Apa yang menyebabkan sebuah karya seni rupa mempunyai nilai estetik

119 garis. Ilusi kedalaman ruang pada bagian tengah muncul akibat adanya pewarnaan yang lebih gelap karena efek permainan jari pada warna-warna pastel cair. Chofifah mengungkapkan bahwa lafal arrahmaan merupakan salah satu nama Allah dalam asmaul husna yang artinya Maha Pengasih. Chofifah menjelaskan hendaknya manusia memiliki sifat belas kasihan kepada sesama. Berdasarkan analisis di atas, maka masing-masing karya seni lukis siswa SDIT Bina Amal dapat diketahui nilai estetis dan makna simbolisnya dilihat dari unsur-unsur rupa dan penataannya. Tema pemandangan yang paling banyak disukai oleh siswa adalah pemandangan laut, alam pegunungan, suasana perkemahan, bunga dan bentuk rumah. Kemudian untuk tema kaligrafi para siswa lebih memilih lafal atau kalimat pendek. Kalimat yang paling banyak dipilih adalah Arrahmaan, Subhaanallah dan Allahuakbar. Unsur yang paling menonjol pada karya seni lukisnya adalah warna dan garis. Warna-warna yang digunakan dalam melukis adalah kuning, orange, hijau, biru, ungu, cokelat, merah dan putih. Sedangkan unsur garis meliputi garis lurus dan lengkung.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspresi Estetis Karya Seni Lukis

Siswa Kelas V Kemampuan siswa kelas V SDIT Bina Amal mengekspresikan gagasanya melalui kegiatan melukis berbeda-beda, hal ini tergantung pada sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bisa 120 menjadi pendukung maupun penghambat. Adapun faktor yang mempengaruhi ekspresi estetis siswa dalam berkarya seni lukis pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Amal Kota Semarang dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal Setiap siswa kelas V yang masih dalam tahap perkembangan, kondisi kejiwaannya masih labil dan kurang terkendali. Penilaian ini dikarenakan oleh kebiasaan individu yang mudah terkena pengaruh, baik itu positif maupun negatif. Emosi yang tidak stabil ditunjukkan dengan adanya sifat marah, senang, sedih, takut dan rasa ingin tahu. Kebiasaan siswa kelas V SDIT Bina Amal yang kurang menyukai seni ternyata berpengaruh terhadap karya seni lukisnya. Anak yang kurang menyukai seni rupa ternyata takut membuat kesalahan dalam melukis. Gejala tersebut dapat dilihat dari goresan garis maupun warna dalam lukisannya. Sementara siswa yang menyukai kegiatan seni rupa juga terlihat dari karya seni lukisnya. Dalam berkarya seni lukis ia memandang karya seni tidak hanya didasari oleh suka atau tidak suka terhadap kegiatan melukis. Pengalaman siswa dalam mengamati benda maupun kejadian dan apresiasi terhadap karya seni yang sudah ada menjadi salah satu pendukung dalam berkarya seni lukis secara objektif dan ekspresif. Pengalaman estetis adalah pengalaman seseorang yang diperoleh dengan cara berkarya seni, atau seseorang yang telah melakukan kegiatan berkarya seni rupa dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman 121 estetis. Siswa kelas V yang mempunyai kegemaran dengan sering melakukan kegiatan berkarya seni rupa maka, semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga berpengaruh terhadap karya seni lukisnya. Siswa kelas V SDIT Bina Amal sudah mulai berpikir rasional. Mereka mulai kritis terhadap realitas yang dihadapi di lingkungannya. Kebiasaan yang sering dilakukan siswa dalam berkarya seni, adalah memberikan penilaian terhadap karya seni lukis dengan memberikan kekurangan dan kelebihan karya seni lukis disertai dengan alasan yang jelas. Peneliti menyimpulkan bahwa kebiasaan menilai karya seni lukis yang dilakukan siswa kelas V berdampak terhadap cara pengungkapan ekspresi melalui karya seni lukisnya. Faktor jenis kelamin juga berpengaruh terhadap hasil karya seni lukis siswa kelas V SDIT Bina Amal. Siswa laki-laki lebih suka melukis benda atau figur bergerak. Semua itu sesuai dengan sifatnya yang senang beraktivitas. Hal ini menyebabkan lukisan siswa laki-laki terlihat dinamis. Sementara itu siswa perempuan ketika melukis lebih suka pada benda-benda yang diam seperti rumah atau bunga dan lebih mengutamakan salah satu objek yang paling berkesan dalam pikiranya. Warna yang disukai yaitu warna yang mencolok seperti merah, kuning dan orange. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi ekspresi estetis seni lukis siswa kelas V SDIT Bina Amal antara lain: 122 a. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah faktor utama dalam pendidikan anak. Dalam keluarga inilah seorang anak pertama kali diperkenalkan pada dunia pendidikan. Pengaruh keluarga dalam pendidikan informal ini sangat besar terhadap perkembangan kemampuan kreativitas siswa kelas V SDIT Bina Amal. Pada fase inilah seorang anak terbentuk karakternya dalam berperilaku serta kepribadiannya. Kebiasaan baik maupun kebiasaan yang buruk juga akan menbentuk kepribadian dan karakternya. Motivasi orang tua adalah salah satu faktor pendukung terhadap perkembangan anak dalam banyak hal contohnya dalam berkarya seni lukis. Orang tua siswa yang memiliki kemapanan status sosial dapat mendorong kegiatan anak secara materi. Kebutuhan yang diperlukan oleh anaknya selalu tercukupi misalnya dari kelengkapan alat yang digunakannya dalam belajar. Di rumahnya banyak dipajang berbagai macam lukisan dari lukisan natural, lukisan gambar manusia, lukisan hewan maupun kaligarafi, sehingga berpengaruh pula terhadap karya seni lukis yang dibuat di sekolah. Menurut keterangan guru Seni Rupa SDIT Bina Amal banyak orang tua siswa yang mengkursuskan anaknya pada sanggar-sanggar seni sehingga perkembangan keterampilannya dalam melukis lebih baik. Sesungguhnya di samping dukungan materil orang tua ataupun keluarga masih bisa memberikan motivasi moril kepada anak untuk berkreativitas sesuai dengan potensi yang dimiliki. Motivasi moral yang diberikan keluarga kepada anak sangat besar pengaruhnya terhadap hasil karya 123 seni lukis. Kemudahan anak untuk memperoleh pengalaman maupun pendidikan akan mendorong anak semangat dalam belajar. Siswa yang mendapat dukungan dari orang tuanya telihat pada ekspresinya yang berani dan tangkas dalam menjawab pertanyaan dengan mudah tanpa takut salah walaupun dengan jawaban yang terkadang kurang mengena tetapi yang lebih penting adalah proses anak tersebut dalam berinteraksi dengan lingkunganya. b. Lingkungan Tempat Tinggal Setelah dikenalkan pendidikan dalam keluarga, faktor kedua yang mempunyai pengaruh cukup besar pada siswa kelas V dalam berekspresi adalah lingkungan tempat tinggal dimana ia memperoleh pendidikan nonformal. Pengalaman estetisnya banyak diperoleh dari lingkungan mereka. Budaya yang ada di sekitar mereka dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan mental anak, baik yang berdampak pada perilaku positif maupun perilaku negatif. Lingkungan tempat tinggal siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Amal Semarang dilihat dari letak geografisnya terletak di pusat kota Semarang sehingga memudahkan siswa untuk dapat menjangkau kebutuhan khususnya untuk kegiatan seni rupa. Di samping itu, lingkungan tempat tinggal para siswa kebanyakan tinggal di lingkungan yang kondusif untuk kegiatan belajar. Pengalaman yang diperoleh siswa pada pendidikan sanggar semakin menambah kemampuan beberapa siswa kelas V dalam membuat karya seni lukis. Hal ini bisa dilihat dari hasil karya siswa yang mengikuti kursus melukis. 124 Syarif dan Sasa adalah siswa yang ikut kursus di salah satu sanggar seni di Semarang. Karya mereka termasuk bagus, hal ini terlihat dari bagaimana cara ia menorehkan garis secara spontan, selain itu kemampuanya dalam mengkombinasikan warna sudah cukup baik. Kegiatan lomba melukis yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun organisasi masyarakat di Kota Semarang juga ikut mendukung kemampuan siswa kelas V dalam mengembangkan kreativitas dan menambah pengalamanya dalam seni lukis. Partisipasi siswa dalam perlombaan dapat menambah wawasan mereka tentang perkembangan dunia seni rupa. Motivasi untuk memenangkan perlombaan mempengaruhi intensitas siswa kelas V dalam mengasah kemampuan mereka yaitu dengan sering berlatih melukis. Dengaan demikian, siswa terbiasa untuk berkarya dan memiliki semangat untuk selalu memacu belajarnya. Melalui kegiatan lomba, siswa juga berlatih untuk mengapresiasi karya seni. Ia dapat belajar dari karya yang dibuat oleh peserta lain dan bisa menilai karya mana yang termasuk kategori bagus dan karya mana yang temasuk dalam kategori kurang bagus. Jadi siswa memiliki pengalaman estetis dari lingkunganya, sehingga berpengaruh pula terhadap ekspresi estetisnya. c. Lingkungan Sekolah Tujuan SDIT Bina Amal adalah memberikan bekal kemampuan dasar “Baca, Tulis dan Hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa, memberikan bekal pengatahuan dasar tentang pengetahuan agama islam dan pengalamanya seuai dengan tingkat 125 perkembangan anak untuk mengikuti jenjang yang lebih tinggi dengan sistem pendekatan integral learning. Menurut bapak Supriyanto salah satu implementasinya adalah mewujudkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan serta mewujudkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya. Seni rupa merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk dalam kurikulum nasional yaitu seni budaya dan keterampilan. Menurut Kepala Sekolah SDIT Bina Amal, Seni Rupa masuk dalam kelompok mata pelajaran Estetika yang bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan keindahan. Dengan demikian siswa diharapkan mampu menikmati dan mensyukuri hidup dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mampu menciptakan kehidupan yang harmonis. Kompetensi mata pelajaran Seni Rupa di SDIT Bina Amal adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan. 2. Menampilkan sikap apresiasi. 3. Menampilkan kreativitas. 4. Menampilkan peran serta dalam kompetisi seni di tingkat local, regional, nasional bahkan internasional. Pelajaran Seni Rupa di SD Islam Terpadu Bina Amal Kota Semarang menurut peneliti temasuk dalam kategori bagus. Hal ini bisa dilihat dari hasil karya siswa, baik berupa karya seni lukis, sketsa, patung konstruksi maupun kerajinan tangan lainnya yang dapat dijumpai di setiap ruang kelas. Untuk 126 karya gambar dan lukisan, terpasang rapi dan semuanya telah dipigura. Selain itu banyak foto siswa hasil pemenang lomba melukis dipasang di dinding dan juga tertata dengan rapi piala hasil lomba seni pada sebuah lemari kaca. Menurut keterangan guru seni rupa, hal ini dilakukan untuk memacu peserta didik yang lain untuk dapat berpartisipasi dalam perlombaan yang tentunya disertai dengan belajar. Salah satu faktor yang mendukung pelajaran seni rupa adalah ketersediaan dua tenaga pengajar seni rupa sehingga dapat dipastikan pelajaran seni diperhatikan dengan baik. Pelajaran seni lukis yang diajarkan kepada siswa memberikan kebebasan untuk berekspresi sehingga setiap hasil karya yang dibuat adalah karya yang original dan spontan. Pemberian tema dalam setiap pelajaran seni lukis maupun sketsa senantiasa dibiasakan oleh guru sehingga dengan gaya imajinasi tiap individu, terlihat berbagai karakter lukisan meskipun temanya sama. Siswa diberi kebebasan dalam memainkan warna di atas kertas. Dengan adanya kebiasaan memberikan tema dan kebebasan berimajinasi dalam setiap kali praktek, dapat mendorong kreativitas siswa dalam berkarya seni. Ketika proses belajar Bapak Supriyanto memberikan motivasi kepada siswa dengan berkeliling untuk membantu siswa yang kesulitan. Misal pada suatu ketika seorang anak melukis kegiatan perkemahan. Untuk menggugah imajinasi siswa, Bapak Supriyanto memberikan pertanyaan yang memotivasi, misalnya “Bagaimana kamu menunjukan figur-figur orang di tempat itu?”. Terkadang ada siswa yang ada beberapa siswa yang tidak bisa melukis figur. 127 Kemudian Bapak Supriyanto memperlihatkan alat bantu visual berupa foto yang menunjukkan kerumunan orang. Jadi peran guru sangat penting dalam kegiatan melukis siswa kelas V di SD Islam Terpadu Bina Amal Kota Semarang. Menurut peneliti terdapat empat faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di SD Islam Terpadu Bina Amal Kota Semarang, khususnya dalam kegiatan seni rupa. Empat faktor itu adalah: 1. Interaksi dan suasana di sekolah seperti di lingkungan keluarga. 2. Suasana lingkungan sekolah asri dan sejuk menghilangkan kesan formal sehingga berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak. 3. Tata tertib yang dibuat tidak mengikat kebebasan anak. 4. Siswa memiliki kesempatan untuk aktif dalam berbagai hal, bermain dan bersenang-senang yang melatih keberanian anak. 128

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Melalui kegiatan ekspresi seni lukis anak-anak dapat menciptakan kembali lingkungan-lingkungan yang nyata dan yang dikhayalkan. Anak-anak juga merasakan bagaimana rasanya hidup dengan budaya lain atau hidup seperti suasana yang mereka gambarkan dalam lukisannya. Anak-anak dapat mempelajari benda-benda dan kejadian yang ada di sekitarnya. Meskipun demikian siswa juga melukiskan pengalaman pribadinya. Mengamati aktivitas siswa dalam melukis dan hasil karyanya ,peneliti lakukan pada siswa kelas V, sedangkan lukisan dibuat dengan bahan cat air dan mix media. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data bahwa ketika guru memberikan tema pemandangan, siswa yang memilih subject matter pemendangan laut sebanyak 48. Kemudian yang memilih subjek alam pegunungan sebanyak 19,2, subjek perkemahan 11,5 , subjek 11,5 dan yang melukis subjek rumah sebanyak 9,6 . Untuk kategori karya seni lukis dengan tema pemandangan diperoleh data bahwa karya yang mendapat kategori sangat baik sebanyak 9,6 , kategori baik 65,3 , kategori cukup 25 . Sedangkan untuk karya dengan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada. Dengan demikian, maka ekspresi estetis karya seni lukis siswa kelas V dengan tema pemandangan tergolong baik.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề