Apa saja yang dilakukan abu bakar as-siddiq setelah dirinya diangkat menjadi khalifah jelaskan

Artikel Zakiah[Tenaga Artikel] 14 Desember 2020 10:14:17 WIB

         Pasca wafatnya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, estafet kepemimpinan Islam diserahkan kepada Abu Bakar As-Shiddiq AS, meski melalui perdebatan yang cukup alot. Abu Bakar adalah sahabat terdekat Rasulullah SAW yang sangat setia hingga ia diberi gelar As-Shiddiq yang bermakna membenarkan.

Bagaimana kisahnya?

Awalnya, Abu Bakar bernama Abdullah bin Usman. Ada pula yang memanggilnya Atiq karena ketampanan wajahnya. Abu Bakar merupakan orang terdekat Rasulullah yang selalu mempercayai segala perkataan utusan Allah tersebut. Tanpa pikir panjang, Abu Bakar menyatakan diri masuk Islam setelah mendengar dakwah Nabi Muhammad Saw.

Puncaknya, ketika Rasulullah Saw menceritakan perjalanan luar biasa Isra Mi'raj pada para sahabat. Saat itu, Abu Bakar langsung memercayainya. Kisah Nabi tentang menceritakan perjalanannya ke Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha itu sontak mendapat cemo'ohan dari orang-orang di sekitarnya, salah satunya Abu Jahal.

Perjalanan secepat kilat itu memang sulit diterima akal, bahkan banyak sahabat Nabi saw yang hampir goyah keimanannya. Tidak masuk akalnya perjalanan Nabi saw tersebut karena pada saat itu kendaraan yang ada hanya berupa unta atau kuda. 

Maka secara nalar, tidak mungkin Nabi saw dapat menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya dalam waktu satu malam.

Abu Jahal kala itu mempengaruhi kaum Quraisy untuk mengolok-olok pengakuan Nabi Muhammad saw. Hingga akhirnya datanglah Abu Bakar di tengah kerumunan orang-orang tersebut. Abu Jahal kemudian berkata kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, bagaimana pendapatmu tentang cerita sahabatmu ini [Rasulullah] bahwa ia semalam telah pergi ke Baitul Maqdis sementara pagi ini ia telah berada di Makkah?”

Abu Bakar menjawab, "Benarkah itu? Jika benar yang dikatakan Rasulullah itu, maka sungguh ia memang benar dan tidak akan pernah berdusta.”

Sahabat Rasulullah itu pun menambahkan alasannya, "Aku membenarkan perkataan beliau dan aku membenarkannya meski lebih jauh daripada itu. Aku akan membenarkan berita apapun dari langit, baik di waktu pagi maupun sore yang datang darinya.”

Atas sikap Abu Bakar itulah Rasulullah Saw kemudian berkata, “Wahai sahabatku, engkau adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.”

Dari kejadian itulah Abu Bakar kemudian menyandang gelar As-Shidiq yang berarti membenarkan karena ketika orang lain tidak percaya perkataan Rasulullah, dialah yang  paling awal mengakuinya.

Selain itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq juga memiliki kecintaan, ketulusan, kesetian, dan kesungguhan terhadap apa yang 

disampaikan Rasulullah Saw. Sebuah sikap yang terkadang harus menggunakan mata hati untuk memahaminya.

Berkat keunggulan Abu Bakar Ash-Shiddiq itu pula ada salah seorang ulama yang mengatakan, "Abu Bakar tidak mengungguli manusia dengan banyaknya shalat dan puasa, akan tetapi dengan sesuatu yang tertanam dalam dadanya." [Riwayat Hakim dan Tirmidzi].

         Demikianlah, akhirnya Abu Bakar  Ash-Shiddiq diangkat menjadi Khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam. Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq terpilih menjadi khalifah, ia naik ke atas mimbar dan menyampaikan pidato pengukuhan. "Kini sungguh aku benar-benar ditempatkan dalam otoritas ini, meski aku enggan untuk 

menerimanya. Demi Allah, sungguh aku akan merasa bahagia seandainya salah seorang di antara kalian ada yang bersedia menggantikan kedudukanku ini. Aku hanyalah makhluk yang mengenal salah dan alpa, bila kalian melihatku berada di jalan yang benar, maka taatilah aku! Namun bila kalian melihatku menyimpang dari kebenaran, maka luruskanlah aku!" .

"Ketahuilah wahai rakyatku! Bahwa ketakwaan adalah kebajikan yang paling kuat. Dan kejahatan yang paling keji adalah yang berlawanan dengan ketakwaan itu sendiri. Sungguh, orang yang paling kuat di antara kalian adalah orang yang paling lemah di hadapanku, karena aku akan menuntut apa yang sudah menjadi kewajibannya. Dan orang yang paling lemah di antara kalian adalah orang yang kuat di hadapanku, karena aku akan memberinya apa yang menjadi hak mereka. 

Kiranya, inilah yang dapat aku sampaikan kali ini. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya padaku dan kalian semua.

Sumber : Sirah Sahabat Rasulullah SAW.

Jakarta -

Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab menjadi Khalifah setelah Rasulullah SAW wafat. Abu Bakar menjadi khalifah pertama selama kurang lebih 2 tahun yakni dari tahun 632-634 M atau tahun ke 11 hingga 13 Hijriah. Sementara Umar menjadi khalifah dari tahun 634 sampai 644 Masehi atau 13 sampai 23 tahun Hijriah.

Di masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, penyebaran Islam diperluas hingga keluar dari jazirah Arab yakni wilayah Irak dan Suriah. Pun begitu di masa Umar bin Khattab, wilayah Islam kian diperluas hingga ke Libya, Persia, Irak, Armenia, Khurasan, Nisabur, Azerbaijan, Basra, Syria, Yordania, dan Baitul Maqdis di Yerusalem.

Meski menjadi Khalifah dengan daerah yang berhasil ditaklukkan sangat luas, namun Abu Bakar dan Umar bin Khattab hidup dalam kesederhanaan. Keduanya tidak tinggal di istana megah dan berpakaian mewah. Bahkan Abu Bakar yang semasa mudanya kaya raya, saat meninggal tak meninggalkan sepeserpun harta. Semua hartanya sudah disedekahkan untuk perjuangan Islam.

Hingga Aisyah bingung dengan kain apa nanti mengkafani Abu Bakar jika wafat. Aisyah istri Rasulullah SAW sempat menanyakan hal itu kepada sang ayah.

"Dengan baju yang biasa aku pakai saat makmum shalat bersama Rasulullah," jawab Abu Bakar.

Aisyah tahu, baju itu sudah usang. Maka dia pun menawarkan untuk membeli kain kafan baru. Namun Abu Bakar menolaknya. Menurut Abu Bakar, orang yang hidup lebih berhak menggunakan barang yang baru ketimbang orang yang meninggal.

Pada Senin 21 Jumadilakhir tahun ke-13 hijrah atau 22 Agustus 634 Masehi, Abu Bakar Ash Shiddiq wafat. Atas permintaanya, Abu Bakar dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW. Adalah Umar bin Khatab bersama dengan Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakar yang memakamkan jenazah Abu Bakar. Sang 'raja' itu dimakankan dengan kain kafan lusuh bekas baju yang biasa dia pakai makmum sholat bersama Nabi Muhammad SAW.

Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab menggantikannya sebagai khalifah. Sama seperti Abu Bakar, Umar juga hidup sederhana saat memimpin umat Islam, meski wilayah kekuasaannya kian luas.

Kesederhanaan Khalifah Umar ini sempat membuat warga Yerusalem terkecoh. Pada tahun 637 Masehi, saat pasukan Muslim berhasil menaklukkan Baitul Maqdis, Umar bin Khattab diundang ke Yerusalem. Dari Madinah, Umar hanya ditemani oleh seorang pembantunya. Mereka berdua mengendarai seekor unta secara bergantian.

Saat memasuki Yerusalem giliran Umar yang kebagian jatah memegang tali kekang Unta, sementara sang pembantu naik di punggung Unta. "Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya yang memegang tali Unta, Tuan seharusnya yang naik di punggung Unta," kata sang pembantu seperti dikutip dari buku, The Khalifah karya Abdul Latip Talib.

Namun, Umar menolak karena sesuai kesepakatan mereka berdua, kebetulan saat masuk wilayah Yerusalem giliran sang pembantu yang naik di punggung unta. Warga Yerusalem pun mengira bahwa yang berada di atas unta tersebut adalah Khalifah Umar bin Khattab, sementara laki-laki berbaju tambalan yang menarik unta itu adalah pembantunya.

Padahal justru laki-laki berbaju tambalan itulah Khalifah Umar bin Khattab. Kesederhanaan juga ditanamkan Umar kepada pasukan Islam waktu itu. Maka ketika dia melihat tentara Islam mengenakan baju dan mewah saat berhasil merebut kembali Baitul Maqdis, Umar sempat marah.

"Aku lihat kalian telah berubah karena telah terpengaruh kemewahan. Aku berhentikan kalian karena karena bermewah-mewah dengan pakaian. Sesungguhnya, untuk mencapai keberhasilan hanya bisa dilakukan dengan mengikuti sunah Rasulullah," kata Umar kepada pasukannya.

Namun rupanya pasukan Umar mempunyai alasan menggunakan pakaian tersebut saat itu. "Kami memakai pakaian ini karena dapat menahan tikaman senjata musuh. Karena itulah kami selalu memakainya," kata mereka kepada Khalifah Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab pun tak jadi marah. Dia mengizinkan pasukannya tetap menggunakan pakaian tersebut. Namun sang Amirul Mukminin yang mendapat julukan Al Faruq dari Rasulullah SAW itu tetap milih menjadi khalifah yang sederhana. Hingga wafatnya pada 27 Dzulhijjah tahun 23 hijriyah atau 644 Masehi, Umar tak menumpuk harta kekayaan.

Selama menjadi khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab tak pernah duduk di singgasana megah sebagaimana raja yang daerah kekuasaannya begitu luas. Mereka ibarat, dua raja tanpa singgasana.

[erd/erd]

Jakarta - Kisah Abu Bakar menjadi khalifah pertama dipenuhi teladan yang bisa menjadi inspirasi umat. Dikutip dari buku The Khalifah karya Abdul Latip Talib, Abu Bakar As Siddiq sempat tidak terima gaji saat di masa awal menjabat sebagai pemimpin.Pemimpin yang terkenal karismatik tersebut tidak protes, malah baru ingat dirinya tak digaji saat mendengar perkataan istrinya. Abu Bakar As Siddiq dikisahkan bertanya pada istrinya, apakah ada yang bisa dikonsumsi untuk sarapan. Habibah, sang istri menjawab jujur terkait kondisi keuangan rumah tangganya."Tidak ada apa-apa lagi yang dimakan wahai suamiku," kata Habibah istri Abu Bakar As Siddiq. Abu Bakar baru ingat dia tak sempat berdagang karena harus menyelesaikan banyak urusan umat. Jika tidak berdagang, yang merupakan mata pencariannya, Abu Bakar tak punya pendapatan. Padahal dia juga harus bertanggung jawab pada perekonomian keluarga.

Pagi itu, Abu Bakar akhirnya berangkat ke pasar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sejak hijrah ke Madinah, Abu Bakar As Siddiq berjualan baju dan kurma di pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Abu Bakar yang keluar rumah sejak pagi untuk berdagang tak bisa ditemui warga. Hal ini menimbulkan kekecewaan hingga mereka mengadu pada Umar bin Khattab, yang berjanji akan meneruskannya pada Abu Bakar As Siddiq. Saat akhirnya bertemu, Umar mengatakan, Abu Bakar tak layak lagi berdagang di pasar karena kewajiban utamanya sekarang adalah umat."Aku memiliki keluarga. Oleh sebab itu aku perlu berdagang untuk mencari nafkah bagi keluargaku," ujar Abu Bakar.Menanggapi kondisi ini, Umar mengajak khalifah yang sebelumnya saudagar kaya tersebut bertemu penjaga Baitul Mal Abu Ubaidah Al-Jarrah. Penjaga Baitul Mal saat itu bertanggung jawab pada perbendaharaan Islam.Saat itu Abu Ubaidah ingin memberikan sepasang baju untuk musim dingin dan panas, yang bisa diganti jika sudah usang. Namun Umar mengusulkan uang supaya Abu Bakar tak perlu lagi berdagang untuk memperoleh pendapatan."Sebagai khalifah, engkau memang berhak mendapatkan gaji dari Baitul Mal," kata Umar.
Usul Umar disetujui Abu Ubaidah dan Abu Bakar asal tidak menimbulkan fitnah di kalangan umat Islam dan masyarakat umum. Umar awalnya mengusulkan gaji sebesar lima ratus dirham per bulan atau enam ribu dirham setahun. Usul Umar ditolak Abu Bakar yang menilai gaji tersebut terlalu besar.Sejak saat itu, Abu Bakar As Siddiq menerima gaji dari Baitul Mal sehingga tak perlu lagi berdagang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Waktunya dihabiskan untuk menyelesaikan masalah umat dan tegaknya Islam.Kepemimpinan Abu Bakar memang berlangsung singkat hanya sekitar 2,5 tahun. Namun umat telah mencatatnya sebagai pemimpin yang jujur, sederhana, lembut, dan bijak. Putihnya hati khalifah serupa dengan ciri fisik Abu Bakar yang kerap digambarkan berkulit cerah, berambut tebal, dengan tubuh yang kurus.Kekayaan Abu Bakar As Siddiq mencapai 40 ribu dirham saat masih menjadi saudagar kaya. Namun kekayaan Abu Bakar digunakan sepenuhnya untuk umat hingga tidak meninggalkan harta untuk keluarga selepas dirinya meninggal.

Sama seperti khalifah yang lain, perang di zaman Abu Bakar juga menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah Islam. Abu Bakar menjadi komandan dalam Perang Riddah melawan mereka yang ingkar pada Allah SWT. Kemenangan dan berbagai karakter unggul tak membuat dirinya tinggi hati, hingga kisah singkat Abu Bakar As Siddiq selalu menjadi teladan bagi umat Islam sekarang.

Setiap sore Tim Hikmah detikcom akan menurunkan kisah-kisah inspiratif dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Kumpulan berita harian Hikmah terbaru dan terlengkap seputar Islam dan kisah inspiratif bisa dibaca di sini. [row/erd]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề