Tuliskan peristiwa peristiwa yang terjadi dalam cerita secara runtut asal usul kali Gajah Wong

Grace Eirin Sabtu, 5 Maret 2022 | 07:30 WIB

Mencari jawaban dari soal-soal teks bacaan 'Kali Gajah Wong'. [Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels]

Bobo.id - Teman-teman, sudahkah kamu membaca teks cerita berjudul 'Kali Gajah Wong' pada buku tematik kelas 4 SD. 

Teks cerita tersebut terdapat pada halaman 91-93 buku tematik kelas 4 SD tema 8. 

Setelah membaca teks tersebut, kamu akan menemukan beberapa pertanyaan yang jawabannya ada di dalam teks cerita.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut salah satunya membahas tentang tokoh protagonis dan antagonis.

Berikut ini pertanyaan dan kunci jawaban berdasarkan teks cerita berjudul 'Kali Gajah Wong'. 

1. Siapa saja tokoh pada cerita 'Kali Gajah Wong'?

Jawaban: 

Page 2

Page 3

Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Mencari jawaban dari soal-soal teks bacaan 'Kali Gajah Wong'.

Bobo.id - Teman-teman, sudahkah kamu membaca teks cerita berjudul 'Kali Gajah Wong' pada buku tematik kelas 4 SD. 

Teks cerita tersebut terdapat pada halaman 91-93 buku tematik kelas 4 SD tema 8. 

Setelah membaca teks tersebut, kamu akan menemukan beberapa pertanyaan yang jawabannya ada di dalam teks cerita.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut salah satunya membahas tentang tokoh protagonis dan antagonis.

Berikut ini pertanyaan dan kunci jawaban berdasarkan teks cerita berjudul 'Kali Gajah Wong'. 

1. Siapa saja tokoh pada cerita 'Kali Gajah Wong'?

Jawaban: 

Your browser is no longer supported. Update it to get the best YouTube experience and our latest features. Learn more

Remind me later

Jawaban:

maaf saya tidk tau cara bilang untuk tidak pake jawab maksudnya saya bilang untuk di perjelas potonya tapi saya tau nya bisanya bilang lewat jawaban maaf .. minta tolong di perjelas jawabanya

Penjelasan:

Kali Gajah Wong di Kotagede, Yogyakarta konon menjadi tempat memandikan gajah milik Sultan. [Foto Ilustrasi : Ist]

Nabiila Azzahra Selasa, 30 November 2021 - 08:41:00 WIB

YOGYAKARTA, iNews.id- Cerita rakyat Yogyakarta selalu menarik diikuti. Salah satunya tentang cerita terbentuknya Kali Gajah Wong. Konon sungai ini menjadi lokasi memandikan gajah milik Sultan.

Kali Gajah Wong  yang terletak di Kotagede, Yogyakarta. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan sebutan ‘kali’ atau ‘kalen’ yang berarti sungai kecil. Kali yang berada di tengah kota memiliki panjang yang tidak lebih dari 20 kilometer.

Saat ini, sejumlah lokasi di pinggiran Kali Gajah Wong telah diubah menjadi spot menarik bagi masyarakat. Salah satunya adalah Objek wisata ‘Dermaga Cinta Kali Gajah Wong’. Pengunjung dapat melihat ribuan ikan nila yang berenang kesana kemari di saluran irigasi yang teletak di bantaran Kali Gajah Wong. 

Namun, apakah kalian tahu, bagaimana asal-usul penamaan sungai kecil ini sehingga disebut dengan Kali Gajah Wong? Nah mari kita simak ulasan iNews.id. 

Alkisah, pada abad ke-17, terdapat sebuah kerajaan yang megah di wilayah Yogyakarta tepatnya di Kotagede. Kerjaan tersebut adalah Kerajaan Mataram. Dipimpin oleh seorang Sultan, yang bernama Sultan Agung. Kerajaan ini memiliki ribuan prajurit dengan barisan pasukan berkuda dan pasukan gajah. Tentunya, menjadi seorang Sultan pasti memiliki abdi dalem yang membantu segala urusannya. Ki Sapa Wira, seorang abdi dalem yang sangat setia kepada Sultan Agung.

Pekerjaan Ki Sapa Wira ini setiap pagi ialah memandikan gajah milik Sultan yang berasal dari Negeri Siam [Thailand] yang bernama Kyai Dwipangga. Ki Sapa Wara selalu memandikan Kyai Dwipangga dengan lembut di sungai yang letaknya tak jauh dari Keraton Kerajaan Mataram. Ki Sapa Wira juga kerap mengajak Kyai Dwipangga untuk berbicara. Meskipun ia tahu, Kyai Dwipangga tak akan membalasnya, namun, ia yakin dengan hal seperti ini, Kyai Dwipangga akan merasa nyaman tiap kali dimandikan olehnya.

Namun, pada suatu hari, Ki Sapa Wara tidak dapat memandikan Kyai Dwipangga dikarenakan tangannya sedang sakit. Lantas, dia meminta bantuan kepada adik iparnya, yang bernama Ki Kerti Peyok untuk memandikan Kyai Dwipangga. 

“Kerti, aku minta bantuanmu, aku tidak bisa bekerja hari ini. Tanganku sakit, sulit untuk digerakkan. Tolonglah aku, tolong mandikan Kyai Dwipangga di sungai dekat sini,” pinta Ki Sapa Wara kepada adik iparnya. 

Ki Kerti Peyok menyanggupi permintaan kakak iparnya itu. Namun, sebelumnya ia meminta informasi bagaimana agar Kyai Dwipangga nurut kepada dirinya yang termasuk orang asing di mata Kyai Dwipangga.

Ki Sapa Wira kemudian memberikan tipsnya, di mana ketika Kyai Dwipangga merasa gelisah, maka hal yang perlu dilakukan adalah menepuk pantatnya dan tarik pelan-pelan ekornya. Nanti secara perlahan dia akan kembali tenang dan berendam di sungai, kemudian tinggal dimandikan saja. Ki Kerti Peyok mendengarkan tips dari kakaknya secara cermat dan ia mulai memahaminya.

Tak lama, Ki Kerti Peyok kemudian mengajak Kyai Dwipangga untuk mandi di sungai. Sama seperti kakaknya, Ki Kerti juga mengajak ngobrol Kyai Dwipangga selama perjalanan menuju sungai. Di tengah perjalanan, Ki Kerti memberikan bekalnya berupa sebutir kelapa kepada Kyai Dwipangga.
Dirasa gajah milik sultan sudah kenyang, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Sesampainya di sungai, Ki Kerti langsung menjalankan tugasnya dengan baik. Kyai Dwipangga pun juga tidak memberontak. Kini, tubuh Kyai Dwipangga sudah bersih, harum, dan mengkilap berarti sudah waktunya untuk membawanya kembali ke kandang.

Sesampainya di kerajaan, Ki Kerti tak lupa memberikan laporannya kepada Ki Sapa Wara bahwa dirinya telah berhasil memandikan gajah dari Negeri Siam itu. Ki Sapa Wara senang mendengarnya. Dia kemudian meminta bantuan lagi karena dirinya belum sembuh total padahal Kyai Dwipangga harus dimandikan setiap hari. Ki Kerti pun menyanggupinya lagi. Tak lupa Ki Sapa Wara menyampaikan pesan kepada Ki Kerti untuk tidak memandikan Kyai Dwipangga di hilir kali.

Dam Mrican di Kali Gajah Wong Yogyakarta. [Foto : Antara]

Keesokan harinya, dirinya bersama Kyai Dwipangga berjalan menuju kali pemandian. Namun, sayangnya, kali tersebut sedang surut. Ki Kerti berpikir bahwa ia tak akan bisa memandikan Kyai Dwipangga disini. “Disini surut, bagaimana bisa aku memandikannya? Untuk berendam saja sudah tak bisa. Sebaiknya aku membawanya ke hilir kali,” pikir Ki Kerti.

Kemudian Ki Kerti mengajak Kyai Dwipangga untuk berjalan menuju hilir. Sesampainya di hilir, Ki Kerti merasaa senang karena air yang mengalir cukup deras dengan tempat yang lebih luas dari tempat pemandian biasanya. Dengan segera ia mengajak Kyai Dwipangga untuk turun ke dalam sungai dan mulai membersihkannya.

Namun, ketika sedang menggosok tubuh Kyai Dwipangga, datanglah banjir bandang dari arah hulu secara tiba-tiba. Ki Kerti terus berteriak meminta bantuan. Tetapi, usaha yang dilakukannya tidak berhasil. Akhirnya dirinya hanyut tenggelam bersama dengan Kyai Dwipangga di tengah derasnya arus banjir bandang yang menuju ke Laut Selatan.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, Sultan Agung menyebut kali itu dengan sebutan “Kali Gajah Wong”  karena telah menghanyutkan seekor gajah dan orang atau dalam bahasa Jawa disebut 'wong'.

Nah, begitulah asal-usul penamaan Kali Gajah Wong yang merupakan cerita rakyat Yogyakarta. Adapun pesan yang ingin disampaikan melalui cerita rakyat Yogyakarta tersebut adalah kita harus mau mendengarkan nasehat dan pesan-pesan dari orang tua agar tidak mengalami kejadian yang tidak diinginkan.


Editor : Ainun Najib

TAG : Kali Gajah Wong kotagede Cerita Rakyat

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề