Apa nama sebutan untuk beriklan di commuter line

TRIBUNNEWS.COM -Kereta api yang disebut-sebut sebagai moda tranportasi ”terjadwal” juga tak selamanya menolong kaum pekerja.

Sudah sering telat, berdesak-desakan lagi di jam kerja. Sampai ada istilah 'Anker Bir' [Anak Kereta Berdiri], sebutan untuk karyawan yang saban hari naik kereta tapi nggak pernah kebagian tempat duduk.

Kisah kereta telat selalu saja menjadi menu sehari-hari. ”Kalau sudah berangkat pagi, tetapi kereta datang telat, tetap saja saya telat sampai di kantor,” kata Sari [35], karyawati di kawasan Sudirman.

Senin pagi itu, Sari yang tinggal di Depok, Jawa Barat, kembali harus mengalami keterlambatan kereta. Mestinya, kereta tujuan Stasiun Sudirman berangkat dari Stasiun Manggarai pukul 08.45, tetapi kereta itu baru tiba pukul 08.50 dan berangkat pukul 08.52.

”Saya masuk pukul 09.00, dan pastinya saya telat. Apalagi kereta sudah sesak sekali. Mendingan nunggu kereta selanjutnya,” kata Sari.

Kepadatan penumpang kereta di pagi hari memang bukan main. Apalagi jika kereta terlambat tiba, akibatnya penumpang pun menumpuk.

Para penumpang tak lagi hanya berdesakan masuk gerbong. Namun, mereka juga memaksakan diri dengan mendorong-dorong penumpang yang sudah di dalam gerbong agar tubuh mereka dapat menyelip masuk di antara penumpang yang berdiri berimpitan.

”Dorong saya, dorong saya. Dorong terus,” kata seorang penumpang dengan napas terengah-engah.

Ia berupaya menggapai pintu masuk gerbong dengan meminta pertolongan kepada penumpang yang masih berdesakan di peron. Ia ingin tubuhnya segera bisa masuk ke dalam gerbong. Umumnya penumpang sudah saling mengerti bahwa agar dapat masuk gerbong yang sudah padat penumpang, butuh bantuan dorongan oleh penumpang lain yang masih berdiri di peron.

Saking padatnya penumpang, ketika kereta berangkat pun para penumpang yang ada di gerbong sampai tak bergerak karena nyaris tak ada celah tersisa. Pemandangan ini sudah menjadi pemandangan umum pagi hari di stasiun transit seperti Stasiun Manggarai yang menjadi stasiun transit penumpang dari Bogor, Depok, Bekasi, ke tengah kota Jakarta.

Sebaliknya, Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Sudirman yang menjadi stasiun tujuan di pagi hari akan berubah menjadi lautan manusia pada sore hari. Di peron 6 Stasiun Tanah Abang tempat keberangkatan kereta tujuan Serpong dan beberapa stasiun di Tangerang, contohnya, penumpang harus antre di lantai 2 untuk masuk ke peron.

Sementara lebar peron 6 Stasiun Tanah Abang itu terbilang sempit, hanya 4 meter. Ketika sedang padat penumpang, setiap penumpang harus memasang kaki yang kuat agar tak terdorong oleh penumpang lain dan terjatuh ke rel. [MDN/DNA/B09/B10]

Terlihat dari data di atas bahwa jumlah penumpang Commuter Line per harinya bisa mencapai rata-rata 1,2 juta orang. Terbayang tidak berapa banyak orang yang akan lihat iklan anda di Commuter Line? Banyak sekali pasti. Sebelum berandai-andai berapa banyak orang yang akan melihat iklan anda, ada baiknya anda mengetahui jenis-jenis iklan apa saja yang dapat anda pasang di Commuter Line. Berikut listnya yang dapat anda sesuaikan dengan kebutuhan brand/perusahaan anda.

Body Branding

Pernah lihat body Commuter Line dengan tempelan stiker bergambar? Nah, itu disebut Body Branding atau Commuter Line Body Branding. Biasanya iklan terpasang di body kereta dengan material stiker yang dipasang mengikuti bentuk dari body kereta itu sendiri. Umumnya iklan dipasang per gerbong di sisi kanan dan kiri.

TVC

TVC? TV atau apa sih? Anda yang belum tau pasti bertanya-tanya tentang apa itu TVC. Apakah didalam kereta kita bisa nonton tayangan televisi seperti di rumah? Tentu saja tidak. TVC memang menyerupai layar televisi namun memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda. TVC terpasang menggantung di atap koridor gerbong Commuter Line. Tayangannya pun disetting khusus bagi para penumpang kereta. Pada TVC terdapat space iklan khusus bagi yang ingin memasang iklan berupa video. Biasanya durasi iklannya terdiri dari 60 detik dan 120 detik dengan jumlah 2 pasang TVC per gerbong.

Hanging Alley

Sama seperti TVC, Hanging Alley biasa terpasang di atap Commuter Line, perbedaannya Hanging Alley berupa media cetak saja serta ada perbedaan dalam segi ukuran. Jika TVC hanya ada 2 pasang di dalam satu gerbong, terdapat 8 Hanging Alley bolak balik dalam satu gerbong. Dalam segi cost, jika anda hanya ingin beriklan dalam bentuk cetak, mungkin hanging alley bisa jadi pilihan untuk anda. Serta dapat mencakup lebih banyak penumpang yang melihat iklan anda dalam Commuter Line.

Ceiling Panel

Pernahkah anda mendongakkan kepala saat di dalam Commuter Line? Entah saat melihat jalur kereta atau merasa tertarik dengan gambar yang ada di sisi atas kereta. Jika iya, berarti secara tidak langsung anda melihat media iklan Ceiling Panel. Ceiling Panel sendiri merupakan media cetak yang disisipkan di bagian atas pinggir kereta. Biasanya berukuran 100x27cm.

Wall Branding

Ada lagi nih salah satu jenis iklan di Commuter Line, yaitu Wall Branding. Seperti namanya, material dipasang di dinding kereta dengan ukuran 40x80cm dengan jumlah 16 spot per gerbong. Ini juga menjadi salah satu rekomendasi iklan di commuter line karena anda dapat memasang iklan dalam ukuran yang cukup besar sehingga terlihat jelas oleh penumpang kereta.

Handgrip

Jangan sampai lupa pegangan kalau gak kebagian tempat duduk di Commuter Line ya. Nah, pegangan yang biasa anda gunakan di commuter line disebut juga Handgrip. Handgrip juga bisa jadi salah satu opsi untuk anda memasang iklan. Biasanya ukuran 10x14cm atau dapat juga disesuaikan dengan bentuk yang anda inginkan.

Ad Voice

The last but not least, ada salah satu media iklan terbaru di Commuter Line yakni Ad Voice. Ad Voice merupakan media iklan dalam bentuk suara dengan durasi 30 detik. Ad Voice biasanya diisi dengan materi iklan / promosi atau jingle dari suatu brand. Ad Voice menjadi salah satu media iklan yang sangat efektif di kereta, mengapa? Sebab Ad Voice dapat menjangkau seising gerbong tanpa harus berada di spot tertentu. Karena Ad Voice diperdengarkan melalui speaker yang berada di sepanjang gerbong kereta.

So, dari semua jenis iklan yang ada di Commuter Line manakah yang paling sesuai untuk anda beriklan? Atau jika anda perlu untuk berkonsultasi, tim marketing kami dengan senang hati membantu anda untuk menyesuaikan kebutuhan beriklan serta budget yang anda miliki.

Kunjungi Website kami: //lnkd.in/gBzKVvg

Atau kontak tim marketing kami

- Email:

- Telpon: +621 4788 4099

- Handphone: +6281 2320 6656

JAKARTA, KOMPAS.com - Uji coba penerapasan KRL Commuter Line mulai diterapkan hari ini, Sabtu [18/6/2011] bagi rute perjalanan kereta api Jabodetabek. Meski sosialisasi sudah dipampang sejak sepekan lalu di tiap stasiun, banyak penumpang rupanya masih kebingungan dengan istilah baru itu.

Sri, warga Depok, misalnya. Sri berulang kali bertanya kepada petugas Stasiun Universitas Indonesia [UI] soal jadwal kedatangan kereta. "Pak, jadi ini uji cobanya gimana sih? Jadi nggak ada Ekonomi? Terus Commuter Line itu apa?" ungkapnya.

Sri mengaku tidak mengerti bedanya Commuter Line dengan Ekonomi AC dan kenaikan harga yang terjadi. "Saya bingung ini Commuter Line itu taunya sama yah kayak Ekonomi AC. Tapi kok harganya Rp 9.000,-" tutur Sri, Sabtu [18/6/2011], kepada Kompas.com.

Petugas di stasiun pun langsung memotong dan menjelaskan bahwa Commuter Line itu hanya nama baru bagi Ekonomi AC. "Hari ini uji coba Commuter Line. Semua KRL adanya Ekonomi dan Eko AC, nggak ada KRL Ekspress. Cuma yang Ekonomi AC namanya diganti jadi Commuter Line dan harganya jadi Rp 9.000," tutur Lutfi, petugas Stasiun UI.

Namun, Sri bersikeras bahwa menurut petugas di loket hari ini tidak ada jadwal Ekonomi. Rupanya, terjadi ketidaksamaan penyampaian informasi antara petugas di loket dengan yang di peron. "Informasinya masih tetap ada bu, ekonomi. Cuma KRL Ekspres yang nggak ada," tutur Lutfi.

Mendengar penjelasan petugas itu, Sri dan sekitar lima penumpang lain baru mengerti. "Oh jadi sama aja yah. Harganya aja yang naik," ungkap Dian, mahasiswi UI. Dian menuturkan dirinya jadi pikir dua kali dengan kenaikan tarif ini untuk naik kereta api. "Sayang kalau kita cuma mau ke Tebet atau Cawang, jadinya kemahalan. Mending naik angkutan aja," ujarnya.

Sedangkan Elizabeth, yang juga mahasiswi UI, mengungkapkan dirinya acap kali menaiki kereta api untuk menjangkau kampus dari rumahnya di wilayah Cawang. Dengan adanya uji coba KRL Commuter Line ini, gadis 19 tahun tersebut mengaku tidak keberatan. Namun, ada satu syarat yang diharapkannya dari penerapan sistem ini. "Simpel aja, kita kan pengennya nyaman. Harga sih nggak apa-apa dinaikin, asal ada peningkatan kualitas keretanya dong, yang ekonomi juga," imbuhnya.

Seperti diberitakan, uji coba hari ini, Sabtu [18/6/2011] ditujukan untuk melihat kelancaran sistem KRL Commuter Line yang rencananya akan diterapkan permanen per 2 Juli. Program ini dibuat untuk mencapai target 1,2 juta penumpang per hari pada tahun 2019.

Adapun jumlah penumpang yang dapat diangkut saat ini baru sekitar 400.000 jiwa per hari. Nantinya, semua KRL akan memiliki waktu tempuh perjalanan yang sama, berhenti di stasiun yang sama, dan tidak dilakukan penyusulan antar-KRL.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề