        Catwalk [jalan sempit]. Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga memudahkan pekerja dalam memasang dan menata peralatan.

7.        Tirai besi. Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung. Tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.

8.        Latar panggung atas. Bagian latar paling belakang yang biasanya digunakan untuk memperluas area pementasan dengan meletakkan gambar perspektif.

9.        Sayap [side wing]. Bagian kanan dan kiri panggung yang tersembunyi dari penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil.

10.    Layar panggung. Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang penonton. Digunakan [dibuka] untuk menandai dimulainya pertunjukan. Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan. Digunakan juga dalam waktu jeda penataan set dekor antara babak satu dengan lainnya.

11.    Trap jungkit. Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.

12.    Tangga. Digunakan untuk naik ke bagian atas panggung secara cepat. Tangga lain, biasanya diletakkan di belakang atau samping panggung sebelah luar.

13.    Apron. Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium.

14.    Bawah panggung. Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di bagian bawah ini juga terdapat kamar ganti pemain.

15.    Panggung. Tempat pertunjukan dilangsungkan.

16.    Orchestra Pit. Tempat para musisi orkestra bermain. Dalam beberapa panggung proscenium, orchestra pit tidak disediakan.

4.2 Fungsi Tata Panggung  Dalam perancangan tata panggung selain mempertimbangkan jenis panggung yang akan digunakan ada beberapa elemen komposisi yang perlu diperhatikan. Sebelum menjelaskan semua itu, fungsi tata panggung perlu dibahas terlebih dahulu. Selain merencanakan gambar dekor, penata panggung juga bertanggungjawab terhadap segala perabot yang digunakan. Karena keseluruhan objek yang ada di atas panggung dan digunakan oleh aktor membentuk satu lukisan secara menyeluruh. Perabot dan piranti sangat penting dalam mencipta lukisan panggung, terutama pada panggung arena dimana lukisan dekor atau bentuk bangunan vertikal tertutup seperti dinding atau kamar [karena akan menghalangi pandangan sebagian penonton] tidak memungkinkan diletakkan di atas panggung. Tata perabot kemudian menjadi unsur pokok pada tata panggung arena. Unsur-unsur ini ditata sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gambaran lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran, dan musim dalam tahun dimana lakon dilangsungkan. 

4.2.1 Suasana dan Semangat Lakon  Tata panggung dapat memberi gambaran kepada penonton, suasana dan semangat lakon yang dimainkan. Suasana mengarah pada keadaan emosi yang ditampilkan oleh lakon secara dominan, sedangkan semangat mengarah pada konsep dasar pementasan yang menyampaikan pesan lakon dalam cara tertentu. Agar desain tata panggung dapat memperlihatkan kedua hal ini, penata panggung harus mampu menambahkan elemen pendukung yang mampu memberikan kesan suasana dan semangat lakon yang ditampilkan.  Jika cerita lakon berkisah tentang cinta kasih atau kebahagiaan maka tata panggung harus menggunakan elemen-elemen yang lembut, bentuk-bentuk benda yang memililki sudut melingkar. Warna menggunakan warna pastel untuk menampakkan keceriaan suasana. 

Gb.281 Tata panggung berwarna gelap menggambarkan suasana lakon yang dalam dan berat 

Pemilihan bentuk, warna, dan komposisi objek di atas panggung sangat menentukan suasana dan semangat lakon. Jika tata panggung salah dalam memilih dan menata perabot, maka laku lakon yang dimainkan oleh para aktor akan terasa berat. Misalnya, tata panggung yang cerah seperti gambar di atas digunakan untuk lakon misterius. Ketepatan menata perabot sesuai dengan suasana dan semangat lakon akan membantu mempertegas makna lakon yang hendak disampaikan.   4.2.2 Periode Sejarah Lakon  Tata panggung juga dapat memberikan gambaran periode sejarah lakon yang sedang dimainkan. Penata panggung perlu mempelajari atau mengadakan penelitian sejarah berdasar lakon yang akan dimainkan. Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran selengkapnya tentang bentuk arsitektur, perabot rumah tangga, peralatan, dan segala keperluan yang dibutuhkan lakon untuk ditampilkan di atas pentas. Penelitian ini sangat penting karena gaya bangunan, furnitur, dan tata peletakannya sangat berbeda dari zaman ke zaman.  

Meskipun penelitian sejarah sangat penting tetapi penata panggung tidak  bisa meniru secara total setiap detil gaya arsitektur satu zaman tertentu. Peniruan total menandakan tidak adanya kreatifitas artsitik. Yang perlu ditangkap dan dipelajari adalah motif secara umum dan ciri-ciri khusus yang digunakan pada zaman itu. Melalui proses kreatif, ciri dan motif ini diwujudkan dalam bentuk baru yang dapat memberikan gambaran periode sejarah lakon kepada penonton. Tata panggung berbeda dengan reproduksi. Tata panggung adalah kreasi artistik yang mencerminkan esensi sebuah periode sejarah tertentu beserta lingkungannya untuk mempertegas suasana dan semangat lakon yang ditampilkan. 

4.2.3 Lokasi Kejadian  Letak geografi sangat mempengaruhi desain sebuah bangunan dan perkakas yang melengkapinya. Bentuk bangunan dan perkakas rumah tangga sangatlah berbeda antara daerah tandus dan daerah subur. Hal ini pulalah yang menjadikan bentuk bangunan setiap suku bangsa berbeda. Dengan memanfaatkan ciri-ciri tradisi atau lokal tertentu dalam mendirikan sebuah bangunan penata panggung dapat memberikan gambaran lokasi kejadian peristiwa lakon kepada penonton.   Bahkan dalam satu daerah bentuk bangunan area tertentu berbeda dengan area lain. Misalnya dalam masa sekarang ini, bangunan perumahan berbeda dengan bangunan rumah penduduk kampung meskipun mereka tinggal dalam satu wilayah. Dengan mencermati setiap sisi bangunan mulai dari bentuk, bahan sampai penataan interior, penata panggung akan mendapatkan gambaran komplit untuk diwujudkan di atas panggung.   Lokasi kejadian tidak hanya sekedar tempat kejadian secara umum tetapi juga di tempat-tempat khusus dalam satu ruang atau bangunan. Misalnya, sebuah bentuk bangunan yang ditampilkan memberi gambaran lokasi kejadian persitiwa terjadi di sebuah gedung tua di salah satu kota pada masa tertentu. Lokasi ini tidak hanya berhenti di sini. Mungkin saja salah satu peristiwa terjadi di ruang dapur gedung tersebut. Peristiwa lain terjadi di ruang tamu. Dengan demikian tata letak perabot serta perkakas yang digunakan harus ditata sedemikian rupa untuk memberi kejelasan lokasi kejadian peristiwa. 

4.2.4 Status dan Karakter Peran  Tata panggung dapat pula memberikan gambaran status dan karakter peran dalam lakon. Penata panggung biasanya menggunakan perabot dan atau piranti tangan untuk menunjukkan hal ini. Sebuah karakter yang memiliki status sosial tinggi ditampilkan sebagai sosok yang mengenakan kacamata, mengisap pipa, berjalan memakai tongkat dan tinggal dirumah yang mewah. Sementara peran yang bestatus sosial rendah menempati rumah sederhana dengan perabot sederhana.

Gambaran status inipun dapat memberikan indikasi karakter peran. Misalnya, sosok yang berstatus sosial tinggi itu jika karakternya baik maka ia akan ditampilkan sebagai pribadi terpelajar, bijaksana, dan berwawasan keadlian. Tetapi jika ia memiliki karkater jahat maka ia akan tampil cerdik, penuh kelicikan, dan tetap menggunakan bahasa yang halus seolah-olah ia orang baik. Jika sosok berstatus rendah digambarkan sebagai orang baik maka ia nampak jujur, lugu, dan mudah ditipu tetapi tetap sabar. Jika memiliki karakter jahat maka ia akan  berbicara kasar, suka memaki atau memukul, melakukan kejahatan secara terbuka.  Dari gambaran status yang diperlihatkan dapat diidentifikasi gambaran karakter peran yang dimainkan oleh aktor. Perbedaan status seperti yang disebutkan di atas memberikan konsekuensi perbedaan gaya karakter. Meskipun sama-sama berkarakter jahat tetapi gaya yang ditampilkan antara peran berstatus tinggi berbeda dengan yang berstatus rendah. Memang untuk menampilkan karakter secara utuh diperlukan unsur artistik lain seperti tata rias dan busana, tetapi tata panggung atau set dekorasi yang dihadirkan dapat memberikan identifikasi umum karkater peran yang ada di dalamnya. 

4.2.5 Musim  Suasana dalam satu musim berbeda dengan musim lain. Suasana rumah petani pada musim tanam dan musim panen sangatlah berbeda. Suasana musim hujan di satu daerah dan musim kemarau sangatlah berbeda. Tata panggung dapat memberikan gambaran jelas mengenai musim yang sedang dilalui dalam lakon. Penggunaan warna, perabot sehari-hari serta piranti lain dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui musim yang sedang berjalan. Petani yang digambarkan membawa cangkul atau peralatan menanam dengan latar belakang sawah berair memberikan gambaran susana musim tanam sedangkan petani yang mengangkut padi memberikan gambaran suasana musim panen. Seorang yang berdiri di bawah payung di sebuah teras gedung memberikan gambaran musim hujan sementara seorang yang duduk di serambi rumah dengan hanya mengenakan kaos, mengipas-kipaskan tangannya  menggambarkan musim panas. Demikianlah, tata panggung dapat memberikan gambaran musim yang sedang terjadi dalam lakon yang dimainkan.  

4.3 Elemen Komposisi  Desain tata panggung sebaiknya dibuat dengan mudah dan bebas. Artinya, imajinasi dapat dituangkan sepenuhnya ke dalam gambar desain tanpa lebih dulu berpikir tentang kemungkinan visualisasinya. Pemikiran lain di luar desain akan menghambat imajinasi dan akhrinya memberikan batasan. Penyuntingan atau pengolahan bisa dilakukan setelah gagasan tertuang. Dalam pembuatan desain gambar tata

panggung yang terpenting adalah cara mengatur, menata, dan memanipulasi elemen komposisi yang menjadi dasar dari seluruh kerja desain. 

4.3.1 Garis  Garis menunjukkan bentuk. Setiap goresan garis yang dibuat memiliki karakter tersendiri. Tebal tipisnya garis dapat memberikan gambaran dimensi, kualitas, dan karakter satu benda atau bentuk yang dihasilkan. Gambar yang dibuat dengan garis tegas akan menampakkan nuansa emosi atau sikap yang tegas dan kuat dibandingkan dengan gambar dengan garis lembut. Permainan tegas dan lembut inilah yang akan menampakkan dimensi objek. Dalam desain tata penggung, arah garis mewakili arah penonton. Artinya, garis menuntun pandangan penonton menuju area permainan.  

4.3.2 Bentuk  Bentuk adalah ruang yang dikelilingi oleh garis. Karakterisitik bentuk sangat tergantung dari karakter garis yang membentuknya. Suasana ruang tampak kuat, kaku, dan bertenaga dengan garis tegas yang mengelilinginya. Garis tersebut membentuk ruang kotak tanpa lengkung. Sebaliknya, ruang yang dibentuk dari garis lengkung akan menampakkan keluasan, kesegaran, kedamaian, dan ketenangan. Kombinasi antara garis lengkung dan lurus ini akan menciptakan

beragam bentuk di mana di dalamnya terdapat ruang tempat aktor bermain atau ruang suasana untuk mendukung adegan lakon.   

4.3.3 Warna  Meskipun warna dalam desain harus merepresentasikan warna alami benda atau objek yang digambar, tetapi hasil yang mengesankan dapat temukan dengan menambahkan corak warna lain. Warna-warni benda atau objek desain akan mempertegas kedalaman ruang. Selain itu, warna juga memiliki karakter tersendiri. Secara mendasar ada warna hangat atau panas dan ada warna dingin. Yang termasuk warna hangat, adalah merah, oranye. Sedangkan yang termasuk dalam warna dingin, adalah biru tua, hijau. Kombinasi warna hangat dan dingin ini akan mempertegas suasana ruang yang hendak diciptakan. Untuk menonjolkan bagian atau objek tertentu di atas panggung, penggunaan warna sangatlah efektif. Pembedaan warna satu objek tertentu dengan objek lainnya dapat digunakan untuk menyimbolkan sesuatu. Intinya, dengan mengolah warna-warna yang ada di atas panggung maka, semua gambaran simbolis atau realis dapat diwujudkan.   

4.3.4 Cahaya  Cahaya membuat objek atau benda tampak lebih hidup. Dengan mengkreasikan gelap dan terang, maka volume sebuah benda dapat dimunculkan. Dalam desain imajinasi sumber cahaya dan arah datangnya cahaya harus digambarkan, sehingga semua objek menampakkan volumenya. Jika gambar dibuat tanpa imajinasi cahaya maka gambar tersebut tampak datar sehingga kedalaman ruang yang dinginkan tidak tercapai. Dengan menambahkan cahaya maka gambaran penataan objek dan ruang di atas panggung tampak hidup. 

4.4 Praktek Tata Panggung  Praktek tata panggung dimulai sejak menerima naskah lakon yang hendak dipentaskan. Tidak bisa seorang penata panggung hanya bekerja berdasarkan pesanan seorang sutradara untuk membut set tertentu tanpa membaca naskah lakon terlebih dahulu.  Penata panggung bukanlah seorang pekerja yang hanya menjalankan perintah dari sang sutradara atau penata artistik [sutradara artistik]. Ia harus mampu mengembangkan imajinasinya dan mewujudkannya dalam karya tata panggung.  

4.4.1 Mempelajari Naskah  Seperti yang telah diuraikan di atas, tugas penata panggung dimulai sejak ia menerima naskah lakon yang akan dimainkan. Seluruh imajinasi ruang atau tempat berlangsungnya cerita dapat dipelajari melalui naskah lakon. Tugas penata panggung pada tahap ini adalah menemukan detil lokasi kejadian pada setiap adegan dalam cerita. Semuanya ditulis dengan lengkap dan didata. x Lokasi kejadian [menunjukkan tempat berlangsungnya cerita] x Waktu kejadian [menunjukkan tahun, dekade, atau era kejadian] x Bentuk atau struktur bangunan sesuai dengan lokasi dan waktu  x Model atau gaya perabot sesuai dengan lokasi dan waktu x Lingkungan tempat kejadian [suasana lingkungan yang mendukung] x Peralatan apa saja yang diperlukan [piranti tangan untuk para pemain seperti; tongkat, senjata, dan lain sebagainya] x Perpindahan lokasi kejadian dari babak atau adegan satu ke adegan lain x Suasana yang dikehendaki pada setiap adegan Semua data tersebut digunakan untuk pedoman pembuatan set. Perkiaraan gambaran lengkap set sudah bisa didapatkan melalui  data- data tersebut. Selanjutnya, penata panggung bisa membuat sketsa tata panggung berdasar data tersebut. Sketsa ini masih berupa gambaran kasar yang membutuhkan penyesuaian dengan konsep tata artistik

secara menyeluruh. Misalnya, lokasi kejadian adalah di sebuah ruang tamu dalam rumah sederhana di pedesaan

4.4.2 Diskusi Dengan Sutradara  Hasil sketsa yang telah dibuat oleh penata panggung selanjutnya dibawa dalam pertemuan penata artistik dengan sutradara. Dalam pertemuan ini dibahas konsep tata artistik yang akan digunakan dalam pementasan. Sutradara memberikan gambaran dasar tata artsitik yang dikehendaki. Kemudian penata artistik atau sutradara artistik menjelaskan maksud sutradara tersebut secara lebih jelas dalam gambaran tata artistik yang dimaksudkan.  Gambaran tata artistik ini menyangkut seluruh elemen rupa yang akan ditampilkan di atas panggung. Oleh karena itu, desain tata panggung harus senada dengan dengan desain tata rias, dan tata busana. Selain itu, hal yang terpenting adalah interpretasi sutradara dan penata artsitik terhadap lakon yang akan dipentaskan. Misalnya; ruang tamu dalam rumah sederhana di pedesaan hendak ditampilkan dalam wujud yang lebih modern. Dalam hal ini, dinding rumah tidak lagi dibuat dari bambu tetapi dari tembok. Perabot yang adapun tidak lagi dari bambu tapi dari kayu atau bahan lain yang kelihatan lebih mewah meskipun sederhana. Tata dekorasi tidak dibuat tetap [permanen] tetapi

dapat diubah dalam beberapa bentuk. Semua arahan ini dituliskan atau digambarkan dalam konsep tata artistik.  Selanjutnya, penata panggung mempelajari konsep tersebut dan membuat penyesuaian. Karena tata panggung dapat diubah dalam beberapa bentuk maka penata panggung kembali membuat sketsa seperti yang dimaksud. Tentu saja dengan tetap berdasarkan pada lakon sehingga setiap bentuk dari perubahan set masih mencerminkan keadaan tempat atau lokasi kejadian yang dinginkan.  Gambar 288, 289 dan 290 memperlihatkan sketsa hasil penyesuaian dengan konsep tata artistik. Dalam gambar ini penata penggung menyediakan beberapa ruang yang dapat dijadikan latar tempat kejadian peristiwa. Sutradara dan penata artistik dapat menentukan dan mengkoreski hasil seketsa tersebut. Selanjutnya yang terbaik     

4.4.3 Menghadiri Latihan  Setelah menentukan gambar tata panggung, maka trugas penata panggung adalah menghadiri latihan. Tata panggung tidak hanya berkaitan dengan keindahan set dekor tetapi juga berkaitan dengan lalu lintas pemain di atas panggung. Tata panggung yang baik tidak ada

gunanya jika tidak dapat menyediakan ruang bermain yang leluasa bagi para aktor. Pertimbangan area permainan sangatlah penting.  Bagaimanapun juga tata panggung tidaklah dapat bergerak atau hidup sebagaimana aktor. Oleh karena itu, ruang yang disediakan untuk para aktor dapat menghidupkan gambaran tata panggung yang telah dibuat. Untuk mengetahui detil gerak-gerik aktor di atas pentas maka jalan yang terbaik adalah menghadiri latihan. Semakin sering menghadiri latihan, penata panggung akan semakin tahu ruang yang dibutuhkan oleh aktor untuk bergerak. Dengan demikian ia dapat memperkirakan volume set dekor yang akan dibuat. 

4.4.4 Mempelajari Panggung Mempelajari panggung bagi penata panggung sangatlah penting. Karakter panggung satu dengan yang lain berbeda. Ada panggung yang luas dan ada yang sempit. Jarak artistik yang disediakan pun berbeda- beda. Semakin lebar jarak artistik maka semakin lebar pula jarak pandang penonton. Hal ini mempengaruhi efek artistik tata panggung. Dalam jarak yang jauh, penonton tidak bisa menangkap detil-detil kecil sehingga hiasan di atas panggung harus dibuat dalam skala yang lebih besar. Jenis panggung juga mempengaruhi tampilan tata panggung. Dalam teater arena yang penontonnya melingkar tidaklah efektif menggunakan tata panggung yang dapat menghalangi pandangan penonton.   

Gb.291 Penempatan objek yang tidak efektif dan mengganggu 

Gambar di atas menunjukkan bahwa objek yang berwarna merah sangat mengganggu pandangan penonton. 

 408

Dalam panggung proscenium, pembuatan set dekorasi dapat mendekati keadaan aslinya. Karena pandangan penonton hanya satu arah dari depan maka titik prespektif dapat dikreasikan dengan baik. Sementara dalam panggung thrust, latar belakang panggung hanya efektif digunakan untuk memberikan pemandangan latar saja. Hal ini disebabkan karena tiga per empat panggung menjorok ke depan sehingga sebagian penonton dapat menyaksikan dari sisi kanan dan kiri panggung. Latar belakang hanya memberikan penegasan pada tata letak perabot di panggung depan [bawah]. Dengan mempelajari detil panggung beserta perlengkapannya, penata panggung akan dapat memperkirakan penataan perabot. Hasil kerja penataan harus nampak indah dari sudut pandang penonton serta memberikan kelagaan ruang bagi pemain. Tata panggung yang baik akan mendukung keseluruhan laku lakon. Blocking yang dihasilkan tidak tampak terlalu penuh atau sisa ruang terlalu longgar. Luas area panggung dijadikan patokan skala volume setiap benda atau objek yang akan ditempatkan. Objek-objek ini selanjutnya akan ditambahi dengan kehadiran pemain. Jika volume objek benda dekorasi terlalu besar maka ruang yang tersisa semakin sempit sehingga gerak aktor tidak leluasa dan blosking yang dihasilkan selalu akan nampak padar, berat, dan terkesan melelahkan. Sebaliknya, peletakkan objek benda dekorasi yang terlalu kecil akan menyisakan ruang yang luas sehingga aktor harus melipatgandakan tenaganya dalam beraksi. Akibat paling jelek dari keadaan ini adalah aktor dan tata dekorasi akan nampak kecil sehingga panggung terkesan kosong. Oleh karena itu, mempelajari panggung adalah tahap yang harus dilakukan oleh penata panggung. 

4.4.5 Membuat Gambar Rancangan  Tahap berikutnya adalah membuat gambar rancangan yang telah disesuaikan dengan pilihan sutradara dan area panggung tersedia. Gambar rancangan ini sudah dibuat dengan warna sehingga nampak lebih hidup dan dapat memberikan gambaran sesungguhnya. Gambar 292 dan 293 menunjukkan gambar rancangan tata panggung yang telah ditentukan dan disesuaikan. Dalam contoh ini diperlihatkan bahwa sketsa penyesuaian alternatif 1 dan 2 yang ditentukan, sehingga gambar rancangannya mengacu pada pemilihan tersebut. Gambar rancangan ini belum final, karena masih harus mendapatkan penyesuaian akhir dari sutradara dan tim artistik yang dipimpin oleh penata artistik. Penggunaan warna dasar serta motif tertentu dalam dekorasi menjadi sorotan utama karena berkaitan dengan warna busana serta warna cahaya. Penentuan warna ini sangat penting karena seorang aktor yang memakai baju berwarna merah dengan latar belakang berwarna merah yang sama akan saling menghilangkan. Akhirnya, aktor tersebut tidak tampak sama sekali dari pandangan penonton. Penyesuaian warna dengan demikian dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambar panggung yang dihasilkan baik dari sisi

B. TATA SUARA

 adalah suatu usaha pengaturan terhadap sesuatu bentuk, benda dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Suara adalah getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi biasanya dari benda padat yang merambat melalui media atau perantara. Perantara dapat berupa benda padat, cair, dan udara kepada alat pendengaran. Tata suara adalah suatu usaha untuk mengatur, menempatkan dan memanfaatkan berbagai sumber suara sesuai dengan etika dan estetika untuk suatu tujuan tertentu, misalnya untuk pidato, penyiaran, reccording, dan pertunjukan teater. Tata suara berakibat langsung pada pendengaran manusia. Selaput pendengaran atau gendang telinga menerima getaran yang merambat melalui udara sesuai degan besar kecilnya suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi atau suara. Bentuk dari getaran tersebut adalah kerapatan dan kerenggangan udara yang disebut dengan gelombang suara. Gelombang suara yang sampai pada rongga telinga dapat menggetarkan selaput gendang pendengaran dan menimbulkan rangsangan pada ujung-ujung syaraf pendengaran. Rangsangan getaran udara yang berulang-ulang akan diteruskan ke pusat syaraf atau otak, apabila getaran yang berasal dari sumber bunyi berhasil mencapai otak melalui alat pendengaran, maka kita dapat mengatakan mendengar bunyi atau suara.   

Gelombang penyampai suara yang bergerak terus menerus disebut dengan frekuensi. Secara teknis, frekuensi adalah bentuk gelombang yang dimulai dari garis bergerak ke atas maksimum dan bergerak ke bawah maksimum. Gerakan keatas dari sumbu X [line] sampai titik maksimum dan menurun sampai line disebut dengan siklus positif dan gerakan ke bawah sampai mencapai garis sebagai siklus negatif, satu proses siklus positif dan siklus negatif tersebut dinyatakan dalam satu putaran atau cycle. Apabila proses gerakan atau putaran tersebut berjalan terus menerus itulah yang dinamakan frekuensi [Gb.303].

Amplitudo atau amplitude adalah gelombang yang bergerak sampai titik maksimum atas [puncak/peak] dan titik maksimum bawah [Gb.304]. Frekuensi rendah [low frequency] digambarkan dengan gelombang sinus yang renggang, sedangkan frekuensi tinggi [high frequency] digambarkan dengan gelombang sinus yang rapat.  

5.1 Teknik Penataan Suara Penata suara dalam menjalankan tugasnya harus mempertimbangkan kualitas suara yang dihasilkan sebagai nilai seni. Kualitas suara yang dihasilkan ahrus baik, jelas, wajar terdengar, indah dan menarik. Bukan hanya mengutamakan keras dan lemahnya suara. Yang dimaksud dengan kualitas suara yag baik adalah memenuhi standar level minimal, terhindar dari noise [kegaduhan], dan distorsi [gangguan] serta tercapainya keseimbangan [balance] suara. Penata suara harus memiliki pengalaman dan pemahaman terhadap peralatan yang digunakan. Selain itu, penata suara harus menguasai beragam teknik penataan suara.  

5.1.1 Teknik Miking Suatu teknik pemilihan dan penempatan mikrofon terhadap sumber suara berdasarkan tujuan, fungsi dan estetika tata suara. Teknik miking ini sering disebut dengan teknik “todong” [Gb.305], artinya semua sumber suara ditangkap melalui mikrofon. Baik sumber suara yang berasal dari instrumen akustik maupun peralatan elektronik seperti keyboard, gitar elektrik, dan audio player. Untuk mendapatkan suara dari instrumen tersebut dilakukan dengan cara memasang mikrofon yang sesuai pada speaker monitor. Meskipun peralatan tersebut memiliki fasilitas line-out yang dapat dihubungkan langsung dengan audio mixer, tetapi dalam teknik mikking semua tergantung dari pemasangan mikrofon. Dalam hal ini, ketelitian dan ketepatan penata suara dalam memilih serta memasang mikrofon diperlukan.  

Gb.305 Teknik mikking  

5.1.2 Teknik Balancing Pengaturan berbagai sumber dan peralatan tata suara untuk mendapatkan hasil suara atau rekaman yang baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu keselarasan, keserasian dan keseimbangan [balance]. Tingkat keberhasilan penataan suara adalah mendapatkan hasil suara  yang selaras dan seimbang antara karakter sumber suara asli dengan hasil olahan suara setelah melalui proses peralatan [pengolahan]. Sebagai contoh adalah dialog drama yang dilakukan oleh

dua tokoh yang memiliki karakter suara yang berbeda. Posisi pengaturan jarak dan arah sudut [angle] jika menggunakan satu mikrofon berbeda dengan dua mikrofon. Penata suara harus dapat menghasilkan suara yang berimbang, artinya hasil pengolahan dua sumber suara tersebut tidak mengalami perbedaan yang mencolok baik secara kualitas dan level keluarannya. 

5.1.3 Teknik Mixing Suatu proses pengolahan/pencampuiran berbagai sumber melalui perangkat elektronik audio mixer untuk menghasilkan pengolahan suara yang terbaik sesuai dengan karakter sumber suara, cita rasa, etika, dan estetika tata suara. Berbagai sumber suara dengan masing-masing karakter masuk secara bersamaan ke audio mixer. Peran penata suara sangat dibutuhkan untuk mengolah dan mengontrol melalui fader level [lever] audio yang diinginkan. Perbandingan level musik ilustrasi ketika dialog berjalan, transisi, soundtrack, sound effect, dan lain sebagainya perlu diperhatikan. 

5.1.4 Teknik Reccording Suatu proses untuk mendapatkan informasi atau hasil rekaman suara yang disimpan dalam suatu media rekaman pita magnetik [cassette], piringan hitam, CD, hardisk, dan sebagainya, dengan tujuan hasil rekaman dapat diperdengarkan kembali. Teknik rekaman dilakukan apabila hasil olahan suara hendak disimpan ke dalam media rekam. Apabila tidak, hasil olahan dapat diperdengarkan kembali lewat audio speaker. 

5.2 Fungsi Tata Suara Dalam pertunjukan teater, suara memiliki peranan yang penting dalam menyampaikan cerita. Karena media dasarnya adalah lakon yang diucapkan, maka meskipun gerak pemain juga penting, tetapi verbalisasi cerita tersampai melalui suara. Tata suara memiliki beberapa fungsi, yaitu. x Menyampaikan pesan tentang keadaan yang sebenarnya kepada pendengar atau penonton. x Menekankan sebuah adegan atau peristiwa tertentu dalam lakon, baik melalui efek suara atau alunan musik yang di buat untuk menggambarkan suasana atau atmosfir suatu tempat kejadian. x Menentukan tempat dan suasana terentu, keadaan tenang, tegang, gembira maupun sedih, misalnya seperti suara ombak, camar dan angin memperkuat latar cerita di  tepi pantai. x Menentukan atau memberikan informasi waktu. Bunyi lonceng jam dinding, ayam berkokok, suara burung hantu, dan lain sebagainya.

x Untuk menjelaskan datang dan perginya seorang pemain. Ketukan pintu, suara motor menjauh, dan suara langkah kaki, gebrakan meja, dan lain sebagainya. x Sebagai tanda pengenal suatu acara atau musik identitas cara [soundtrack]. Musik yang berirama jenaka bisa memberikan gambaran bahwa pertunjukan yang akan disaksikan bernuansa komedi, sementara musik yang berat dan tegang dapat memberikan gambaran pertunjukan dramatik. x Menciptakan efek khayalan atau imajinasi dengan menghadirkan suara-suara aneh di luar kelaziman.  x Sebagai peralihan antara dua adegan, sebagai fungsi perangkai atau pemisah adegan, biasanya musik pendek yang dibuat khusus untuk suatu drama atau ceritera. x Sebagai tanda mulai dan menutup suatu adegan atau pertunjukan. Tone buka dan tone penutup, ada juga yang diambil dari potongan soundtrack. Semua fungsi tata suara berkaitan dengan instrumen yang menghasilkan bunyi. Dalam kasus ilustrasi musik pertunjukan, tata suara menggunakan perlengkapan elektronis. Dengan demikian, penataan suara harus mempertimbangkan keseimbangan antara suara aktor dan suara musik ilustrasi. Demikian pula pada saat fungsi suara untuk memulai sebuah adegan. Pengaturan tinggi rendahnya suara harus diperhitungkan sehingga ketika dialog pemain sudah mulai berjalan semuanya akan terdengar dengan jelas. 

5.3 Jenis Tata Suara

Live  Yang dimaskud dengan tata suara secara live adalah suatu penataan atau pengaturan berbagai sumber suara atau bunyi, atmosfir ilustrasi atau gerakan suara yang sesungguhnya, untuk diperdengarkan langsung kepada penonton/pendengar [audience] baik suara itu diperkuat melalui penguat elektronik ataupun tanpa pengeras suara. Gambar 306 memperlihatkan proses ketersampaian suara. Dalam tata suara langsung, penataan harus dilakukan dengan baik karena hasil yang jelek atau adanya gangguan ketika proses sedang berjalan akan tertangkap langsung oleh telinga pendengar. Pementasan teater lebih banyak menggunakan tata suara secara langsung. Sumber suara dialirkan ke dalam perangkat dan diproyeksikan langsung kepada audien. Dengan demikian jika pengaturan tidak dilakukan dengan baik maka akan menganggu jalannya pertunjukan. Jika semuanya dapat berjalan dengan baik tata suara yang dihasilkan secara langsung akan memberikan gambaran yang lebih hidup. 

5.3.2 Rekaman Merekam adalah suatu kegiatan menangkap informasi, bunyi atau suara tiruan yang dibuat dan disimpan  ke dalam suatu media piringan hitam, pita suara atau CD dengan tujuan hasil rekaman informasi suara dapat diperdengarkan kembali.  

Tata suara yang dihasilkan melalui proses perekaman bisa menghasilkan kualitas yang baik karena dikerjakan di studio dan dapat diubah dari sumber aslinya. Suara bisa diatur lebih jernih. Kesimbangan dapat diatur. Intinya, suara hasil rekaman dapat dibuat sesuai dengan keinginan perancang. Akan tetapi, kelemahan dari rekaman adalah suara yang dihasilkan tidak tampak hidup. Teknik perekaman suara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu rekaman basah dan rekaman kering. 

 5.3.2.1 Rekaman Basah Seluruh sumber suara dimainkan dan direkam secara bersamaan [single track] sesuai dengan tata urutan yang telah ditentukan. Keuntungan rekaman basah adalah waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Hasil dapat langsung diperdengarkan untuk mengetahui kualitas hasil rekaman. Apabila terdapat kesalahan saat itu juga dapat dilakukan rekaman ulang. Kerugian dari proses rekaman basah adalah persiapan harus benar-benar matang. Apabila salah satu pemeran tidak hadir, maka rekaman tidak dapat dilakukan. Kesalahan yang diakibatkan salah satu pemain membutuhkan pengulangan rekaman dengan seluruh pemain.  

5.3.2.2 Rekaman Kering Masing-masing sumber suara direkam sendiri-sendiri [multi track]. Biasanya yang direkam awal adalah announcer, narator, dan pemain [voice over]. Untuk sumber suara lain direkam pada waktu yang berlainan. Setelah keseluruhan sumber suara terekam dengan baik, dilakukan penggabungan [mixing] untuk mendapatkan hasil rekaman yang diinginkan. Keuntungannya, pemain tidak tergantung dengan pemain yang lain. Kerugiannya adalah proses rekaman butuh waktu lama, penyimpanan hasil rekaman harus tertata baik dan teliti, butuh waktu lama untuk proses mixing dan mastering serta terjadi penurunan kualitas suara. 

5.4 Peralatan Tata Suara Persyaratan bagi seorang penata suara adalah memahami berbagai jenis dan frekuensi respon [polarity] mikrofon dan pemahaman terhadap berbagai karakter sumber suara. Kemampuan tersebut sangat membantu perencanaan dalam penempatan mikrofon dan mengoptimalisasikan kerja mikrofon yang akan digunakan. Penggunaan berbagai jenis mikrofon [multi microphone] untuk menangkap berbagai sumber suara baik dari segi karakter, lokasi, akustik maupun situasi memerlukan perencanaan yang baik. Setiap sumber suara menghendaki mikrofon yang belum tentu sama polanya. 

5.4.1 Mikrofon Mikrofon adalah alat yang dipergunakan untuk menangkap suara sebelum suara tersebut dapat didengar kembali melalui pengeras suara [loud speaker]. Dengan pengertian singkat, mikrofon adalah alat pengubah [transductor] tegangan akustik menjadi tegangan atau getaran elektrik [getaran listrik]. 

5.4.1.1 Tipe Mikrofon  Mikrofon memiliki beberapa tipe yang masing-masing mempunyai karakter sendiri. Efek suara yang dihasilkan pun berbeda-beda. Beberapa tipe mikrofon adalah sebagai berikut. 

x Ribbon Microphone Mikrofon tipe ini bekerja berdasarkan perubahan energi yang dihasilkan oleh pergerakan pita logam yang berada ditengah- tengah magnet permanent, pergerakan pita logam yang juga berfungsi sebagai membran dan sebagai penghantar arus lstrik yang besarnya sesuai dengan kuat dan lemahnya suara yang diterima oleh mikrofon. Mikrofon ini tidak tahan terhadap desis angin, dan sangat bagus untuk rekaman yang dilakukan di dalam studio rekaman [indoor], dilengkapi dengan selector V untuk voice dan M untuk musik.    

 Dynamic Microphone Mikrofon ini menggunakan sistim kerja magnetik dan lilitan [coil]. Cara kerja mikrofon ini adalah ketika sumber suara menggetarkan membran, maka membran akan bergetar bersama lilitan yang berada pada tengah-tengah magnet permanen. Getaran lilitan yang memotong garis-garis medan magnet mengakibatkan perubahan tegangan arus listrik [energi] pada kedua ujung kawat lilitan yang akan diteruskan kepada penguat amplifier. Besar kecilnya energi yang dihasilkan oleh lilitan tersebut sangat tergantung dari intensitas dan frekuensi suara yang membentur membran mikrofon.   

 Condensor Microphone Mikrofon yang bekerja dengan perubahan reaktansi [capasitor] dan tegangan [catu daya], akibat getaran membran menimbulkan perubahan-perubahan arus sesuai dengan sumber suara yang diterima oleh membran mikrofon. Dua lempengan logam yang dipasang saling berhadapan yang diberi catu daya memiliki sifat sebagai capasitor [c] dan perubahan salah satu lempengan akibat getaran membran menghasilkan rektansi [Xc]. Oleh karena tegangan yang diberikan tetap, maka arus yang mengalir menghasilkan perbedan frekuensi capasitor [Fc] sesuai dengan kuat dan lemahnya suara yang membentur membrane mikrofon. Condensor microphone level output-nya rendah dan

impedansinya tinggi sehingga output frekuensi responnya terpengaruh oleh panjang kabel penghubung ke amplifier. Pengoperasian mikrofon ini menggunakan catu daya yang cukup.   

x Wireless Microphone  Jenis mikrofon ini dilengkapi dengan pemancar [transmitter] dan pesawat penerima [reciever]. Cara kerja wireless microphone [mikrofon tanpa kabel] jenis ini sangat tergantung dengan catu daya atau batere. Kelebihan mikrofon ini adalah sangat nyaman karena pemakainya dapat bergerak bebas tanpa terganggu adanya kabel. Transmiternya memiliki pengatur level volume yang dapat diatur menyesuaikan dengan level input audio mixer.  

5.4.1.2 Karakteristik Mikrofon  Mikrofon memiliki tipe dan karakteristik yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan kepekaan, teknik, dan arah penyerapan serta pengeluaran suara. 

x Omni Directional Microphone Mikrofon yang memiliki tingkat kepekaan terhadap sumber suara dari segala arah dengan level yang sama. Omni Directional Microphone dapat menangkap suara dari semua arah atau dapat disebut juga dengan mikrofon tanpa pola arah. 

x Bidirectional Microphone Mikrofon ini memiliki tingkat kepekaan pada level yang sama dari dua arah, kebanyakan orang mengatakan mikrofon stereo. Sebenarnya pengertian stereo sound berbeda dengan bidirectional patern, meskipun mikrofon ini dapat menangkap sumber suara dari dua arah yang berlawanan.   

x Uni Directional Microphone Mikrofon yang hanya mempunyai kepekaan dari satu arah, yaitu sumber suara yang berada di depan mikrofon saja. Mikrofon yang memiliki pola arah [patern/polarity] ini sering digunakan untuk penyiar, wawancara dan sangat baik dipergunakan untuk pertunjukan musik dan teater karena dapat membatasi atau mengurangi intervensi suara dari berbagai alat musik. Untuk drama di luar ruangan yang memiiki tingkat kebisingan tinggi, dapat menggunakan mikrofon super/hiper cardioid [shotgun mic] di mana mikrofon

ini memiliki kepekaan pada sudut yang sempit sehingga dapat membatasi suara yang berasal dari sudut lain.  

5.4.2 Audio Mixer Adalah suatu peralatan audio yang dipergunakan sebagai alat, mencampur berbagai sumber suara, mengolah suara, mengatur, dan mengontrol input serta memperkuat suara menjadi suatu hasil keluaran suara yang diinginkan.   

Pada umumnya audio mixer standar dilengkapi dengan komponen- komponen sebagai berikut. 

x Line / Mic Masukan atau input yang dapat dipilih sesuai dengan sumber suara yang akan diproses. Apabila masukan dari peralatan player, camera, sub mixer, dan lain sebagainya menggunakan  line in, sedangkan masukan dari mikrofon melalui mic in yang tersedia. 

x Phantom Power Adalah suatu catu daya yang tersedia pada audio mixer. Digunakan apabila memakai condenser microphone, biasanya dilengkapi dengan selector yang dapat dipilih menggunakan phantom atau tidak. 

x Gain / Trim Untuk mengatur besar kecilnya level masukan atau input ke audio mixer dan sangat berpengaruh terhadap level output. 

x Equalization Untuk mengolah warna suara terdiri dari low, middle, dan hight frequency. Ada yang menyebut dengan bass dan treble, selain untuk mengolah warna suara dapat juga untuk mengurangi feedback.  

x Pan dan Assignment Pan adalah potensiometer untuk mengatur keluaran kiri atau kanan. Pengaturan ini sangat berguna dalam sistem rekaman stereo, sedangkan yang dimaksud dengan assign adalah penggabungan beberapa chanel input kedalam sub group sebelum diteruskan ke master out/main out.  

x Fader Untuk mengatur besaran keluaran atau output yang akan diteruskan ke master out.  

x Mute / Solo / PFL Pre Fader Listening adalah suatu sakelar pintas untuk menghidupkan dan mematikan setiap input. Sakelar ini sangat penting ketika melakukan control balance setiap masukan terhadap keseluruhan sumber suara yang akan diolah.   

x Monitor dan Headphone Monitor dan headphone digunakan sebagai keluaran untuk mengontrol audio yang aktif atau sedang dalam proses balancing, mixing ataupun hasil akhir. Disarankan untuk selalu menggunakan headphone yang standar setiap melakukan penataan dan pengontrolan level suara. 

x Master Out / Main Out Keluaran seluruh suara yang telah melalui proses equalization dan mixing atau hasil akhir audio mixer.        

5.4.3 Audio Player / Recorder Alat untuk memutar kembali hasil rekaman audio dan ada yang dapat berfungsi sebagai alat untuk merekam audio dapat berupa tape rel, piringan hitam, tape recorder, compact disk player, dan lain sebagainya. 

5.4.4 Audio Equalizer Audio equalizer adalah alat yang dapat berfungsi sebagai pengatur atau untuk memperbaiki warna suara dengan tujuan hasil keluarannya sesuai sumber suara asli. Fungsi yang lain adalah untuk membuat sound effect, memperjelas suara instrument musik dan vokal.  

Gb.319 Audio Equalizer 

 Frekuensi audio yang dapat didengarkan oleh manusia disebut dengan range audibility atau kemampuan dengar manusia yang terletak pada frekuensi 20 Hertz sampai dengan 20.000 Hertz. 

x Frekuensi Rendah Terletak pada 20 Hertz sampai dengan 250 Hertz. Frekuensi 20 Hz sampai 63 Hz disebut low bass. Melakukan perubahan pada jarak frekuensi ini akan mengakibatkan suara menjadi tidak jelas dikarenakan frekuensi lain akan tetutup. Frekuensi 63 Hz sampai 250 Hz disebut bass. Menaikkan level pada frekuensi ini pada batas tertentu akan memperjelas suara instrumen atau alat  musik. 

x Fekuensi Menengah Terletak antara 250 Hertz – 2000 Hertz disebut dengan middle range frequency. Frekuensi harmonis instrumen musik berada pada jarak frekuensi ini. Dengan menaikkan amplitudo 3 desibel dapat mengakibatkan suara atau vokal yang terdengar seperti suara pembicaraan lewat pesawat telepon. Upper middle range frequency terletak pada frekuensi 2000 Hertz – 4000 hertz, dengan menaikkan frekuensi ini akan memperjelas suara bibir misalnya huruh M, B, V, dan lain sebagainya. 

x Frekuensi Vokal Frekuensi 4000 Hertz – 6000 Hertz, menaikkan amplitudo pada daerah frekuensi ini akan berpengaruh pada kejernihan

vokal maupun instrumen musik, terutama pada frekuensi 5000 Hz. Sebaliknya apabila menurunkan amplitudo pada frekuensi ini kesan suara yang didapat terasa mengambang. 

x Frekuensi Tinggi Berada pada daerah frekuensi 6000 Hertz – 16000 Hertz, dengan menaikan amplitudo pada batas-batas tertentu akan menambah kejernihan dan kejelasan suara atau vokal. Apabila menaikkan terlalu tinggi akan mengakibatkan suara berdesis.   

5.4.5 Expander / Compresor dan Limiter. Sistem kerja kompresor adalah mengangkat level audio pada batas-batas tertentu sesuai dengan pengaturan [threshold] apabila terjadi under level dari sumber suara. Sedangkan limiter akan memberikan batasan pada level sumber suara yang melebihi modulasi sehingga tidak terjadi kecacatan audio atau pemotongan titik puncak [peak]. 

5.4.6 Power Amplifier Peralatan audio atau rangkaian elektronik pelipat tegangan yang berfungsi sebagai penguat akhir. Power amplifier dilengkapi dengan pengatur besaran perubahan energi elektrik untuk diteruskan ke speaker monitor. 

5.4.7 Audio Speaker Monitor Adalah alat yang dipergunakan sebagai pengubah getaran elektrik yang berasal dari power amplifier menjadi getaran suara [getaran akustik]. Sinyal elektrik menggerakkan spul [coil] yang melingkari medan magnit dan menggerakkan membran speaker yang menghasilkan geraran akustik yang merambat melalui udara hingga sampai pada telinga.   

5.5 Praktek Tata Suara  Pengerjaan tata suara yang diterangkan dalam proses di bawah ini adalah untuk kepentingan iliustrasi musik yang menggunakan alat musik elektronik dan akustik serta dipadu dengan vokal. Dalam khasanah teater, tata suara sangat dominan terutama dalam pentas drama musikal atau opera. Di Indonesia, pentas operet menggunakan instrumen musik secara langsung seperti halnya band dan pemainnya sering menyanyi seperti penyanyi. Bahkan dalam beberapa pertunjukan hiburan, dialog pemain juga menggunakan mikrofon. Pada pentas semacam ini, peranan tata suara tampak sekali. Berbeda dengan jenis teater lain yang lebih mengandalkan suara akustik. 

5.5.1 Persiapan Untuk mempersiapkan pertunjukan drama musikal yang berbasis musik non klasik [band] seorang penata suara wajib mengetahui jenis dan karakter instrumen yang akan digunakan. Setiap jenis instrumen memiliki keluaran suara yang berbeda dan butuh pengolahan yang berbeda pula. Yang akan dijelaskan di sini adalah penataan suara yang menggunakan teknik miking. Semua instrumen diproyeksikan melalui mikrofon. Dengan demikian, penataan tergantung dari jenis mikrofon, peletakkan, dan pengaturan frekuensi. Untuk memproses vokal dan peralatan band menggunakan teknik miking dengan multi microphone yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. x Buatlah daftar peralatan yang akan dipergunakan x Tentukan jenis mikrofon yang digunakan. x Alat dan bahan untuk rekaman audio  

5.5.2 Penataan  Untuk menghasilkan suara yang baik adalah dengan melakukan penataan mikrofon dan  peralatan audio yang dipergunakan. Persyaratan yang lain adalah keseimbangan, keselarasan, keserasian suara. Untuk hasil terbaik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat gambar layout penempatan mikrofon terhadap sumber suara. Sumber suara atau bunyi yang hanya dapat ditangkap melalui mikrophon disebut dengan sumber suara akustik dan sumber suara yang dihasilkan oleh peralatan elektronik dikategorikan dengan sumber suara elektrik. Sumber suara akustik antara lain, bunyi gamelan, binatang, manusia, angin, air, hujan, loudspeaker, peralatan musik akustik dan lain-lain. Sedangkan sumber suara elektrik antara lain, keyboard, gitar elektrik, televisi, tape recorder, audio and video player, dan lain sebagainya.  Seperti diuraikan di atas sumber suara yang ditangkap dengan mikrofon dihubungkan ke input mic audio mixer, sedangkan untuk sumber suara dari peralatan elektrik outputnya [line out] dihubungkan ke line input audio mixer. Output dari audio mixer dihubungkan ke input power

amplifier, selanjutnya output amplifier dihubungkan ke loudspeaker. Untuk sistem instalasi kebutuhan tertentu dapat ditambahkan beberapa audio prosessor yang dirangkai pada audio mixer atau sebelum power amplifier.   Beberapa audio mixer delengkapi dengan conector canon/balance dan conector banana, dRCA/unbalance, namun ada juga yang hanya memiliki satu type conector saja. Untuk itu harus dilakukan persiapan yang matang dan teliti sebelum merangkai peralatan audio. Yang paling utama dari keseluruhan proses merangkai peralatan audio adalah pemasangan pengamanan arus listrik [ground]. Selain mengamankan dari hubungan pendek pemasangan ground ini sangat berguna terutama untuk keselematan kerja, keamanan peralatan, dan memperkecil noise peralatan audio pada saat dioperasikan.   Merangkai peralatan audio yang benar adalah semua peralatan dalam keadaan mati. Volume pada posisi nol dan peralatan belum tersambung dengan sumber listrik. Setelah semua peralatan terpasang dan dirangkai dengan baik, peralatan dihubungkan ke sumber listrik dan dihidupkan secara berurutan. Tahapan menghidupkan peralataan secara berurutan dimulai dari input/player, audio mixer dan diakhiri dengan menghidupkan power amplifier dan membuka level volume sesuai kebutuhan.  Untuk tahapan mematikan peralatan audio dilakukan secara terbalik. Proses dimulai dari menurunkan semua level volume peralatan, mematikan power amplifier dan seterusnya sampai melepas hubungan dengan sumber listrik. Setelah mengetahui pengoperasian peralatan standar, kemudian semua kebutuhan peralatan didata. Daftar peralatan yang akan dipergunakan disesuaikan dengan naskah atau kebutuhan tata suara. Selanjutnya, sudut dan jarak mikrofon disesuaikan dengan sumber suara. Setelah seluruh peralatan audio terpasang dengan benar dan rapi, pengaturan level tiap masukan [input] dilakukan. Input diarahkan ke audio mixer untuk mendapatkan keseimbangan suara dari berbagai karakter sumber suara yang dipergunakan. Untuk memudahkan pengaturan masukan yang banyak dapat dilakukan dengan sistem grup atau sub master. Di bawah ini adalah gambar instalasi beragam sistem tata suara. 

Instrumen yang digunakan adalah, gitar, bass, drum set, dan vokal. 

a.. Mikrofon untuk vokal dengan karakteristik: Frekuensi respon : 50 Hz – 15000 Hz Polar Patern  : Cardioid Impedance  : 50 ohm dan 150 ohm Output Level  : -56 dB Jarak   : 20 cm Sudut   : 30 derajat 

b.  Mikrofon untuk gitar dengan karakteristik: Frekuensi respon : 30 Hz – 17.000 Hz

Polar Patern  : Cardioid Impedance  : 200 ohm Output Level  : -54 dB Jarak   : 20 cm Sudut   : 30 derajat 

c. Mikrofon untuk bass dengan karakteristik: Frekuensi respon : 30 Hz – 17.000 Hz Polar Patern  : Cardioid Impedance  : 200 ohm Output Level  : -54 dB Jarak   : 20 cm Sudut   : 30 derajat 

d. Mikrofon untuk drum set dengan karakteristik : x Bass drum Frekuensi respon : 40 Hz – 10.000 Hz Polar patern  : Cardioid Impedance  : 250 ohm x Tom 1, 2 dan Floor Tom Frekuensi respon : 40 Hz – 10.000 Hz Polar patern  : Cardioid Impedance  : 250 ohm Jarak   : 4 cm Sudut   : 30 derajat x Snare drum Frekuensi respon : 40 Hz – 15.000 Hz Polar patern  : Cardioid Impedance  : 50 dan 150 ohm Jarak   : 4 cm Sudut   : 30 derajat. x Hi-hat Frekuensi respon : 40 Hz – 150 Hz Polar patern  : Cardioid Impedance  : 50 dan 150 ohm Jarak   : 30 cm Sudut   : 45 derajat x Overhead Frekuensi respon : 100 Hz – 20.000 Hz Polar patern  : Cardioid Impedance  : 250 ohm Jarak   : 30 cm Sudut   : 45 derajat x Splash dan chinese cymbal Frekuensi respon : 100 Hz – 20.000 Hz Polar patern  : Cardioid

5.5.3. Pengecekan  Setelah semua peralatan ditata dengan baik, pengecekan perlu dilakukan. Kualitas suara yang jernih, imbang, dan sesuai dengan karakter sangat diperhatikan. Perlu latihan teknik tersendiri untuk menyesuaikan tata suara. Setiap instrumen dicoba secara mandiri. Kemudian semua instrumen dimainkan secara bersama ditambah dengan vokal. Teknik miking, adalah teknik yang paling sulit karena semua suara diproyeksikan melalui mikrofon sehingga tata letak mikrofon satu dengan yang lain sangat berpengaruh. Oleh karena itu, penyesuaian dalam pengecekan tidak hanya berlaku pada speaker dan mixer tetapi juga pada tata letak mikrofon. Dengan ketelitian dan kehati-hatian, hasil tata suara pastil maksimal. Setelah semua dicek dengan baik, maka tata suara sudah siap diaplikasikan dalam pementasan.  

Page 2

Beranda Twitter FACEBOOK Muh Zulkhairi SMKN 1 MODEL SELONG

Beranda Facebook twitter

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề