Ilustrasi Payback period. Foto: Pixabay
Di bidang bisnis maupun investasi, payback period adalah salah satu hal yang pantang untuk diabaikan investor. Menurut buku Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus oleh Freddy Rangkuti, payback period adalah sebuah periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam sebuah proyek dapat kembali.
Payback Period [PP]
Payback period atau pengembalian modal biasanya digunakan oleh para investor sebagai penentu dalam membuat keputusan investasi. Misalnya, saat mereka akan memutuskan untuk menginvestasikan modalnya ke sebuah proyek atau tidak.
Menurut Wastam Wahyu Hidayat dalam buku Konsep Dasar Investasi dan Pasar Modal, sebuah proyek dengan periode pengembalian sangat lama kurang diminati oleh sebagian besar investor. Rentang waktu pengembalian modal yang singkat dengan keuntungan menjanjikan lebih menarik bagi para investor.
Inilah mengapa penilaian investasi menggunakan payback period kerap digunakan di kalangan investor. Meskipun begitu, terdapat kelemahan dalam periode pengembalian yang harus diperhatikan.
Kelemahan Payback Period
Menurut Hidayat dalam buku Konsep Dasar Investasi dan Pasar Modal, berikut tiga kelemahan dalam payback period:
Tidak memperhatikan time value of money. Hal ini berpeluang memunculkan risiko karena cash flow pada waktu yang akan datang memiliki nilai yang berbeda ketika modal diinvestasikan.
Lebih mementingkan pengembalian nilai investasi daripada keuntungan berdasarkan umur investasi. Hal ini menyebabkan cash flow setelah periode payback period tidak lagi diperhatikan.
Tidak menyimak variasi besar kecilnya cash flow setiap tahun. Padahal hal tersebut bisa meningkat, menurun, atau berada dalam kondisi stabil.
Ilustrasi menghitung payback period. Foto: Pixabay
Rumus dan Cara Menghitung Payback Period
Payback period dapat dihitung dengan cara membagi nilai investasi dengan aliran kas bersih yang masuk per tahunnya. Menurut buku Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, berikut rumus dan cara menghitung payback period.
Payback Period [PP] = Initial Investment [nilai investasi] : Annual Cash Inflow [aliran kas bersih yang masuk per tahun]
Atau dapat ditulis dengan:
PP = Co : C
Agar memudahkan pemahaman tentang perhitungan payback period, simak contoh kasus berikut ini.
Seorang investor merencanakan investasi di sebuah proyek senilai Rp50.000 selama kurun waktu lima tahun yang akan datang. Proyek tersebut menghasilkan cash inflow sebesar Rp15.000 di tahun pertama, Rp10.000 di tahun kedua, Rp8.000 di tahun ketiga, Rp7.000 di tahun keempat, dan Rp5.000 di tahun kelima.
Maka cara menghitung payback period-nya sebagai berikut:
Payback period proyek tersebut adalah pada tahun 1, 2, dan 3 telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp33.000. Dengan demikian tersisa Rp50.000 - Rp33.000 = Rp12.000 lagi.
Maka waktu yang diperlukan untuk memenuhi kekurangan tersebut adalah:
[Rp12.000 : [cash inflow tahun keempat + cash inflow kelima]] x 12 bulan
= [Rp12.000 : [Rp7.000 + Rp5.000]] x 12 bulan
= [Rp12.000 : Rp12.000] x 12 bulan
= 12 bulan.
Jadi, payback period untuk proyek ini adalah selama 12 bulan.
Keuangan perusahaan berkaitan dengan semua kegiatan penganggaran modal. Salah satu konsep terpenting yang harus dipelajari setiap analis keuangan perusahaan adalah cara menilai berbagai investasi atau proyek operasional untuk menentukan proyek atau investasi yang paling menguntungkan. Salah satu cara analisis keuangan perusahaan demi mendapatkan hasil investasi yang menarik adalah dengan payback period atau periode pengembalian.
- Pengertian Payback Period
- Rumus Payback Period
- Kelebihan Payback Period
- Kekurangan Payback Period
- Contoh Soal Payback Period
Payback Period atau Periode Pengembalian Modal adalah panjangnya waktu yang dibutuhkan agar modal yang sudah dikeluarkan untuk penanaman modal bisa kembali kepada investor. Para Investor atau Pengusaha sering menggunakan Payback Period sebagai penentu arah kebijakan dalam hal penanaman modal.
Dengan mengetahui payback period maka keputusan jadi atau tidak untuk menanam modal ke suatu sektor dapat dievaluasi kelayakannya. Sektor dengan payback period yang terbilang lama tentunya kurang menarik bagi sebagian besar investor.
Unit yang digunakan untuk menyatakan payback period adalah tahun. Payback period dapat dihitung dengan menjumlahkan arus kas bersih dari arus kas negatif awal, dari yang negatif sampai menjadi angka positif.Tahun payback period yang dicari ditandai dengan angka arus kas yang positif.
Baca juga Bunga Majemuk.
Rumus Payback Period
Pengembalian aliran kas per tahun jumlahnya tidak sama.
Payback Period = n
+ [a – b] : [c – b] x 1 Tahun
n : Tahun terakhir jumlah arus kas belum bisa menutupi modal investasi awal.
a : Besar investasi awal.
b : Akumulasi arus kas pada tahun ke – n
c : Akumulasi arus kas pada tahun ke n + 1
Pengembalian aliran kas per tahun jumlahnya sama.
Payback Period = [investasi awal] : [arus kas] x 1 tahun
Hasil dari rumus di atas akan menghadirkan kebijakan terkait investasi. Jika •payback period yang dihasilkan lebih cepat, maka investasi dinilai layak untuk dikerjakan. Jika payback period dihasilkan lebih lama, maka investasi dinilai tidak layak untuk dikerjakan.
Selain itu, hasil dari rumusan di atas akan mempermudah investor memilih satu dari beberapa pertimbangan investasi. Investasi yang dipilih tentu yang akan menghasilkan pengembalian lebih cepat.
Kelebihan Payback Period
- Payback period sangat mudah dihitung.
- Payback period bisa menjadi ukuran risiko yang melekat dalam suatu proyek. Investor dan pemilik bisnis akan tergantung pada payback period mengingat metode ini lebih dapat memberikan prediksi tentang kecepatan arus masuk kas.
- Untuk perusahaan yang menghadapi masalah likuiditas, payback period memberikan peringkat proyek yang baik yang akan mengembalikan uang lebih awal.
Kekurangan Payback Period
- Periode pengembalian tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang yang merupakan kelemahan serius karena dapat menyebabkan keputusan yang salah. Variasi metode pengembalian yang mencoba untuk mengatasi kekurangan ini disebut metode periode pengembalian diskon.
- Payback period tidak memperhitungkan arus kas yang terjadi setelah periode pengembalian. Ini berarti bahwa proyek yang memiliki arus kas masuk sangat baik tetapi di luar periode pengembaliannya dapat diabaikan.
Baca juga BEP.
Contoh Soal Payback Period
Periode pengembalian – Dengan arus kas masuk
Jika arus kas masuk dari proyek genap, maka periode pengembalian dihitung dengan mengambil biaya investasi awal dibagi dengan arus kas masuk tahunan.
Soal :: Perusahaan A berencana untuk melakukan investasi atau penanaman modal dengan cara pembelian mesin produksi. Agar berjalan lancar, perusahaan A menanam modal awal sebesar 30.000.000. Sedangkan arus kas yang diharapkan adalah 5.000.000 tiap tahun. Payback period maksimum yang diinginkan perusahaan adalah 10 tahun.
Perhitungan:
30.000.000 [biaya awal] dibagi dengan 5.000.000 [arus kas tahunan] = 6
Maka payback period untuk proyek ini adalah 6 tahun
Analisis :
Dengan melihat payback period yang jatuh pada angka 6 tahun, maka angka tersebut lebih kecil dari jumlah maksimum pembayaran yang diinginkan manajemen, yaitu 10 tahun. Dengan demikian maka investasi yang akan dilakukan harus dilanjutkan.
Periode Pengembalian – arus kas masuk yang tidak merata
Jika arus kas masuk dari proyek tidak merata, maka kita perlu menghitung arus kas masuk kumulatif, dan menggunakan rumus berikut untuk menghitung :
Payback period = A + [B / C]
Diketahui :
A = Tahun lalu dengan arus kas kumulatif negatif
B = Nilai absolut dari arus kas masuk kumulatif pada akhir Tahun A [tahun terakhir dengan arus kas kumulatif negatif]
C = Total arus kas selama tahun setelah Tahun A
Soal :
Perusahaan B ingin berinvestasi dalam proyek baru, dan manajemen periode pengembalian maksimum yang diinginkan adalah 3 tahun. Proyek ini membutuhkan investasi awal sebesar 550 000.000 dan diharapkan menghasilkan arus kas masuk berikut:
Tanya :
Arus kas masuk
Diketahui :
Tahun 1 = 75 000.000
Tahun 2 = 140 000.000
Tahun 3 = 200 000.000
Tahun 4 = 110 000.000
Tahun 5 = 60 000.000
Jawab:
Perhitungan:
Tahun 0 = – 550 000.000
Tahun 1 = 75 000.000 [- 550 000.000 + 75 000.000 = – 475 000.000
Tahun 2 = 140 000.000 [- 475 000.000 + 140 000.000 = – 335 000.000
Tahun 3 = 250 000.000 [- 335 000.000 + 250 000.000 = – 85 000.000
Tahun 4 = 120 000.000 [- 85 000.000 + 120 000.000 = 35 000.000
Tahun 5 = 60 000.000 [35 000.000 + 60.000.000 = 95 000.000]
Payback Period = A + [B : C]
Payback Period= Tahun 3 + [85 000.000 : 120 000.000] = 3,7
Maka payback period untuk proyek ini adalah 3,7 tahun.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk periode pengembalian investasi adalah sesuatu yang sangat dipertimbangkan sebelum memulai suatu proyek. Sebab ketika payback period semakin lama, maka uang yang diharapkan tidak kunjung tercipta. Hal ini akan mempengaruhi aliran kas sampai proyek impas, atau mulai menghasilkan untung.
Baca juga IRR.