Tokoh sejarah di kabupaten banyumas yang membangun pendopo si panji yaitu


HARIANMERDEKA.ID,Banyumas-Dalam rangka ikut memeriahkan dan memperingati Hari Jadi Kabupaten Banyumas, Panitia Hari Peduli Sampah Nasional dan World Clean Up Day Banyumas menggelar lomba karikatur dari bahan plastik bekas. Sesuai temanya karya yang dirimkan adalah yang berkaitan dengan Banyumas.

Leader WCD Banyumas 2021 Andrianto mengatakan dari puluhan karya yang terkirim, penitia menetapkan 3 pemenang yaitu Iqbal Hidayat menjadi Terbaik I, Agista Okta Septiara terbaik II dan Indah Ramadhani terbaik III. Ketiga Karya terbaik ini diserahkan kepada Bupati Banyumas Achmad Husein sebagai hadiah Hari Jadi ke 450 Kabupaten Banyumas. Tiga karya terbaik berupa Wajah Bupati Banyumas, Logo Banyumas dan Bawor.

Bupati Banyumas Achmad Husein mengapresiasi dari HPSN dan WCD Kabupaten Banyumas yang menyelanggarakan karya kreatif dari bahan plastik bekas. Bahkan Bupati sempat merekam karya anak-anak ini dan akan mengunggah dalam medsos pribadinya.

“Saat ini saya kedatangan tamu dari WCD, yang membawa kreatifitas anak muda membuat barang bekas menjadi indah dan berguna, selamat untuk ketiganya, dan WCD,” kata Bupati  

Pada kesempatan ini Bupati Banyumas juga memberi apresiasi berupa hadiah tambahan kepada para pemenang.

Pada karikatur foto bupati Igbal menceritakan berasal dari berbagai bahan plastik bekas. Sebelumnya membuat sketsa dulu baru mencari plastik yang pas dengan sketsa dan gambar.

“Disini juga ada pesan, disenggo maskere ben bisa njaga pacare,” katanya

Sementara itu leader WCD Andrianto mengaku senang dan berterima kasih kepada Bupati Banyumas yang sudah berkenan menerima para pemenang dan telah memberi tambahan hadiah.

“Semoga Banyumas semakin maju, sukses dan bisa mensejahterakan rakyatnya,” kata Andre

Bupati Banyumas Pimpin Upacara Hari Jadi ke-450

Purwokerto - Bupati kabupaten Banyumas Ir. Achmad Husein memimpin upacara peringatan Hari Jadi ke 450 Kabupaten Banyumas Senin [22/2/2021] di Pendopo Sipanji Purwokerto. Mengingat masih pandemi, upacara dilaksanakan secara terbatas hanya diikuti 30 peserta yang terdiri dari 1 regu dari TNI, 1 regu Polri dan 1 regu anggota Satpol PP Banyumas. Sementara undangan juga terbatas terdiri dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah [Forkompinda] dan pejabat terkait.

Upacara diawali dengan pembacaan sejarah Hari Jadi Banyumas, tidak ada pengibaran bendera, hanya ada penghormatan untuk Lambang Daerah Kabupaten Banyumas.

Bupati Banyumas  Achmad Husein saat memberi sambutan mengucapkan Selamat Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang ke 450. Ia juga mengajak kepada warga Banyumas untuk mendoakan arwah pendiri Kabupaten Banyumas, para mantan bupati, dan para tokoh masyarakat yang telah berjasa membangun Kabupaten Banyumas.

“Semoga darma baktinya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT,” katanya 

Bupati menambahkan peringatan hari jadi ke 450 kabupaten Banyumas pada tahun ini sangat berbeda dibandingkan peringatan hari jadi tahun-tahun sebelumnya. pandemi ini telah mengubah berbagai tatanan kehidupan.

"Adanya kebijakan untuk menjaga jarak dan mengurangi timbulnya kerumunan membuat upacara peringatan hari jadi ke 450 Kabupaten Banyumas pada tahun ini diselenggarakan dengan cara sederhana, minimalis, dan menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19," tambahnya.

Selanjutnya momentum  peringatan hari jadi ke 450 Kabupaten Banyumas ini agar dijadikan momentum untuk mengenang, meneladani, serta menghidupkan kembali sifat tekad dan semangat Raden Joko Kahiman terutama dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. 

"Dalam kondisi seperti ini, kita harus bersatu-padu dan bergerak bersama untuk melawan virus Corona dan pandemi ini adalah masalah kita bersama, yang harus diselesaikan secara bersama-sama pula. Mayuh Holopis Kuntul Baris, gotong royong, kabehan bae nyengkuyung kebijakan nggo mbrantas virus Corona sekang bumi Banyumas tercinta", pungkasnya

Entika Krisyuliana

Masyarakat Banyumas sangat mengenal Pendopo Si Panji, Pendopo Kabupaten Banyumas yang sampai saat ini masih kokoh berdiri megah di kota Purwokerto dan menjadi ‘’Pujer” [pusat] Pemerintahan Kabupaten Banyumas. Hingga saat ini Pendopo Si Panji masih dikeramatkan, khususnya pada salah satu tiang sebelah barat yaitu soko guru [tengah] selalu diberi sesaji agar semua kegiatan yang belangung di Pendopo Si Panji dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan.

Kisah-kisah misteri sering terdengar dari Pendopo Si Panji yang diboyong dari kota Banyumas ke Purwokerto dengan memutar ke Pantura, tidak melewati [nglangkahi] Sungai Serayu. Kabupataen Banyumas didirikan pada tahun 1852 ole Kyai Adipati Wargautama II yang juga disebut sebagai Bupati Banyumas I dan dikenal sebagai Kyai Adipati Mrapat. Dalam perjalanan sejarah, Adipati Yudongoro [Bupati Banyumas VII / 1708 – 1743] memindahkan pusat Kabupaten Banyumas agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun rumah Kabupaten berikut Pendopo yang dikenal dengan Pendopo Si Panji.

Dalam sejarahnya, Pendopo Si Panji sering memunculkan keanehan dan cerita mistis, misalnya pada tanggal 21-23 Februari 1861, kota Banyumas dilanda banjir bandang / Blabur Banyumas,  karena meluapnya Sungai Serayu. Puluhan pengunsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas [atap] Pendopo Si Panji. Setelah air bah surut, ternyata Pendopo Si Panji tidak mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya [saka guru]. Posisi Pendopo juga tidak bergeser sedikitpun padahal bangunan disekitarnya roboh karena diterjang banjir setinggi lebih dari 3,5 meter.

Misteri lain, ketika Pendopo akan dibangun, semua sesepuh dan tokoh masyarakat Banyumas supaya menyumbangkan calon saka guru Pendopo maupun bahan bangunan yang lain. Semua tokoh masyarakat telah memenuhi permintaan sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehinga ia dipangil untuk menghadap Adipati Yudonegoro II untuk dimintai keterangannya. Ki Ageng Somawangi menghadap memenuhi panggilan sang Adipati. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru Pendopo yang ia ciptakan dari “tatal” dan pontongan-potongan kayun yang berserakan disekitar komplek pembangunan itu. Hal itu tidak disambut baik oleh sang Adipati, bahkan diangap suatu perbuatan yang “pamer kadigdayan”. Akibatnya ia malah dituduh akan “menjongkeng kawibawan” [mengambil alih kekuasaan] Sang Adipati.

Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng Somawangi marah, segera meningalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati sangat tersingung dan menyuruh prajuritnya untuk menangkap Ki Ageng Somawangi yang dianggap “ngungkak krama” [membangkang] itu. Namun karena kesaktiannya, ia dapat lolos dari upaya penangkapan. Konon tongkat saktinya ditancapkan di suatu tempat dan berubah wujud menyerupai Ki Ageng Somawangi. Sontak para prajurit menganiaya Ki Ageng Tiruan.

Ki Ageng Somawangi melanjutakan pelarian menyimpang dari jalan raya, menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang dikenal dengan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Desa dimana Ki geng Somawangi menerobos untuk menghindari kejaran Prajurit Banyumas, kemudian diberi nama “Panerusan”. Dengan demikian diketahui bahwa ada saaat awal pembangunan Pendopo Si Panji sempat menimbulkan ontran-ontran tokoh Banyumas itu.

Masyarakat Banyumas mempercayai bahwasanya salah satu tiang utama [saka guru] Pendopo Si Panji yang dikeramatkan, berasal dari hutan belantara di hulu Sungai Serayu. Dari cerita yang berkembang, kayu yang telah digunakan sebagai tiang itu ingin kembali lagi ke hutan yang sangat angker itu. Sampai saat ini saka guru yang masih kokoh itu katanya ada penunggunya berupa sosok ular dan seorang kakek berjenggot panjang.

Setelah ada penggabungan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto tahun 1936 atau prakarsa Adipati Arya Sudjiman Gandasubrata [Bupati Banyumas XX], pada Bulan Janauari 1937 Pendopo Si Panji dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto. Berdasarkan suara gaib dan petunjuk dari para sesepuh Banyumas dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pemindahan Pendopo Si Panji yang keramat itu tidak melewati Sungai Serayu, tetapi melewati pantai utara Jawa [Pantura], Semarang ke barat, Bumiayu, Ajibarang, kemudian sampai ke Purwokerto.

Ada beberapa hal yang menjadikan Pendopo Si Panji dipindah ke Purwokerto. Ada sasmita bahwa kelak kota Purwokerto akan maju pesat dan menjadi kota perdagangan dan pusat pemerintahan. Pemindahan pendopo sebagai simbol pengakuan betapa kota Banyumas sulit bekembang, karena tidak ada jalur kereta api, lahan kota sempit, dan akses ke laur tidak berkembang. Maka saat itu pun kota Banyumas sepi dan sulit berkembang. Hal ini membuktikan apa yang diperkirakan oleh Bupati Sudjiman Gandasubrata itu benar.

Untuk mengenang kebesaran Pendopo Si Panji, Pemda Kabupaten Banyumas telah membangun “dulpilkat” pendopo di bekas berdirinya Pendopo Si Panji. Namun tidak sesuai dengan aslinya bahkan terkesan lebih mewah dari Pendopo Si Panji yang ada di Purwokerto.

Dari rangkaian sejarah, ternyata sejak pembangunannya sudah ada aura mistis dan pertentangan tokoh, pernah menjadi pengungsian puluhan penduduk yang naik ke atas pendopo dan tidak ada kerusakan saat banjir bandang. Perjalanan sejarah selanjutnya pendopo yang keramat ini tidak mau melewati Sungai Serayu dan di arak lewat Semarang [Pantura] hingga ke kota Purwokerto. Suatu hal aneh yang sampai saat ini belum terkuak adalah alasan mengapa pemindahanyya tidak boleh melewati Sungai Serayu, tetapi harus melewati ratusan kilometer memutar Jawa Tengah

//www.banyumase.com

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề