Anak Batuk Pilek Plus Napas Cepat? Waspadai Pneumonia
Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Kamis, 17 Nov 2016 16:39 WIB
Jakarta - Batuk dan pilek pada anak mungkin sering dianggap ringan. Namun perhatikan jika kondisi ini dibarengi dengan napas cepat, bisa jadi ini pertanda pneumonia.
Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut alveoli, yang berisi udara ketika kita bernapas.
Nah, ketika seseorang terkena pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang menyebabkan asupan oksigen terganggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu tanda yang perlu diwaspadai adalah napas cepat, terutama jika anak sedang batuk. Hitung napas pada anak balita yang sedang batuk dikatakan oleh dokter merupakan standar tatalaksana pneumonia.Dengan menghitung napas balita yang batuk, kita dapat mendeteksi secara dini kasus pneumonia yang ada, yaitu apakah balita yang batuk mengalami napas cepat atau tidak. Jika diketahui secara dini, pengobatan yang tepat pun bisa segera diberikan.
Menurut dr Cissy B. Kartasasmita, SpA[K], jika anak mengalami batuk pilek, ada baiknya orang tua menghitung napasnya. Untuk anak berusia di bawah dua bulan, maksimal frekuensi napasnya adalah 60 kali per menit. Anak berusia dua bulan sampai satu tahun maksimal frekuensi napasnya 50 kali per menit.
"Untuk anak usia satu sampai lima tahun maksimal 40. Kalau lebih dari itu bisa jadi peringatan bahwa anak sakit dan perlu oksigen. Anak napas cepat diharapkan bisa cepat diberikan antibiotik," tutur dr Cissy dalam temu media di Intiland Tower, Jakarta Pusat, Kamis [17/11/2016].
Baca juga: Pneumonia dan Diare, Ancaman Terburuk Kesehatan Anak
Meskipun demikian, batuk pilek biasa menurut dr Cissy tidak perlu diberikan antibiotik. Antibiotik diberikan hanya jika anak mengalami napas cepat. Tentu saja, antibiotik diberikan oleh petugas kesehatan.
Dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ini menjelaskan bahwa hitung napas sebaiknya dilakukan saat anak dalam kondisi tenang, misalnya saat ia tidur. Hindari hitung napas saat anak sedang rewel menangis.
"Kalau dalam tiga kali penghitungan masih cepat, segera bawa ke dokter. Jangan ditunggu lagi karena daya tahan tubuh anak kan beda-beda, perjalanan kuman tidak bisa diduga," pesan dr Cissy.
Baca juga: Waspada Pneumonia, Si Pembunuh Bayi dan Balita di Indonesia [ajg/up]
pneumonia
tirto.id - Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang bisa terjadi dari kondisi ringan hingga sangat parah. Sehingga saat ada indikasi terjadinya pneumonia harus ada penanganan serius d rumah sakit.
Pneumonia terjadi ketika infeksi menyebabkan kantung udara di paru-paru [biasa disebut dengan alveoli] terisi cairan, lendir atau nanah. Pneumonia bisa menyulitkan Anda untuk menghirup oksigen yang cukup.
Dilansir dari webmd.com, siapa pun dapat terkena infeksi paru-paru ini. Tetapi bayi yang lebih muda dari usia 2 tahun dan orang yang berusia di atas 65 berisiko lebih tinggi terkena pneumonia. Hal ini karena sistem kekebalan mereka mungkin tidak cukup kuat untuk melawannya.
Seseorang bisa terkena pneumonia di satu atau kedua paru-paru. Penyakit ini sangat sulit untuk dideteksi sehingga seseorang bisa saja terkena pneumonia tetapi tidak mengetahuinya. Dokter menyebutnya sebagai pneumonia berjalan. Penyebab pneumonia bisa karena bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia terjadi yaitu Streptococcus pneumoniae. Selain itu, Chlamydophlla pneumonia dan Legionella pneumophila juga bakteri penyebab paru-paru basah.
Kebiasaan gaya hidup, seperti merokok dan terlalu banyak minum alkohol, juga dapat meningkatkan peluang terkena pneumonia.
Beberapa gejala yang menyertai penyakit pneumonia ini di antaranya:
- Napas terlalu cepat [lebih dari 45 tarikan napas per menit]
- Demam
- Batuk
- Desah
- Kulit, bibir, atau ujung jari yang terlihat biru
- Bayi lebih rewel
- Bayi di atau 6 bulan akan lebih sulit atau menolak untuk makan.
Selain itu, saat mempertimbangkan diagnosis pneumonia pada anak-anak dan bayi yang mengalami batuk atau demam, keberadaan hipoksia harus dinilai dan anak harus diamati dengan cermat.
Pneumonia adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak. Sehingga penting untuk mengidentifikasi gejala klinis dan temuan pemeriksaan fisik yang terkait dengan pneumonia untuk meningkatkan diagnosis tepat waktu, mencegah morbiditas yang signifikan, dan membatasi penggunaan antibiotik yang berlebihan.
Baca juga:
- Pentingnya Mencegah Pneumonia pada Anak Balita
- Arti Warna Dahak & Kaitannya dengan Kesehatan: Flu Hingga Pneumonia
- Kenali Gejala Pneumonia dan Pengobatannya
Baca juga artikel terkait PNEUMONIA atau tulisan menarik lainnya Khairul Ma'arif
[tirto.id - Kesehatan]
Kontributor: Khairul Ma'arif
Penulis: Khairul Ma'arif
Editor: Nur Hidayah Perwitasari