Upaya apa saja yang sudah dilakukan oleh Indonesia untuk membantu Palestina?

SUDAH jatuh masih tertimpa tangga pula, demikian kata pepatah. Kurang lebih ini pula yang dialami Palestina dalam beberapa waktu terakhir. Di saat Palestina berjuang sekeras tenaga untuk tetap berdiri tegak menghadapi politik aneksasi Israel, Uni Emirat Arab [UEA] justru menjalin hubungan diplomatik dengan negara yang acap menjadi musuh bersama bagi bangsa-bangsa Arab itu.

Dalam perkembangan terbaru, Bahrain mengikuti langkah UEA menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara yang kerap mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat [AS] itu.

Sudah pasti, Israel menyambut baik sikap UEA dan Bahrain di atas. Adapun Palestina mengecam keras keputusan tersebut. Bahkan Palestina menyebut keputusan UEA dan Bahrain di atas sebagai pengkhianatan atas Palestina dan Al-Quds.

Dalam beberapa tahun terakhir, Israel acap melakukan kebijakan sepihak yang sangat merugikan Palestina. Kebijakan terakhir Israel yang sangat merugikan Palestina ialah upaya aneksasi sebagian dari Tepi Barat.

Kebijakan ini banyak menuai protes dari pelbagai macam pihak di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sebagian anggota Kongres Amerika Serikat [AS] dari Partai Demokrat diberitakan melakukan langkahlangkah politik untuk menghentikan rencana sepihak Israel tersebut [Aljazeera.net, 03/07/2020].


Sibuk sendiri

Pertanyaannya ialah, kenapa negara- negara di Timur Tengah tidak kompak dalam membela Palestina, sekaligus menghadapi Israel? Kenapa belakangan Palestina tampak seperti berjuang sendiri? Minimal ada dua hal yang bisa menjawab pertanyaan di atas.

Pertama, pragmatisme elite sebagian negara Arab. Dengan kata lain, masyarakat Timur Tengah sesungguhnya tak pernah kehilangan sikap kritisnya terhadap Israel yang kerap dianggap sebagai musuh utama. Namun, suara keras masyarakat acap terhalangi oleh pilihan politik pragmatis sebagian elitenya, yang tak jarang justru menjalin hubungan dengan Israel. Baik hubungan yang bersifat terbuka maupun hubungan yang bersifat diam-diam.

Sikap Uni Emirat Arab dan Bahrain mutakhir bisa dijadikan sebagai salah satu contoh dari yang telah disampaikan di atas. Negara kaya minyak di Kawasan Teluk itu belakangan sering menjadi ‘buah bibir’ di Timur Tengah, karena hubungannya dengan Israel yang berakibat pada memburuknya hubungan negara tersebut dengan Palestina.

Kedua, kondisi internal sebagian negara di Timur Tengah yang jauh dari kata baik. Sebagian negara terjebak dengan persoalan perang saudara yang tak kunjung selesai, seperti terjadi di Suriah, Yaman dan Libia. Sementara, sebagian negara yang lain terjebak dengan persoalan ekonomi maupun instabilitas politik seperti dialami Libanon, Mesir, dan Yordania pada tahap tertentu.

Semenjak dilanda Arab Spring, sebagian negara Arab justru dalam keadaan yang tidak menentu. Bahkan, pada tingkat tertentu, negara tersebut jauh lebih baik sebelum Arab Spring.

Kondisi internal yang jauh dari keadaan baik sebagaimana di atas telah membuat sebagian negara Arab menjadi sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga akhirnya berdampak atas menurunnya perhatian mereka terhadap persoalan Palestina-Israel. Sebaliknya, Israel belakangan justru semakin agresif untuk mempertebal keuntungan politiknya.


Peran Indonesia

Dalam kondisi Timur Tengah seperti di atas, Indonesia menjadi harapan besar bagi Palestina. Dibanding negara lain yang sama-sama berpenduduk mayoritas muslim, dukungan dari masyarakat Indonesia terhadap Palestina tidak kalah besar [untuk tidak mengatakan yang terbesar].

Indonesia juga cukup stabil secara ekonomi dan politik. Terlebih lagi Indonesia memiliki hubungan baik dengan sejumlah negara berpengaruh di tingkat global yang bisa digunakan dalam upaya menyelesaikan konflik Palestina-Israel secara menyeluruh dan permanen. Tentu ada hal-hal lebih yang harus dilakukan Indonesia untuk meningkatkan kapasitas sikap politik luar negeri, dari sekadar hanya pernyataan politik di atas kertas.

Dengan kata lain, hubungan baik Indonesia dengan negara-negara berpengaruh di tingkat global [juga dalam konteks Palestina-Israel] harus ditingkatkan ke tahap yang lebih aktif, dan strategis, untuk meyakinkan para pihak bahwa penyelesaian konflik Palestina-Israel adalah salah satu pintu utama, menuju terbentuknya tatanan kehidupan global yang lebih damai, aman dan bersih, dari penjajahan satu pihak atas pihak lain.

Pada waktu yang bersamaan, Indonesia harus mampu mendorong dan menyatukan faksi-faksi di internal Palestina, khususnya antara Faksi Hamas dan Faksi Fatah. Karena, hampir tak ada gunanya dukungan besar yang datang dari pihak luar bila ternyata pihak internal Palestina sendiri tidak bersatu.

Melalui dua langkah di tingkat global dan di tingkat internal Palestina sebagaimana di atas, Indonesia bisa membumikan solusi dua negara bagi kedua belah pihak Israel dan Palestina. Hingga terwujud kehidupan dua negara bertetangga dengan sikap saling mengakui dan saling menghormati eksistensi masing-masing.

Hal yang tak kalah penting, dua langkah di atas menjadi prasyarat diplomatik untuk mencapai apa yang dalam Pembukaan UU Dasar 1945 disebut dengan istilah kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Indonesia yang merdeka diharapkan mampu menjalankan tugas ini sebagai bentuk kontribusi nyata dalam menjaga ketertiban dunia.

Indonesia saatnya tampil sebagai juru damai menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Rabu , 19 May 2021, 09:33 WIB

Republika/Thoudy Badai

Indonesia bisa berperan sebagai juru damai di konflik Israel Palestina.

Red: Karta Raharja Ucu

Oleh : Cecep Darmawan, Guru Besar Ilmu Politik dan Ketua Prodi Magister dan Doktor Pendidikan Kewarganegaraan UPI

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini, warga Muslim di seluruh dunia masih bersuka cita merayakan Hari Raya Idul Fitri. Namun suasana kehidmatan tersebut terkoyak oleh serangan rudal rudal militer Israel ke Palestina. Suasana spiritual-ruhaniah yang semestinya dirasakan oleh seluruh saudara muslim di berbagai belahan dunia, seketika terganggung oleh tindakan Israel terhadap Palestina yang di luar batas kemanusiaan.Berbagai serangan Israel telah merenggut banyak korban jiwa mulai dari anak-anak, perempuan, hingga orang dewasa. Sebagaimana dilansir berbagai media seratusan lebih, termasuk perempuan dan anak-anak, meninggal dunia. Bahkan korban luka-luka diperkirakan lebih dari seribuan orang. Begitu pun derita puluhan ribu pengungsi akibat serangan Israel.Bangsa Indonesia memiliki komitmen penuh terhadap kemanusiaan harus bijak dan tegas menyikapi konflik Israel dan Pelestina. Dalam memandang konflik kedua negara tersebut, Indonesia berkomitmen terhadap Palestina yang harus merdeka dan hidup damai. Alinea pertama Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pun secara tegas  mengamanahkan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.” Guna mewujudkan kondisi tersebut, dalam alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, telah menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan Indonesia ialah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Karenanya, Indonesia sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dan juga berkemanusiaan yang adil dan beradab, membela Palestina menjadi amanah mulia. Segala bentuk agresi, penjajahan, penindasan, permusuhan, pembunuhan, dan pelanggaran HAM lainnya, tentunya bertentangan dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa.Dalam melihat konflik antara negara Palestina dengan Israel, Indonesia tetap konsisten selalu berdiri dan mendukung kemerdekaan Negara Palestina secara penuh. Terlebih Indonesia tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam [OKI] memiliki kekuatan politik yang signifikan untuk mendesak OKI agar ikut serta meredakan konflik Palastina-Israel. Selebihnya, bagaimana upaya Indonesia untuk terus menyuarakan dan menggalang berbagai kekuatan dari negara-negara Gerakan NonBlok [GNB] dan dunia internasional untuk mengecam, mengutuk, dan menghentikan segala bentuk agresi yang dilakukan oleh Israel ke Palestina.

Negara Indonesia harus terus melakukan diplomasi agar upaya gencatan senjata dan perdamaian segera dilakukan, sehingga kekerasan dapat dihentikan segara mungkin. Indonesia saatnya tampil sebagai juru damai atau peace maker dalam menyelesaikan konflik antara Palestina dengan Israel.

Upaya inilah yang merupakan bentuk manifestasi atau implementasi dari politik bebas aktif Indonesia. Artinya, diplomasi kemanusiaanlah dan kedamaian yang diutamakan oleh negara Indonesia dalam melihat konflik Palestina dengan Israel.

Marion Harroff-Tavel [2005] dalam artikelnya yang berjudul “The Humanitarian Diplomacy of the International Committee of the Red Cross” menjelaskan diplomasi kemanusiaan merupakan suatu strategi untuk mempengaruhi para pihak yang terlibat konflik bersenjata dan lainnya, baik negara, non-negara, dan anggota masyarakat sipil. Upaya diplomasi kemanusiaan [humanitarian diplomacy] ini harus diupayakan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia baik secara resmi melalui jalur diplomatik maupun dukungan kemanusiaan seperti melalui aksi penggalangan dana bagi korban-korban konflik.Negara Indonesia sebagai bagian dari entitas internasional, begitu pun dengan warga negaranya yang menjadi bagian dari global citizen, tentunya harus bersikap terhadap berbagai tindakan yang mengancam rasa kemanusiaan. PBB selayaknya segera bertindak, agar agresi yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina tidak menambah korban masyarakat sipil yang berpotensi dalam kategori kejahatan kemanusiaan, sebagaimana diatur dalam Artikel 7 Rome Statute of the International Criminal Court [Statuta Roma] Tahun 1998.Indonesia pun sejatinya harus terus mendorong berbagai negara lain dan masyarakat internasional agar dapat menghentikan segala bentuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Hal ini penting guna mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề