Apa tujuan dari sunnah pengakhiran sahur puasa

Hybernasi.com –Waktu Sahur. Pertanyaan-pertanyaan seputar jam sahur menjadi pertanyaan yang selalu berulang setiap tahunnya, saat Ramadhan tiba. Jawaban atas pertanyan “sahur sampai jam berapa, sih?”, ini mau tidak mau harus berupa jawaban syar’i [berdasarkan syariat Islam]. Jam sahur tidak bisa dijawab berdasarkan jawaban lain.

Sebabnya, tak lain, karena puasa Ramadhan adalah syariat Islam, maka hal-hal yang terkait dengan puasa tersebut harus dicarikan jawabannya dalam Islam sendiri.

Karena jawaban untuk pertanyaan di atas tidak bisa ditemukan di dalam sumber utama ajaran Islam [al-Qur’an], maka yang paling mungkin menjawabnya adalah hadis Nabi Muhammad SAW. Di dalam surat al-Baqarah ayat 187 memang ada petunjuknya, namun petunjuk tersebut masih bersifat umum.

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ

“… Makan dan minumlah hingga jelas bagimu [perbedaan] antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar …”

Sejak puasa Ramadhan disyariatkan, panduan mengenai jam dan juga menu apa yang sebaiknya disantap saat sahur, syariat tentang sahur pun sudah dijalankan Nabi SAW, keluarga Nabi, dan para sahabat. Itu sebabnya, panduan syariat mengenai sahur yang dapat mengantarkan kita kepada panduan yang pokok dapat digali dari khazanah dan tradisi berpuasa sejak era Nabi.

Hukum Asal Sahur

Yang menjadi kekeliruan umum dalam kalangan umat Islam dewasa ini adalah anggapan bahwa sahur itu wajib. Mereka berpatokan, kalau puasa Ramadhan itu wajib, maka sahur pun wajib.

Padahal, sejak disyariatkannya kewajiban puasa Ramadhan hingga hari ini, hukum sahur tetap sama: sunnah. Jadi, hukum asal sahur adalah sunnah. Sahur bahkan tidak menjadi syarat wajib bagi puasa. Dengan kata lain, jika kita lupa bersahur lalu keesokan harinya kita tetap berpuasa, puasa kita tetap sah. Puasa kita tetap tidak terganggu lantaran kita melalaikan sahur.

Berbeda soal kalau kita lupa berniat. Niat puasa Ramadhan itu adalah bagian dari syarat wajib, yang jika ditinggalkan puasa kita tidak akan sah. Namun, itu pun dengan berbagai pilihan mazhab.

Batas Waktu Sahur

Batas waktu sahur sebetulnya subuh. Jadi, selama azan Subuh belum berkumandang, waktu puasa Ramadhan belum masuk.

Jika selama ini sebagian kita menganggap bahwa saat imsak tiba kita tidak diperkenankan makan dan minum, itu sebetulnya hanya sebagai ikhtiar kehati-hatian. Imsak bukan batas waktu sahur.

Berikut ini batas-batas waktu sahur yang terbaik menurut Islam.

1. Waktu Terbaik Sahur adalah Menjelang Subuh

Yang dimaksud dengan waktu terbaik sahur adalah saat menjelang Subuh ini tidak dimaksudkan agar sahur sangat berdekatan dengan waktu Subuh sehingga sahurnya terburu-buru.

Nabi memang mensyariatkan sahur agar dilakukan saat menjelang subuh. Tujuannya pensyariatan [maqashid as-syariat] sahur di awal pagi itu antara lain agar kita diberikan tenaga yang cukup selama kita tidak makan-minum seharian penuh pada hari berikutnya. Orang yang makan sahurnya berdekatan dengan waktu Subuh, pagi harinya masih terasa kenyang, dan melakukan berbagai aktivitas harian pun akan terasa lebih enak.

2. Sahur juga Baik pada Akhir Sepertiga Malam

Akhir sepertiga malam ini sebetulnya hampir sama dengan bagian pertama di atas, yakni agar makan sahur itu dilangsungkan di bagian akhir malam.

Dalam sebuah hadis dari riwayat Ahmad diceritakan bahwa Nabi sangat menyukai dan bahkan menganjurkan agar umat Islam menyegerakan berbuka dan menunda sahur hingga di titik akhir menjalang subuh. Hadis-hadis yang berbicara masalah anjuran mengakhirkan sahur ini pun banyak sekali.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda:

بَكِّرُوْا بِالإفْطَارِ، وَأَخِّرُوْا السَّحُوْرَ

“Hendaklah kalian menyegerakan berbuka puasa, sedangkan sahur diakhirkan”

Terhadap beberapa hadis anjuran pengakhiran sahur tersebut, Abu Bakar al-Kalabazi menjelaskan bahwa waktu terbaik bersahur adalah akhir sepertiga malam. Abu Bakar al-Kalabazi berkata, min al-fitrati ta’khiru al-sahura [pengakhiran sahur adalah kebiasaan yang alamiah]

Di samping alasan-alasan yang disyariatkan, banyak ulama berpandangan bahwa pengakhiran sahur sebetulnya mengnadung beberapa hikmah, yaitu;

Dengan mengakhirkan sahur, kita memiliki bekal tenaga yang cukup untuk menahan lapar dan dahaga sepanjang hari.

Jika pada hari-hari biasa kita terbiasa makan pagi, maka sahur yang diakhirkan nilainya hampir sama dengan makan pagi. Untuk itu, bila kita terbiasa dengan pekerjaan-pekerjaan berat sepanjang hari di bulan Ramadhan, maka pengakhiran sahur akan sangat membantu untuk memiliki tenaga guna bekerja ekstra.

Dengan mengakhirkan sahur, kita tidak harus tertidur lagi untuk menunggu kumandang azan subuh.

Badingkan, misalnya, dengan orang yang bersahur antara jam 1 atau jam 2 dini hari yang harus menunggu subuh dengan tidur kembali. Kebanyakan dari kita akan melewatkan salat subuh karena bangunnya kesiangan. Untuk itu, bersahur di waktu akhir ini mangandung hikmah bahwa kita tidak perlu tidur [dengan risiko bangun kesiangan] untuk bersalat Subuh.

Dan alangkah lebih baik lagi, misalnya, pengakhiran sahur juga diikuti oleh niat untuk beribadah menjelang hingga saat subuh datang.

3. Waktu Imsak adalah Peringatan agar Berhati-hati

Banyak orang salah paham dengan istilah imsak. Banyak orang mengira, kalau musala atau masjid sudah mengumumkan waktu imsak, orang-orang Islam harus segera menyudahi aktivitas makan-minumnya.

Mereka menganggap bahwa imsak adalah saat di mana puasa telah dimulai, dan itu sebabnya hal-hal yang membatalkan puasa harus ditinggalkan.

Ini adalah kesalahan umum. Imsak artinya “menahan”. Arti lainnya, jika waktu sudah memasuki waktu imsak, kita dianjurkan untuk berhati-hati dengan aktivitas mengonsumsi makanan. Sebab, sekitar 10 menit selepas imsak, azan Subuh akan berkumandang. Dan jika sudah masuk waktu subuh, semua aktivitas makan-minum harus diakhiri. Kalau tidak, puasanya batal.

4. Sebaiknya Ada Jeda antara Sahur dan Subuh

Anjuran terbaiknya adalah memang harus ada jeda antara sahur dan salat Subuh. Dengan mengambil jeda, kita punya waktu yang cukup untuk berkumur dan membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan.

Inilah kenapa imsak itu penting. Imsak yang berarti “menahan” sebetulnya bermaksud agar kita lebih berhati-hati dan waspada dengan sisa waktu menjelang Subuh. Karena, selepas masuk imsak, waktu Subuh tinggal beberapa menit lagi.

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Hilal?

Akhirul Kata

Jadi, sebetulnya, sahur sampai jam berapa, sih? Waktu sahur adalah waktu sepanjang malam, sebelum azan Subuh berkumandang. Dengan kata lain, Anda boleh bersahur selepas tarawih, jam 12, dan seterusnya hingga azan Subuh menggema.

Semoga bermanfaat!

akhir sepertiga malam azan subuh batas waktu sahur menjelang subuh pengakhiran sahur puasa puasa ramadhan sahur sahur sampai jam berapa subuh waktu sahur waktu terbaik sahur

TEMPO.CO, Jakarta -Puasa Ramadan diawali dengan makan sahur agar saat menjalani aktivitas tubuh tidak lemas.

Selain itu, sahur juga dapat membuat umat Muslim melakukan Qiyamul Lail atau beribadah di malam hari untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Namun, apakah boleh melakukan puasa tanpa melakukan sahur? Apakah hukumnya puasa yang dilakukan tersebut?

Ustadz Irfan Supandi dalam bukunya berjudul Ensiklopedi Puasa yang diterbitkan oleh Indiva Pustaka pada tahun 2008 menulis bahwa sahur sebagai aktivitas makan dan minum di malam hari mulai tengah malam hingga sebelum subuh hukumnya adalah sunnah bagi orang yang hendak berpuasa.

Jadi, puasa yang dilakukan tanpa sahur tetap sah karena hukum sahur sebatas sunnah, bukan wajib. Tetapi, bagi Anda yang menjalani puasa sebaiknya tetap melakukan sahur untuk membantu mengatur stamina tubuh di siang hari saat sedang berpuasa.

Oleh karena itu, sahur harus diusahakan meskipun hanya dengan sesuap makanan atau seteguk air. Rasulullah saw juga memerintahkan umat Muslim untuk sahur. 

“Makan sahurlah kamu, karena dalam makan sahur terdapat berkah! [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalam hadis lain juga dianjurkan untuk melakukan sahur walau hanya seteguk air. 

“Bersahur itu berkah, maka janganlah kamu tinggalkan walau seseorang diantara kamu hanya seteguk air. Karena Allah dan para malaikat-Nya akan mengucapkan shalawat pada orang-orang yang bersahur,” [HR. Ahmad].

Keberkahan Sahur

Dalam kitab Is’afu Ahl al-Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan [hal. 59-60], Syekh Hasan al-Masyath menjelaskan secara logis dan sistematis hikmah di balik kesunnahan sahur tersebut. Inilah yang dimaksud dengan ‘memperoleh keberkahan’ sebagaimana hadits di atas. 

Menurutnya, Rasulullah SAW telah menganjurkan sahur, dan sebagai sunnahnya, umat Islam pun mengikutinya. Andai saja Rasulullah tidak sahur, umatnya pun akan demikian karena menganggap ‘tidak sahur’ sebagai sunnahnya.

Namun, Nabi mengerti bahwa sahur merupakan bentuk kasih sayang terhadap umatnya, sehingga beliau melakukannya dan dijadikan anjuran bagi orang yang hendak berpuasa.

Dengan sahur, maka seorang hamba akan lebih memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas pada siang hari. Jangan sampai bulan Ramadan yang banyak dianjurkan ibadah, justru disia-siakan begitu saja karena seharian tubuh lemas sebab tidak sahur di malam harinya.

Selain itu sahur yang lebih utama dilakukan di akhir malam juga memiliki alasan tersendiri. Dilansir dari laman bisnis.com, orang yang selesai sahur akan menunggu waktu subuh tiba. Saat-saat menunggu subuh itulah bisa digunakan untuk beribadah, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an atau pun zikir lainnya.

Dengan kata lain, pengakhiran sahur adalah upaya agar kita bisa beribadah di waktu sepertiga malam. Waktu paling istimewa untuk bermunajat kepada Allah swt. Terlebih untuk meraih malam lailatul qadar. 

NAUFAL RIDHWAN ALYBaca: Usia Berapa Sebaiknya Anak-anak Mulai Diajarkan Puasa Ramadan?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik //t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề