Apa maksud tirta yatra yang dilakukan oleh sulinggih

Untuk Pembersihan, Ida Alit dan Suami Lakukan Prosesi Tirta Gocara

BALI EXPRESS, SELAT – Sesuai perintah Ida Pandita Mpu Nabe Acharya Prami kepada sisyanya Ni Komang Widiantari [Ida Pandita Mpu Budha Maharesi Alit Paarama Daksa] dan Torin Logan Temple Kline, akhirnya melakukan prosesi pembersihan diri, Rabu [22/8]. Pasangan yang baru menikah, Jumat [17/8] tersebut melaksanakan prosesi Metirta Gocara di Pura Toya Sah, Karangasem. Prosesi yang dipuput oleh Bhawati Saking Langkan tersebut dilakukan pukul 16.20 wita.

“Prosesi ini merupakan upaya pembersihan diri yang dilakukan Ida Alit bersama suaminya sesuai perintah sang Nabe,” ujar Ketua PHDI, Nyoman Sukra ketika ditemui saat prosesi Matirta Gocara.

Ia menjelaskan Tirta Gocara merupakan perjalanan ke tempat – tempat suci, untuk meningkatkan kesucian pribadi dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Hal senada juga diungkapkan Ida Bhawati Saking Langkan. Menurutnya Tirta Gocara dan Tirta Yatra itu berbeda.

“Itu sangat berbeda, kalau tirta yatra perjalanan suci ke pura – pura. Artinya dalam satu perjalanan banyak pura yang dikunjungi. Nah kalau Tirta Gocara hanya satu pura dalam satu perjalanan,” ujar Ida Bhawati Saking Langkan.

Ia menerangkan, prosesi ini diawali dengan ngaturang banten berupa pejati dan beberapa banten lainnya. “Banten intinya hanya pejati, maturan wengi-lah menyampaikan niat ke sini untuk menyucikan diri,” ungkapnya.

Setelah ngunggahin banten, prosesi kemudian dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan atau muspa. “Setelah ini mereka akan muspa. Lebih baik lagi jika dilanjutkan dengan meditasi,“ ujarnya menambahkan.

Menurutnya prosesi Tirta Gocara yang dilakukan ini merupakan salah satu dari rangkaian tugas yang harus dilakukan Ni Komang Widiantari [Ida Pandita Mpu Budha Maharesi Alit Parama Daksa] bersama suami. “Ini hanya salah satu dari beberapa pura yang harus dijalani. Itulah perintah nabenya untuk menyucikan nanaknya kembali,” ujarnya.

Terakhir ia berharap semoga masyarakat mau mengerti dan menerima segala keputusan yang telah diambil Ida Alit. “Saya harap setelah ini tidak ada lagi yang mempermasalahkan keputusan tersebut,” ujarnya mengakhiri.

Seperti diketahui, Ida Alit menjalani prosesi lukar gelungan, Jumat [17/8] untuk selanjutnya menikahi seorang walaka, Torin. Proses inilah yang kemudian mengundang pro dan kontra. 

BALI EXPRESS, SELAT – Sesuai perintah Ida Pandita Mpu Nabe Acharya Prami kepada sisyanya Ni Komang Widiantari [Ida Pandita Mpu Budha Maharesi Alit Paarama Daksa] dan Torin Logan Temple Kline, akhirnya melakukan prosesi pembersihan diri, Rabu [22/8]. Pasangan yang baru menikah, Jumat [17/8] tersebut melaksanakan prosesi Metirta Gocara di Pura Toya Sah, Karangasem. Prosesi yang dipuput oleh Bhawati Saking Langkan tersebut dilakukan pukul 16.20 wita.

“Prosesi ini merupakan upaya pembersihan diri yang dilakukan Ida Alit bersama suaminya sesuai perintah sang Nabe,” ujar Ketua PHDI, Nyoman Sukra ketika ditemui saat prosesi Matirta Gocara.

Ia menjelaskan Tirta Gocara merupakan perjalanan ke tempat – tempat suci, untuk meningkatkan kesucian pribadi dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Hal senada juga diungkapkan Ida Bhawati Saking Langkan. Menurutnya Tirta Gocara dan Tirta Yatra itu berbeda.

“Itu sangat berbeda, kalau tirta yatra perjalanan suci ke pura – pura. Artinya dalam satu perjalanan banyak pura yang dikunjungi. Nah kalau Tirta Gocara hanya satu pura dalam satu perjalanan,” ujar Ida Bhawati Saking Langkan.

Ia menerangkan, prosesi ini diawali dengan ngaturang banten berupa pejati dan beberapa banten lainnya. “Banten intinya hanya pejati, maturan wengi-lah menyampaikan niat ke sini untuk menyucikan diri,” ungkapnya.

Setelah ngunggahin banten, prosesi kemudian dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan atau muspa. “Setelah ini mereka akan muspa. Lebih baik lagi jika dilanjutkan dengan meditasi,“ ujarnya menambahkan.

Menurutnya prosesi Tirta Gocara yang dilakukan ini merupakan salah satu dari rangkaian tugas yang harus dilakukan Ni Komang Widiantari [Ida Pandita Mpu Budha Maharesi Alit Parama Daksa] bersama suami. “Ini hanya salah satu dari beberapa pura yang harus dijalani. Itulah perintah nabenya untuk menyucikan nanaknya kembali,” ujarnya.

Terakhir ia berharap semoga masyarakat mau mengerti dan menerima segala keputusan yang telah diambil Ida Alit. “Saya harap setelah ini tidak ada lagi yang mempermasalahkan keputusan tersebut,” ujarnya mengakhiri.

Seperti diketahui, Ida Alit menjalani prosesi lukar gelungan, Jumat [17/8] untuk selanjutnya menikahi seorang walaka, Torin. Proses inilah yang kemudian mengundang pro dan kontra. 

Sebagai wujud implementasi konsep Tri Hita Karana, staf dosen Program Studi Manajemen Informatika melaksanakan tirta yatra ke Pura Lempuyang pada hari Rabu, 9 Oktober 2019. Tirtayatra sendiri memiliki makna perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci. Tirtayatra dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke pura-pura. Tirtayatra tertulis dalam Kitab Sarasamuscaya 279 yaitu keutamaan tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya, Tirtayatra tidak memandang orang dalam status apapun baik kaya atau miskin asal didasarkan pelaksanaan bhakti yang tulus ikhlas, tekun, dan sungguh-sungguh. Selain untuk tujuan bersembahyang, tirtayatra juga dapat meningkatkan pengendalian diri, serta interaksi yang positif diantara para pelaku tirtayatra. Tirtayatra akan mendekatkan antara umat satu dengan yang umat lainnya karena dalam perjalanan akan terjadi suatu komunikasi sosial. Sehingga dengan dilaksanakannya tirtayatra ini diharapkan dapat meningkatkan keyakinan terhadap kebenaran dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta menumbuhkan kepekaan sosial, meningkatkan gairah seni dan keselarasan jiwa umat khususnya staf dosen Program Studi Manajemen Informatika Universitas Pendidikan Ganesha.

Yayasan Ki Patih Wulung Lakukan Tirta Yatra Bersama 3 Sulinggih /

PotensiBadung.com -  Yayasan Ki Patih Wulung melaksanakan Tirta Yatra di dua Pura, yakni Pura Dangkayangan Rambutsiwi Kabupaten Jembrana dan Pura Segara Rupek di Kawasan Taman Nasional Bali Barat [TNBB], Selasa 28 September 2021.

Kegiatan yang dimotori Ketua Yayasan, I Komang Widiarta melibatkan tiga rang Sulinggih, 4 orang Jero Gede dan diikuti sekitar 50 orang Sisya Griya Manik Mas Tumbu, Karangasem.

Prosesi persembahyangan dipimpin langsung Ida Pandita Mpu Nabe Natha Jaya Kusuma berserta dua sulinggih lainnya yankni Ida Pandita Dukuh Manik Gni Eka Pranata dan Ida Rsi Gadhu Daksa Natha.

Baca Juga: 2 Jenis Perkawinan ala Hindu Bali yang Tidak Lagi Dilaksanakan, Jika Tanpa Mahar Harus Gantikan Kerja Mertua

Setelah persembahyangan di Pura Rambut Siwi, Sulinggih berserta rombongan sisya dari karangsem, Buleleg dan Gianyara kemduain melanjutkan perjalanan ke Pura Segara Rupek.

>

Persembahyang diawali di Pura Payogan, di Pura Segara Geni, lalu kemudian melaksanakan persembahyangan di Pura Segara Rupek.

Tirta yatra digelar dengan protokol kesehatan itu memohon agar Pandemi Covid-19 segera berlalu dan warga dapat kembali menjalankan aktivitas secara normal.

Baca Juga: Simak 9 Tips Cerdas Menggunakan Media Sosial, Jaga Etika hingga Tahan Emosi

Ida Pandita Dukuh Manik Gni Eka Pra mengakui persembahyangan digelar untuk mendoakan agar Bali serta seluruh alam semensta diberikan perlindungan, keselamatan dan kedamaian oleh Sang Pencipta.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề