Tuliskan hadis yang menjelaskan tentang larangan hidup boros

Oase.id - Allah memenuhi segala yang dibutuhkan makhluknya di muka bumi. Termasuk makan dan minum, Allah berikan kepada umatnya. Sehingga manusia atau makhluk hidup lainnya dapat hidup di dunia.

Dalam menikmati rezeki makan dan minum, hendaklah manusia mengendalikan nafsunya. Karena tidak sedikit orang yang lupa ketika dihadapkan pada makanan yang enak, mereka berlebih-lebihan dalam mengonsumsinya. Sedangkan Allah berfirman dalam QS. Al-A`raf ayat 31, yang berbunyi:

وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Artinya: “…. makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [QS. Al a’rof: 31]

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Memenuhi perut berlebihan adalah sifat yang buruk. Bahkan, dapat merusak agama serta kehidupan dunia. 

Dengan mengisi perut hingga muncul rasa kenyang yang berlebihan dapat mengakibatkan kemalasan dan banyak tidur. Jika demikian, efek negatifnya akan menjadikan manusia bodoh.

Banyak tidur dan bermalas-malasan dapat menyia-nyiakan waktu yang merupakan modal dasar dalam kehidupan. Selain itu, makan berlebihan juga dapat menimbulkan penyakit seperti sesak dada, dan penyakit lainnya. Sehingga hal tersebut mengganggu kelangsungan manusia untuk beribadah.

Oleh sebab itu, Rasulullah ﷺ bersabda dalam HR. Thirmidzi yang berbunyi:

حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ الْحِمْصِيُّ وَحَبِيبُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ جَابِرٍ الطَّائِيِّ عَنْ مِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Nashr telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak telah mengabarkan kepada kami Isma'il bin 'Ayyasy telah menceritakan kepadaku Abu Salamah Al Himshi dan Habib bin Shalih dari Yahya bin Jabir Ath Tho`i dari Miqdam bin Ma'dikarib berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:  “Manusia tidak memenuhi wadah yang buruk melebihi perut, cukup bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.”

Hadis di atas menjelaskan bahwa makanlah secukupnya, yang mana ada perintah Rasulullah ﷺ yang hendaknya diamalkan. Yakni makan dan minumlah dengan sederhana dengan mengisi sepertiga bagian perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk udara agar dapat bernafas.

Dikutip dari buku "Sederhana dan Langgeng dalam Beramal dan Sederhana dalam Makanan dan Minuman" yang ditulis oleh Muhammad Abdul Azis Al-Khuly, jika perut diisi dengan berlebih-lebihan, maka akan menekan dinding lambung. Hal itu menekan paru-paru yang akan membuat jalur pernapasan menjadi sempit. 

Semoga kita dapat mengamalkan anjuran dari Rasulullah SAW agar terhindar dari penyakit dan selalu disayang oleh Allah Swt.


[ACF]

ABSTRAK Mamluatul Choiriyah. Penelitian ini adalah penelitian tentang makna isrāf dan makhīlah yang terdapat dalam ḥadīs, Aḥmad bin Ḥanbal, Ibn Mājah dan an-Nasai’. Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang bersikap isrāf dan makhīlah maka penulis tertarik untuk mengkaji makna kata tersebut dan relevansi antara ḥadīs dengan apa yang terjadi pada saat ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1] Bagaimana memahami ḥadīs-ḥadīstentang isrāf dan makhīlah. 2] Bagaimana relevansi ḥadīs-ḥadīstentang larangan isrāf dan makhīlah pada zaman sekarang?Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan [library research]. Dalam penelitian penulis melakukan kajian MA`ÂNῙ AL-ḤADῙS, tujuannya adalah untuk mengetahui historis suatu ḥadīs. Dan dalam konteks apa ḥadīs tersebut disabdakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan bahasa, dan pendekatan historis serta kajian konfirmasi makna dengan petunjuk al-Qur`an agar matnḥadīs tidak bertentangan dengan al-Qur`an. Dari hasil penelitian yang penulis teliti,Ḥadīs-ḥadīs tentang larangan isrāf dan makhīlahmemberikan dorongan kepada manusia untuk menggunakan barang-barang dengan baik dan bermanfaat, serta melarang adanya pemborosan dan pengeluaran terhadap hal-hal yang tidak penting.Sesuatu yang berlebihan itu adalah tanda orang yang mubadżīr[boros] yang mendekatkan kita kepada perbuatan setan. Sesuatu yang dilakukan dengan berlebihan, akan memberikan sebuah dampak yang buruk kepada diri kita nantinya. Sehingga ḥadīs-ḥadīstentang isrāfdan makhīlahini mengingatkan kepada kita untuk diperbolehkannya makan, minum, bersedekah dan berpakaian akan tetapi dengan mengontrolatau memberi batasan agar tidak memberikan dampak buruk. Sedangkan makhīlah yang ada dalam diri seseorang, datang karena sifat takabur yang timbul akibat adanya keutamaan yang dilihat dari dirinya. Sehingga ia merasa lebih dari orang lain, dan mendorongnya menjadi sombong.Keterkaitan ḥadīs-ḥadīstentang isrāf dan makhīlah dengan konteks kekinian tidak jauh berbeda dengan pada masa Nabi. pada zaman Nabiisrāf meliputi: makan dan minum dengan wadah emas dan perak, makan dan minum. Sedangkan dizaman sekarang berlebih-lebihan meliputi: berbelanja, bekerja, ibadah, pesta, berpakaian, makan dan minum, menghormati status sosial.Sedangkan makhīlah pada zaman Nabi dan zaman sekarang tidak ada perbedaan diantara keduanya, yang meliputi: ujub, dengki dan pamer. Isrāf dan makhīlah termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah dan pelakunya oleh Allah dianggap sebagai saudaranya setan.

Tidak tersedia versi lain

Ilustrasi alquran. Foto: Pixabay.

Allah SWT telah memberikan rezeki kepada semua hamba-Nya agar selalu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Sebaliknya, Allah melarang hamba-Nya menggunakan harta untuk pemborosan atau berlebihan. Larangan ini tercantum di Alquran dalam surat Al Isra ayat 27.

Surat Al Isra adalah surat ke-17 di Alquran dan termasuk ke dalam golongan surat Makiyyah. Selain berkisah tentang peristiwa perjalanan Mi’raj Rasulullah SAW, surat Al Isra juga membahas tentang ajakan untuk berperilaku baik. Salah satunya tercantum pada ayat ke-27 yang melarang sifat boros.

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Innal mubazziriina kaanuu ikhwaanash shayaatiini wa kaanash shaytaanu li Rabbihii kafuuraa

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." [QS. Al-Isra:27]

Kandungan Surat Al Isra ayat 27

Dikutip dari laman quran.kemenag.go.id, tafsir ayat tersebut adalah bahwa Allah mencela perbuatan membelanjakan harta secara boros. Orang-orang pemboros dalam ayat ini adalah mereka yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat yang tentunya dii luar perintah Allah.

Allah menegaskan bahwa para pemboros adalah saudara setan. Artinya, jika ada orang yang memanfaatkan harta di luar batas keridhoan Allah dan mengingkari nikmat-Nya, perbuatannya dapat disamakan dengan perbuatan setan.

Pada dasarnya, ayat ini diturunkan Allah SWT untuk menjelaskan perbuatan orang-orang jahiliah. Pada masa itu, orang-orang menumpuk harta yang didapat dari rampasan perang dan perampokan, kemudian digunakan untuk berfoya-foya. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang menggunakan harta untuk menghalangi penyebaran agama Islam.

Hadist Larangan Sifat Boros dalam Islam

Ilustrasi perilaku boros. Foto: Pixabay.

Dikutip dari buku Tips & Trik Menjadi Pribadi yang Disukai Banyak Orang oleh Ipnu R. Noegroho, larangan sifat boros juga dibahas dalam sebuah hadist. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya, dan [Allah rida] jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan saling menasihati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna, serta membuang-membuang harta.” [HR. Muslim]

Kesimpulannya, Islam sangat melarang sikap boros dan berlebihan dalam menggunakan harta. Islam mengajarkan agar umat Muslim bisa menjadi orang yang berhemat dan selalu menggunakan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề