Apa akibat jika orang tidak bersikap toleransi?

Toleransi merupakan sikap saling menghormati satu sama lain, terutama dalam menyikapi perbedaan. Nah, perbedaan yang dimaksud di sini bisa bermacam-macam, mulai dari perbedaan suku, budaya, agama, sampai dengan kondisi fisik [dengan teman-teman disabilitas]. Walaupun terlihat mudah, nyatanya masih banyak orang yang sulit melakukan toleransi untuk mewujudkan kesetaraan sosial.

Coba introspeksi diri sendiri apakah kamu sudah memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan? Berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan toleransi sosial untuk diri sendiri dan orang lain.

1.    Kenali Diri Sendiri

Sikap toleransi bisa dibangun dari kesadaran untuk mengenali diri sendiri. Ambil waktu sejenak untuk merenungkan sikap kita kepada sesama. Ingatlah bahwa sebagai manusia kamu juga memiliki kekurangan.

Sebelum menjadi orang yang intoleran, mulai kenali dirimu sendiri dan renungkan apakah sejauh ini kamu sudah memiliki sikap toleransi terhadap sesama yang berbeda atau tidak.

2.    Pahami Perbedaan

Toleransi muncul ketika kita menghadapi suatu perbedaan, entah itu beda keyakinan atau beda kondisi fisik. Perbedaan tercipta bukan untuk mengotak-ngotakkan kita kok. Justru perbedaan tercipta agar kita menyadari bahwa di dunia ini tidak semuanya sama.

Kamu harus memahami perbedaan dan tidak mungkin setiap orang bisa menjadi seperti apa yang kamu inginkan. Demi mencapai kesetaraan sosial, kamu harus menjembatani perbedaan ini dengan sikap toleransi sosial.

3.    Jalin Persahabatan dengan Orang yang Berbeda

Seringkali perbedaan dianggap sebagai sebuah jurang pemisah. Padahal, jika kita mau memahami perbedaan, kamu pasti akan menyadari bahwa perbedaan itu indah. Cobalah membangun sikap toleransi dengan menjalin persahabatan dengan orang-orang yang berbeda denganmu.

Perbedaan budaya, suku, agama, sampai kondisi fisik tidak menjadi penghalang untuk menjalin sebuah persahabatan. Bersahabat dengan orang yang berbeda akan mengajarkan kita untuk lebih menghargai perbedaan, bukan malah menjauhinya.

4.    Berpikir Secara Bijaksana

Sikap toleransi terhadap sesama yang berbeda akan lahir dengan sendirinya jika kita mau berpikir secara bijaksana. Dalam kondisi ini, bijaksana yang dimaksud adalah menyadari bahwa setiap orang tercipta dengan perbedaannya masing-masing. Walaupun kamu berbeda dengan orang lain, bukan berarti kamu harus menghindari orang tersebut. Justru mulailah persahabatan atau silaturahim dengan orang yang selama ini ‘berbeda’ denganmu.

5.    Posisikan Diri ke Orang yang Kamu Anggap Berbeda

Kamu tak bisa selalu mengutamakan keinginan pribadimu dan memaksa agar orang lain yang kamu anggap berbeda untuk turut menyetujui keinginanmu. Kalau seandainya kamu merasa kesulitan untuk bertoleransi, cobalah untuk memposisikan dirimu kepada orang yang selama ini ‘berbeda’ denganmu.

Pahami bahwa menjadi berbeda bukan sebuah ancaman atau hal yang harus dijauhi. Justru kamu harus memperlakukan orang yang berbeda dengan baik karena jika berada di posisinya kamu pun ingin orang lain turut berbuat baik kepadamu.

6.    Traveling untuk Membuka Pikiran

Sesekali luangkan waktumu untuk melakukan traveling. Traveling bukan sekadar untuk bersenang-senang, tapi untuk membuka pikiran. Coba kunjungi tempat-tempat yang masyarakat setempatnya memiliki keyakinan atau budaya yang berbeda denganmu. Dari perjalanan tersebut kamu akan lebih mampu bertoleransi terhadap perbedaan.

Sikap toleransi untuk mewujudkan kesetaraan sosial memang bisa menjembatani segala macam perbedaan. Misalnya, toleransi akan membawa kita lebih dekat dengan teman-teman penyandang disabilitas. Walaupun berbeda secara fisik, teman-teman penyandang disabilitas juga mempunyai hak yang sama seperti kita kok!

Untuk meningkatkan toleransi dan kasih sayang terhadap sesama, ikut #GerakTakTerbatas bersama Rexona, yuk! Kamu bisa mengunduh aplikasi Gerak by Rexona dari smartphone untuk memberi dukungan nyata bagi semua teman-teman disabilitas di Indonesia.

Seiring dengan bertambahnya pengalaman hidup, kita akan sering ketemu orang-orang dengan berbagai karakter, sifat dan prinsip. Bahkan di lingkup teman-teman kita pasti punya perbedaan dari segi sudut pandang, prinsip, ide maupun latar belajang. Hal ini juga dikarenakan semakin dewasa seseorang, semakin terlihat prinsip mana yang sesuai dalam mengejar mimpi mereka. Apalagi sebagai warga negara Indonesia, kita pasti sudah terbiasa hidup dalam perbedaan. Berbeda bukan berarti nggak bisa bersatu kan?

Tumbuh di tengah perbedaan membiasakan diri kita untuk saling toleransi. Ada data menarik nih dari IDN Research Institute mengenai perilaku toleransi di kalangan milenial Indonesia. Anak muda Indonesia lebih optimis dalam memelihara toleransi terhadap sesama, dan cenderung punya satu visi dan misi yang sama untuk kejar mimpi membangun persatuan Indonesia. Mereka dapat mendengarkan dan menerima perbedaan pendapat atau ide teman walaupun beberapa ada yang tidak setuju.

Dari sini bisa kita simpulkan, perbedaan suatu hal yang biasa dan bisa berjalan harmonis bila adanya rasa toleransi sosial. Rasa memahami seseorang atau kelompok mayoritas dan minoritas untuk saling menghormati dan menghargai. Ini langkah yang bisa kamu lakukan untuk menumbuhkan rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

1. Berteman dengan Semua Orang

Di usia produktif menjadi masa dimana mencari teman sebanyak-banyaknya. Di momen ini pula kita akan bertemu orang dengan latar belakang yang berbeda. Tapi keragaman bukan menjadi masalah kalau kita tulus dan komitmen untuk menghargai pendapat mereka ya.

2. Tidak Memotong Pembicaraan Orang

Sadar atau nggak, orang Indonesia itu senang banget untuk berdialog dan berdiskusi, apalagi mengutarakan pendapat. Tapi kadang ada kebiasaan buruk berbicara dalam forum yang suka dilakukan yaitu memotong pembicaraan orang lain, padahal apa yang disampaikan belum selesai terucap. Kalau lagi di tengah obrolan, yuk coba biasakan mendengar pembicaraan orang hingga selesai ya. Kita jadi lebih tahu apa yang sebenarnya disampaikan dan orang juga akan berbalik respect dengan kita.

3. Mengutarakan apresiasi dan kritik yang sewajarnya

Pro dan kontra dalam sebuah diskusi itu wajar kok. Kita pun juga bebas mengutarakan pendapat kita atau kritik yang mau disampaikan. Tinggal bagaimana cara kita menyampaikan pendapat tanpa menghakimi lawan bicara kita. Mulai lah dengan apresiasi atas pendapat yang sudah diutarakan oleh lawan bicara, kemudian baru sampaikan pendapat dan masukkan dengan tutur kata yang baik. Kamu pun juga harus mau menerima kritikan yang ada. Intinya sama-sama saling menerima. Dengan ,enjaga kenyamanan hati orang lain akan membawa ketenteraman dalam hidup kita dan terhindar dari konflik yang nggak perlu.

4. Kurangi menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih dulu

Setiap orang berhak menilai sesuatu dan nggak ada yang melarang untuk berpendapat. Namun, seringkali kita langsung membuat kesimpulan pada tindakan seseorang dan dihubungkan pada beragam faktor, salah satunya ras atau suku orang tersebut. Padahal, belum tentu ras atau suku tersebut berkaitan dengan sikap orang yang kamu nilai, bisa jadi ada faktor lain yang mempengaruhinya. Tindakan-tindakan sepele semacam ini kadang secara nggak sadar kita lakuin. Yuk coba melihat orang dari segala sudut pandang dan mencoba untuk memahami perilaku mereka.

Perbedaan memang nggak bisa dihindari, terlebih kita yang hidup di Indonesia dengan berbagai suku, ras dan agama. Membangun dan meningkatkan rasa toleransi sudah menjadi hal yang harus dibiasakan. Supaya kita sebagai generasi penerus bangsa ini bisa memberikan kontribusi positif buat Bangsa Indonesia dan mendukung #KejarMimpi Indonesia yang berkualitas!

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Pemahaman agama kurang pas, meneladani sosok yang tak tepat, dan lingkungan.

Sabtu , 01 May 2021, 07:40 WIB

Republika/Prayogi

Toleransi [ilustrasi]

Rep: Inas Widyanuratikah  Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt. Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Balitbangbuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi [Kemendikbudristek] Irsyad Zamjani mengatakan saat ini masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang tidak toleran. Menurutnya, setidaknya terdapat tiga hal yang menyebabkan hilangnya toleransi.

Baca Juga

Pertama, adalah pemahaman tentang agama yang kurang pas. "Yang terlalu tekstual, katakanlah. Sehingga, menganggap apa yang tertulis dalam kitab suci itu secara serta merta diterapkan," kata Irsyad, dalam diskusi daring Menyemai Toleransi di Bangku Sekolah, Jumat [30/4]. 

Ia mengatakan, apa yang dituliskan di dalam kitab suci sebuah agama, perlu kepakaran tertentu untuk menginterpretasikan maksudnya. Ada prosedur-prosedur ilmiah tertentu secara keagamaan yang harus dipenuhi sampai bisa menghasilkan sebuah interpretasi yang sah. 

Selain itu, toleransi bisa hilang karena meneladani seseorang yang tidak tepat. Seseorang yang dianggap lebih paham mengenai nilai-nilai agama dicontoh, padahal sebenarnya ada hal yang salah. 

"Jadi kalau orang-orang yang dianggap punya otoritas itu punya praktik kebudayaan atau keagamaan yang tidak pas, tentu saja dia memberikan keteladanan yang kurang baik," kata Irsyad menjelaskan. 

Ia berpendapat, keteladanan itu sangat penting dalam memiliki rasa toleransi. Apalagi di dalam masyarakat yang masih sangat mengikuti sosok atau figur keagamaan atau kebudayaan tertentu. 

Hal terakhir yang menyebabkan hilangnya toleransi adalah lingkungan sosial, budaya dan politik. Diskursus-diskursus yang berkembang di media sosial, misalnya, juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku dan memahami sesuatu. 

Irsyad berpendapat, untuk menangani intoleransi, perlu ada ekosistem yang kuat untuk meningkatkan toleransi. Ia mengatakan, melalui sekolah nilai-nilai toleransi bisa ditanamkan. 

"Melalui pendidikan, melalui bangku sekolah, segalanya bisa kita mulai. Melalui sekolah kita bisa mengajarkan materi-materi keagamaan, atau kebudayaan yang kontekstual," kata Irsyad

Selain itu, perlu juga didorong agar para tokoh-tokoh keagamaan dan kebudayaan memberikan teladan yang baik. Perlu ada sebuah dorongan agar lingkungan sosial, budaya, dan politik memiliki nilai positif yang mendorong munculnya semangat dan nilai-nilai toleransi serta keberagaman. 

"Guru-guru juga bisa didorong menjadi teladan yang dicontoh oleh siswanya sehingga mereka punya pemahaman yang toleran. Melalui sekolah, kita bisa membangun iklim sekolah yang memfasilitasi siswa untuk punya pemahaman yang toleran," ujar Irsyad. 

  • toleransi
  • tidak toleran
  • kemendikbudristek
  • irsyad zamjani

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề