Selain kemajuan dalam bidang pemerintahan kemajuan apa saja yang dicapai oleh Khalifah Bani Umayyah selama di Damaskus Sebutkan contoh contohnya?

Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah berkuasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Muawiyah bin Abu Sufyan adalah khalifah pertama Dinasti Umayyah. Ia memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke Damaskus. Selain itu, ia juga mengganti sistem pemerintahan.

Menurut Taqiyuddin Ibnu Taimiyah dalam karyanya yang berjudul As-Syiyasah As-Syar'iyah fi Islah Ar-Ra'iyah, sistem pemerintahan Islam yang pada masa al-Khulafa' ar-Rasyidun yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarki heredetis [kerajaan turun-menurun]. Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid.

Perintah Muawiyah ini merupakan bentuk pengukuhan terhadap sistem pemerintahan yang turun-temurun yang dibangun Muawiyah. Tidak ada lagi suksesi kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah dalam menentukan seorang pemimpin baru. Muawiyah telah mengubah model kekuasaan dengan model kerajaan, kepemimpinan diberikan kepada putra mahkota.

Baca: Bani Umayyah Peletak Fondasi Kekhalifahan di Damaskus

Dalam bukunya yang berjudul Dinasti Bani Umayyah: Perkembangan Politik, Gerakan Oposisi, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, dan Kejatuhan Dinasti, Mohammad Suhaidi memaparkan, dengan berlakunya sistem [monarki] tersebut, orang-orang yang berada di luar garis keturunan Muawiyah tidak memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk naik sebagai pemimpin pemerintahan umat Islam. Karena, sistem dinasti hanya memberlakukan kekhalifahan dipimpin oleh keturunannya.

Dari segi cara hidup, para khalifah Dinasti Umayyah telah meninggalkan pola dan cara hidup Nabi Muhammad SAW dan al-Khulafa' ar-Rasyidun. Hingga masa Ali, pemimpin negara berlaku sebagai seorang biasa: tinggal di rumah sederhana, menjadi imam masjid, dan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebanyakan orang Muslim lainnya.

Namun, pada masa Dinasti Umayyah, yang mengadopsi tradisi sistem kerajaan pra-Islam di Timur Tengah, mereka menjaga jarak dengan masyarakat karena tinggal di istana yang dikelilingi oleh para pengawal. Mereka juga hidup dengan bergelimang kemewahan dan memiliki kekuasaan mutlak.

Baca: Umayyah, Dinasti Dua Keluarga

sumber : Islam Digest Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

KOMPAS.com - Bani Umayyah adalah kekhalifahan kedua yang didirikan setelah wafatnya Nabi Muhammad, menggantikan Khulafaur Rasyidin.

Daulah Umayyah resmi berdiri pada 661 M, setelah wafatnya pemimpin terakhir Khulafaur Rasyidin, Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Pendiri dan khalifah pertama Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I.

Pemerintahan kekhalifahan ini sebenarnya berlangsung cukup lama, yaitu selama 365 tahun.

Namun, pemerintahannya terbagi atas dua periode, yaitu pemerintahan di Damaskus selama 90 tahun [661-750 M] dan pemerintahan di Cordoba [Spanyol] selama 275 tahun [setelah kekuasaannya di Damaskus digulingkan Kekhalifahan Abbasiyah].

Daulah Umayyah mencapai masa kejayaan pada periode pemerintahan Khalifah al-Walid I atau al-Walid bin Abdul Malik, yang memerintah antara 705-715 M.

Pada masanya, pembangunan tidak hanya difokuskan pada perluasan wilayah, tetapi juga membangun jalan raya, pabrik, gedung, masjid, dan panti asuhan untuk orang cacat.

Selain itu, ilmu pengetahuan juga berkembang pesat dan umat Islam hidup dengan aman, makmur, dan tenteram.

Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah tidak terlepas dari Al-Farabi.

Al-Farabi adalah salah seorang ilmuwan muslim pada masa Bani Umayyah yang berhasil menuliskan karya-karyanya yang hingga saat ini masih digunakan rujukan oleh ilmuwan-ilmuwan dari zaman modern.

Selain memelajari ilmu agama, para ilmuwan muslim dari masa Bani Umayyah juga belajar banyak bidang keilmuan lainnya.

Faktor perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah adalah perluasan wilayah kekuasaan.

Berikut ini beberapa ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Kekhalifahan Bani Umayyah.

Ilmu Agama

Salah satu ilmu agama yang berkembang adalah ilmu hadis, yang ditandai dengan kodifikasi dan pembukuan hadis.

Kodifikasi hadis secara resmi dimulai pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.

Baca juga: 10 Tokoh Ilmuwan Muslim dan Keahliannya

Ilmu Bahasa

Pemerintah Bani Umayyah menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan di berbagai wilayah.

Hal ini kemudian mendorong lahirnya ahli bahasa, yaitu Sibawaihi, yang menghasilkan karya berjudul Al-Kitab yang menjadi pedoman ilmu tata Bahasa Arab hingga saat ini.

Pada masa pemerintahan Abdul Malik, juga dilakukan pembaruan ragam tulisan Arab.

Hajaj Ibn Yusuf memperkenalkan tanda vokal dan tanda titik untuk membedakan beberapa huruf yang sama bentuknya.

Pembaruan ini menjadikan Bahasa Arab lebih sempurna sekaligus menghilangkan kesulitan bagi pembaca, khususnya orang-orang non-Arab.

Beberapa ilmuwan dalam bidang bahasa dan sastra beserta karyanya antara lain.

  • Ali al-Qali, karyanya berjudul al-Amali dan al-Nawadir
  • Abu Bakar Muhammad Ibn Umar, karyanya berjudul al-Af'al dan Fa'alta wa Af'alat
  • Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, karyanya dalam bentuk prosa berjudul al-Aqd al-Farid

Ilmu filsafat

Filsafat Islam pertama kali muncul pada masa Daulah Umayyah, dimulai dengan penerjemahan filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab.

Salah satu ilmuwan muslim dalam bidang filsafat yang sangat terkenal adalah Al-Farabi, yang menyetujui dan mengembangkan logika Aristoteles.

Al-Farabi menciptakan titik balik sejarah pemikiran filsafat Islam, dan salah satu karyanya adalah Ihsab al-Ulum [Perhitungan Ilmu].

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Ilmu Kedokteran

Ilmuwan dalam bidang kedokteran yang terkenal adalah Abu Al-Qasim Az-Zahrawi.

Az-Zahrawi adalah dokter bedah terkemuka di Cordoba yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu kedokteran, khususnya ilmu bedah.

Ia dikenal sebagai peletak dasar-dasar teknik ilmu bedah modern dan juga mampu menciptakan alat bedahnya sendiri.

Beberapa alat bedah yang diciptakannya juga masih digunakan hingga sekarang.

Semua pemikirannya dituangkan dalam Kitab at-Tasrif Liman 'Ajiza'an at-Ta'lif, tentang metode pengobatan yang digunakan sebagai rujukan para dokter di Barat.

Selain Az-Zahrawi, ilmuwan lain dalam bidang kedokteran adalah Abu al-Abbas an-Nabati, yang mengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan nama, spesies, dan tempat tumbuhnya.

An-Nabati juga menulis Al-Jami fi Adwiyyah al-Mufradah dan membuat daftar obat-obatan sederhana dalam Bahasa Persia, Latin, dan Berber menurut susunan abjad.

Ilmu Kimia

Perkembangan ilmu kimia ditandai dengan munculnya beberapa ahli kimia seperti Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas dan As-Sibai.

Baca juga: Khulafaur Rasyidin: Tugas dan Kebijakannya

Ilmu Fisika

Salah satu ahli fisika dari Bani Umayyah adalah Ibnu Bajjah, yang mengatakan bahwa selalu ada reaksi pada setiap aksi.

Teori ini sangat berpengaruh pada fisikawan setelahnya, termasuk Newton dan Galileo.

Selain itu, Ibnu Bajjah juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam.

Ilmu Astronomi

Para ilmuwan muslim sangat memerhatikan ilmu astronomi karena ilmu ini berhubungan dengan pelaksanaan beberapa ibadah, seperti waktu salat, penentuan arah kiblat, penetapan hisab, serta penentuan awal dan akhir Ramadan.

Salah seorang ilmuwan dalam bidang astronomi adalah Abu Ishaq az-Zarqali dari Toledo, Spanyol.

Kontribusinya yang terkenal adalah menciptakan peralatan astronomi dan Tabel Toledo.

Ilmu Sejarah

Pada masa Daulah Umayyah, banyak sejarawan muslim menulis kitab sejarah.

Beberapa ahli sejarah dan karyanya pada periode ini antara lain.

  • Ali Ibnu Hazm, yang menulis 400 judul buku
  • Abu Bakar Muhammad bin Umar, dengan karyanya yang berjudul Tarikh Ifititah al-Andalus
  • Hayyan bin Khallaf dengan karyanya yang berjudul al-Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan Al-Matin
  • Abu Marwan Abdul Malik bin Habib dengan karyanya at Tarikh

Referensi:

  • Barudin, Topaji Pandu. [2019]. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Umayyah. Klaten: Cempaka Putih.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW pada 632 H, tongkat kepemimipinan umat islam diberikan kepada para sahabat yang kita kenal dengan sebutan Khulafa ar-Rasyidin. Berawal dari dipillihnya Sayyidina Abu Bakr secara demokrasi lalu penunjukkan Sayyidina Umar Bin Khattab, Sayyidina Usman Bin Affan, dan yang terakhir juga yang paling menegangkan kepemimpinan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Setelah masa itu umat muslim dipimpin oleh khalifah dengan bentuk pemerintahan kedaulatan [daulah] yang monarki. Yang dicetuskan pertama kali oleh Muawwiyah Bin Abi Sofyan setelah terjadinya pergulatan besar dengan kelompok Hasan Bin Ali dalam menentukan kekhalifahan pada masa itu.

Umayyah berasal dari nama seorang tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah yang juga merupakan kakek turun dari Muawwiyah dengan jalur keturunan yaitu Mu’awiyah ibn Abi Sofyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams. Daulah Bani Umayyah mulai berkembang setelah terjadinya tahkim pada Perang Shiffin [nama daerah] 657 M. Setelah sebelumnya pemerintahan berpusat di Kuffah pada masa Bani Umayyah ini kekuasaan berpusat di Damaskus. masa itu, setelah adanya perang ada tiga kelompok besar yang memiliki kepentingan masing-masing diantaranya : golongan pendukung Umayyah , golongan Syiah [pendukung Sayyidina Ali], golongan Khawarij.

Dinasti ini perdiri pada tahun 661 M / 14 H sampai 750 M / 132 H, memiliki dua masa kekhalifahan disebut dengan Dinasti Umayyah I [Damaskus, Syiria] dan Dinasti Umayyah II [Andalusia]. Berdiri kurang lebih satu abad [90 tahun] dengan 14 kali pergantian khalifah. Daulah ini terbagi menjadi tiga periode atau fase. Fase yang pertama adalah fase terbentuk, lalu fase kejayaan dan yang terakhir fase kemundurannya.

Fase pembentukan yang diawali oleh Muawwiyah sendiri sampai pada khekahlifahan yang keenam yaitu masa Al-Walid Bin Abdul Malik [Al- Walid I] 715 M / 96 H.

Merupakan Fase Perkembangan / Kemajuan [Kejayaan], pemerintahan Sulaiman Bin Abdul Malik hingga khalifah kedelapan dan yang paling masyhur dalam sejarah Bani Umayyah yaitu Khalifah Umar Bin Abdul Aziz [Umar II] 720 M / 101 H.

Fase Kemunduran atau Keruntuhan. Berawal dari khalifah kesembilan [Yazid Bin Abdul Malik / Yazid II] hingga akhir [Marwan Bin Muhammad / Marwan II] 750 M / 132 H.

Dalam kurun waktu kurang lebih 90 tahun tersebut tentunya bayak sekalli terjadi perubahan dan juga perkembangan dari segala aspek kehidupan dalam setiap bidang. Dari bidang militer, administrasi, perluasan wilayah, keilmuan, sosial politik, ekonomi, juga tentunya dalam bidang agama dan masih ada lainya. Yang mana hal-hal tersebut merupakan hasil kerja setiap pemimpinnya. Berikut merupakan masa kepemimpinan dari keempat belas khalifah sekaligus raja yang pernah memimpin Daulah Umayyah.

Berkuasa sekitar 20 tahun dari tahun 661 M [41 H] sampai 680 M [60 H]

Berkuasa sekitar 3 tahun dari tahun 679 M [60 H] sampai 683 M [64 H]

Hanya menjabat setahun pada 683 M sampai 684 M atau 64 H. Sekaligus akhir dari pemerintahan keturunan Muawwiyah.

Sama dengan pemimpin sebelumnya menjabat hanya satu tahun dari tahun 683 M [64 H] sampai 684 M [65 H]

Kedua terlama setelah Muawwiyah bin Abu Sufyan yaitu 20 tahun masa jabatan 684 M [65 H] sampai 705 M [86 H]

Menjabat selama 10 tahun yaitu tahun 705 M [86 H] - 714 M [96 H]

Merupakan awal dari masa kejayaan atau perkembangan pada tahun 714 M [96 H] -717 M [99 H]

Pada masa beliau gencar akan program pengkodisifikasian haditsnya. Memimpin selama 3 tahun 717 M [99 H] - 719 M [101 H]

Masa ini mulai terjadinya konflik antar kelompok. Menjabat 4 tahun lamanya 719 M [101 H] - 723 M [105 H]

Berlangsung selama 19 tahun antara 723 M [105 H] - 742 M [125 H] sekaligus awal mula terjadinya perselisihan dengan bani Hasyim.

Hanya menjabat selama 1 tahun 742 M [125 H] – 743 M [126 H]

Sama dengan sebelumnya yaitu satu tahun, 743 M [126 H]

Mulai dari 743 M [126 H] sampai 744 M [127 H]

Yang terakhir juga penutup dengan jabatan 6 tahun lamanya, 744 M [127 H] sampai 750 M [132 H].

Pencapaian-Pencapaian Daulah Umayyah

Salah satu bukti dari berkembangnya ilmu tafsir masa itu adalah dengan dibukukannya ilmu tafsir oleh mujahid.

Hadits sebagai sumber kedu.a ajaran islam pada mulanya belum ditulis seperti Al-Quran dikarenakan khawatir akan bercampur dengan Quran. Karenanya Nabi melarang menulis sesuatu selain Quran. Pemeliharaan hadist dilkukan shahabat melalui hafalan. Pembukuan hadist mulai degencarkan secara massal pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dalam rangka menjaga eksistensi hadist sebagai sumber kedua ajaran islam dilakuakan pada abad kedua hijriah. Dengan metode Isnad yaitu membahasa persambungan hadist. Ada juga metode al-jarh wa al-ta’dil yang membahas tentang asal-usul penghafal hadist. Diantara ulama ilmu hadist yang masyhur adalah Ibnu Syihab az-Zuhri [Imam Zuhri] yang juga termasuk shigar tabi’in, lalu ada Al-Auzi Abdurrahman bin Amru, Hasan Basri, Ibnu Abu Malikah, Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil.

Didasari pada dibutuhkannya peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Fiqh pada zaman daulah ini melahirkan dua imam madzab yang masyhur Imam Abu Hanifa dan Imam Maliki. Imam Zuhri jjuga termasuk ulama yang berkonsentrasi pada bidang fiqh. Ada juga Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.

Ilmu kalam ini membahas masalah-masalah keimanan dengan mempergunakan argumen-argumen akal atau filosofis. Munculnya ilmu ini dalam Islam setelah Islam tersiar kepada bangsa-bangsa non-Arab yang telah lebih tinggi kebudayaannya. Mereka senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai dasar-dasar keimanan dengan mempergunakan argumen-argumen filosofis. Diatara ulama-ulama Ilmu Kalam adalah : Washil bin Atha’, Abu Huzail Al-Jubba’i, dan Al-Nazhamdari kelompok Mu’tazilah, Hasan Basri, Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidy.

Ilmu yang muncul pertama dari ajaran Zuhd, ajaran yang menekuni ibadah dan menjauhkan diri dari kesenangan hidup duniawi. Dari situlah dikenal adanya sebutan kaum sufi. Diatara tokoh yang terkenal adalah Hasan Al-Basri, Rabiah al-Adawiyyah.

Pada masa Abdul Malik bin Marwan ditetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Setalah adanya penetapan bahasa arab sebagai bahsa resmi tentunya diperlukan panduan berbahasa yang tepat karena semakin banyak pula orang yang mempelajari bahasa arab. Kemudian muncullah toko bangsawan yang bernama “Sibawaihi” dengan hasil karyanya yang terkenal yaitu “Al-Kitab”. Selain itu ada ulama gramatikal arab Abu Aswad Al-Dua’ly dari Bagdad yang memberikan titik pada huruf-huruf hijaiyyah yang semula tidak ada.

Pada masa Daulah Umayyah ini kesusatraan berkembang pesat. Dalam bidang ini kita bisa melihat dari beberapa tokoh ahli satra seperti Qays bin Mulawwamah yang terkenal dengan gelarnya “Layla Majnun” [699 M], Jamil Al-Uzri [701 M], Al-Akhfal [710 M], Umar bin Abi Rabiah [719 M], Al-Farazdag [732 M], Ibnu Al-Muqaffa [756 M], Jarir [792 M]

Bidang Ilmu Geografi dan Tarikh

Ilmu ini pada masa itu telah menjadi cabang ilmu tersendiri. Melalui ilmu tarkih muncullah pengumpulan tentang kisah-kisah nabi juga para srahabat yang kemudian dijadikan landasan dala penulisan buku-buku tentang penaklukan [maghazi] dan biografi [sirah]. Munculnya ilmu biografi dipicu sebab adanya perkembangan dakwah islam ke daerah baru.

Seni bangunan pada masa daulah Umaiyah adalah bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Di masa ini banyak banyak kota-kota baru dibangun dan kota-kota lama diperbarui kembali. Dibangun dengan berbagai sentuhan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab, tetapi dijiwai dengan semangat islam. Beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah :

Memeperbaharui Damaskus [bekas kota kerajaaan Romawi di Syam], mendirikan gedung-gedung indah dilengkapi dengan jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan dan bernilai seni. Dilakukan pada zaman Muawwwiyah.

Masih di masa Muawwiyah, dibangun “Istana Hijau” di Miyata lalu diperbaharui oleh Walid bin Abd al-Malik [704 M].

Pembangunan kota Kairawan di Afrika Utara oleh Uqbah bin Nafi’ [gubernur masa Muawwiyah] dengan arsitektur islam dan juga pangkalan militer dan lain sebagainya. Yang kemudian berkembang menjadi kota internasional tempat tinggal berbagai bangsa [Arab,Barbar, Persia, Romawi, Qibthi dan lain-lainnya]

Masa Al-Walid, ada pembangunan masjid agung yang terkenal hingga sekarang dengan nama “Masjid Damaskus” yang diarsitekturi oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Yang dalam pebangunan mendatangkan 12.000 tukang bangunan dari Romawi dengan luas masjid 300x200 dan memiliki 68 pilar beserta dinding-dinding yang berukiran indah. Terdapat 4 mercu peninggalan yahudi yang salah satunya digunakan sebagai menara adzan. Juga ditambah pintu-pintunya yang memakai kaca berwarna-warni.

Khalifah Abd al-Malik, yang melakukan perbaikan-perbaikan masjid tua yang sudah ada sejak masa nabi. Lalu menyediakan dana sebesar 10.000 untuk memperluas Masjid Al-Haram

Kepemimpinan Al-Walid, melakukan menyempurnakan Masjid Al-Haram dengan seni arsiteknya pada pintu, jendela berukir dan tiang-tiangnya dibuat dari batu granit yang indah

Lalu memperluas Masjid Nabawi dan memperindah dengan konstruksi dan arsitektur Syria di bawah pengawasan Umar bin Abd Aziz,ketika itu menjadi gubernur Madinah.

Merubah beberapa gereja menjadi masjid-masjid megah seperti, katedral St. John, Katedral Hims.

Mendirikan Istana Qusayr Amrah istana Al-Musatta [tempat peristirahatan di padang pasir]

Perkembangan arsitektur juga terlihat pada Kuba batu Masjidil al-Aqsha yang dikenal dengan Dome or The Rock [Qubah Ash-Shakhra] di Yerusalem.

Dibuatnya sekolah kedokteran oleh Al-Walid lalu ia melarang penderita kusta meminta-minta di jalanan bahkan memberikan subsidi bagi mereka

Pada masa yang sama juga sudah adanya jaminan sosial bagi anak-anak yatim dan terlantar

Pemindahan sekolah kedokteran dari Iskandaiyyah, Mesir ke Antioka dan Harran, Turki dilakaukan pada masa Umar bin Abdul Aziz.

Dengan membuat tatanan pemerintahan yang baru untuk memenuhi tuntunan perkembangan wilayah juga supaya lebih teraturnya administrasi negara. Dibentuklah pengangkatan penasihat sebagai pendaping juga beberapa sekretaris untuk membantu keberlangsungan politik, diantaranya adalah :

Katib ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat menyurat

Katib al-Kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.

Katib al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan segala hal yang berkaitan dengan ketentaraan luaran negara dengan para pembesar setempat.

Katib asy-Syurtah, sekretaris yangbertugas sebagai pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.

Katib al-Qudat, sekretaris yang menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hukum setempat.

Pada masa Al-Walid terjadi di perluasan wilayah sekaligus sebagai jasa terbesarnya mulai dari Indus, India sampai Andalusia di Spanyol.

Perluasan wilayah meliputi, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia,Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Dilakukan juga perubahan mata uang Byizantium dan Persia di daerah kekuasaan Umayyah dengan mencetetak mata uang sendiri pada tahun 659 M dengan memakai tulisan arab [masa khalifah Abdul Malik]. Selain itu pada masa Abdul Malik bin Marwan dibentuk juga Mahkamah Agung bertujuan untuk mengadili para pejabat korup dan mendirikan Jawatan Pos supaya informasi dai pusat ke daerah berjalan dengan lancar dengan fungsi lain untuk mengawasi kinerja para gubernur provinsi.

Sepeninggal Khalifah Umar bin Abdul Aziz yaitu pada masa Yazid bin Abdul Malik [720-724 M] kekacauan mulai terjadi. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politik juga terjadi konfrontasi sebab kekhalifaahan yang mewah dan tak memperhatikan kehidupan rakyat. Berlanjut hinga masa Hisyam bin Abdul Malik, bahkan sampai memunculkan kelompok kekuatan baru yaitu Golongan Mawali [golongan yang berasal dari bangsa asing atau keturunannya]. Didukung juga oleh peperang yang dilakukan oleh Abu Abbas As-Saffah tahun 132 H pada masa khalifah Al-Walid bin Yazid. Dianatara sebab lainya adalah karena keabsolutan yang ada, moral pemimpin yang buruk setelah kepemimpinan Hisyam bin Abdul-Malik, kehidupan pemimpin yang suka kemewahan dan berfoya-foya. Terakhir adalah terjadinya pembunuhan khalifah Marwan bin Muhammad yang menjadi tanda selesainya kekhalifahan Bani Umayyah.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề