Apa yang terjadi bila saat bermain kita berlaku curang brainly

Ketika Anda ingin melakukan investasi, pastikan Anda memilih dengan tepat. Dalam melakukan investasi ada dua jenis investasi yang cukup populer namun, masih belum diketahui perbedaan-perbedaannya. Kedua jenis investasi ini adalah saham dan obligasi. Banyak orang atau investor pemula belum memahami perbedaan saham dan obligasi. Secara umum, saham dan obligasi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menanamkan modal atau dana untuk mendapatkan pundi-pundi keuntungan dari perusahaan.

Baca Juga : Ajari Si Kecil Menabung dengan Tabungan Anak

Sebelum membahas perbedaan saham dan obligasi lebih lanjut, Anda harus memahami terlebih dahulu pengertian dan perbedaan saham dan obligasi secara umum. Saham adalah bentuk kepemilikan individu atas aset sebuah perusahaan yang biasanya berbentuk dokumen. Pemilik surat saham berhak atas keuntungan yang didapatkan perusahaan sesuai dengan jumlah lot saham yang mereka miliki. Keuntungan dalam investasi saham ini disebut dengan dividen. Sementara itu perbedaan saham dan obligasi yaitu, obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah, lengkap dengan bunga serta informasi jatuh tempo pembayarannya. Surat ini merupakan sebuah bukti perjanjian peminjaman dana, sekaligus besaran bunga yang harus dibayarkan oleh pihak penerima obligasi. Meski perusahaan bisa mengeluarkan obligasi, namun obligasi lebih sering dikeluarkan oleh instansi pemerintahan.

Kesimpulan perbedaan saham dan obligasi adalah, pemilik saham memiliki hak atas keuntungan perusahaan dan juga hak suara. Sedangkan obligasi, Pemilik hanya berstatus sebagai pemberi utang.

Persamaan Saham dan Obligasi

Sebelum kita membahas perbedaan saham dan obligasi, terlebih dahulu kita bahas persamaan antara saham dan obligasi.

Baca Juga : Ciri-Ciri dan Kiat Usaha yang Menguntungkan di Tahun 2020

  1. Memiliki klaim atas laba dan aktiva

    Pemilik saham dan obligasi memiliki klaim atas laba dan aktiva. Kedua instrumen investasi ini menjanjikan kepada para pemiliknya pendapatan yang berupa aset yaitu uang dan aset-aset lainnya. Klaim tersebut terjadi pada tanggal transaksi atau saat pembelian saham dan penandatanganan obligasi yang kemudian dapat dieksekusi saat jatuh tempo. Intinya saham dan obligasi menjanjikan pendapatan bagi para pemiliknya.

  2. Memiliki hak tebus

    Para pemilik saham maupun obligasi juga memiliki hak tebus yaitu, pilihan untuk menukar saham dan obligasi mereka dengan uang.

  3. Surat berharga

    Dalam hal ini, para pemilik saham maupun obligasi memiliki surat berharga. Keduanya merupakan bentuk perjanjian hitam diatas putih yang berupa perjanjian dan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Nantinya surat berharga tersebut sama-sama dapat diperjualbelikan di bursa efek maupun pasar modal.

    Perbedaan saham dan obligasi sangatlah jelas dalam bentuk keuntungan yang didapat. Jika Anda ingin bermain lebih aman, maka pilihlah instrumen investasi obligasi. Namun Anda juga harus mengetahui bahwa obligasi memiliki 2 jenis, yaitu:

    • Yang pertama adalah, obligasi dengan jaminan [secured bonds], yaitu jenis obligasi yang dijamin dengan jaminan tertentu. Jenis obligasi ini berupa obligasi dengan garansi [guaranteed bonds], obligasi dengan jaminan harta [mortgage bonds], obligasi dengan jaminan efek [collateral bonds] dan obligasi dengan jaminan peralatan [equipment bonds].
    • Yang kedua adalah, obligasi tanpa jaminan [unsecured bonds], yaitu bentuk obligasi yang diberikan hanya dalam bentuk kepercayaan semata, seperti debenture bonds yakni obligasi yang diterbitkan pemerintah dan subordinate bonds.

Perbedaan Saham dan Obligasi

Sementara itu, ada beberapa perbedaan saham dan obligasi yang harus Anda ketahui. Berikut adalah perbedaan saham dan obligasi:

Baca Juga : Bisnis Untuk Pemula yang Bisa Dilakukan Secara Online

  1. Batas Masa Berlaku

    Perbedaan saham dan obligasi yang pertama adalah batas masa berlakunya. Antara saham dan obligasi memiliki batas waktu yang berbeda. Pemilik saham, masih memiliki hak atas keuntungan dan suara selama perusahaan itu berdiri dan pemilik saham masih memiliki surat bukti kepemilikan sahamnya. Sedangkan perbedaan saham dan obligasi adalah, obligasi memiliki masa berlaku yang jelas yang tertera di dalam surat. Sehingga saham merupakan pilihan yang tepat jika Anda ingin berinvestasi jangka panjang. Namun, yang harus Anda ingat bahwa saham juga termasuk high risk high return investment yaitu, saham bisa mendatangkan keuntungan banyak namun juga memiliki risiko yang tinggi.

    Perbedaan saham dan obligasi, di lain sisi obligasi memiliki keuntungannya sendiri karena jangka waktu yang sudah ditentukan. Karena Anda bisa berpindah ke investasi lainnya apabila jangka waktu perjanjian telah habis. Sehingga, jika perusahaan mengalami kerugian tetapi jangka waktu perjanjian telah berakhir, Anda tidak terlibat apa-apa lagi.

  2. Tingkat Keuntungan

    Perbedaan saham dan obligasi lainnya adalah tingkat keuntungan yang didapat. Keuntungan dari investasi bersifat fluktuatif, artinya tidak bisa diperkirakan dan bisa berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan perusahaan.

    Berbeda dengan obligasi, perbedaan saham dan obligasi keuntungan dan kepemilikan obligasi, biasanya bisa didapatkan setiap bulan dengan jumlah yang tetap stabil sampai masa berlaku surat perjanjian berakhir. Jika Anda suka dan berani dalam mengambil resiko, mungkin saham menjadi pilihan yang tepat. Tetapi, jika Anda ingin mendapatkan hasil yang stabil, obligasi menjadi pilihan yang aman.

  3. Pajak yang Dikenakan

    Perbedaan saham dan obligasi yang ketiga adalah pajak yang dikenakan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hasil yang diterima dari saham adalah dividen atau keuntungan dari saham yang Anda miliki adalah jumlah total setelah dipotong pajak. Sebaliknya perbedaan saham dan obligasi, bunga obligasi lebih dulu dikeluarkan sebagai biaya, jadi bisa dianggap tidak kena pajak.

    Jika sudah memahami perbedaan saham dan obligasi secara teknis, Anda juga perlu mengetahui perbedaan saham dan obligasi dari segi resikonya. Untuk Obligasi, Anda harus memahami beberapa resikonya seperti:

    • Resiko Gagal Bayar, Perputaran uang yang tidak bagus dapat mengakibatkan sebuah perusahaan gagal bayar surat obligasi yang sudah jatuh tempo. Resiko ini besar terjadi pada perusahaan swasta. Karena membeli surat obligasi negara dijamin oleh negara bahwa akan selalu dikembalikan menggunakan dana APBN.
    • Risiko Capital Loss – Capital loss adalah momen dimana investor merugi karena harga obligasi di bandrol lebih rendah dari harga saat membeli. Perubahan suku bunga, persoalan politik ekonomi, permasalah global dan kerusuhan dalam negeri menyebabkan peristiwa capital loss.
    • Risiko Likuiditas – Surat obligasi cukup sulit dijual kembali dalam tempo singkat. Investasi obligasi dinilai tidak cukup likuid. Jika terpaksa menjual kembali surat obligasi sebelum jatuh tempo. Maka investor akan mengalami kerugian.

    Sedangkan risiko dari investasi saham adalah:

    • Tidak Menerima Deviden – Deviden merupakan bagi hasil perusahaan kepada investor. Namun bila perusahaan mengalami kerugian, maka investor tidak akan menerima dividen.
    • Suspend – Perusahaan diberhentikan baik untuk sementara maupun permanen oleh BEI dan OJK karena bermain curang seperti menaikan harga saham dengan cara yang fiktif. Hal tersebut dinilai tidak sportif dan menyalahi peraturan dalam pasar modal.
    • Delisting – Mirip dengan suspend, namun resiko perusahaan yang delisting adalah tidak lagi diperbolehkan bermain dalam pasar modal. Alias BEI tidak mau menjual saham perusahaan tersebut, karena selalu merugi dan memiliki banyak skandal negatif seputar perusahaan.
    • Perusahaan Pailit – Jika perusahaan tempat anda berinvestasi mendadak bangkrut akan berimbas pada gagal bayar. Apabila terjadi gagal bayar maka bisa dipastikan dana investasi anda akan turut melayang.
    • Fluktuasi Pasar – Harga saham sangat bergantung pada sentimen pasar. Sehingga harga saham terus berubah mengikuti situasi yang terjadi. Fakta ini bisa menjadi resiko namun dapat pula disebut sebagai peluang. Masih ingat penjelasan mengenai membeli saham saat kondisinya lemah.

Jika Anda sudah memahami perbedaan saham dan obligasi serta resiko dari obligasi. Anda juga harus memahami siapa saja yang dapat berinvestasi pada obligasi. Di pasar perdana [khusus ORI, Savings Bond Ritel, Sukuk Tabungan dan Sukuk Negara Ritel]: investor individu [orang perorangan] Warga Negara Indonesia yang disertai dengan KTP yang masih berlaku. Sedangkan di pasar sekunder:

  • Investor individu [orang perorangan] Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan KTP yang masih berlaku.
  • Perusahaan yang beroperasi di Indonesia
  • Warga Negara Asing yang memiliki KITAS kecuali Warga Negara AS.

Baca Juga : Bisnis Kuliner, Bisnis Andalan Para Pengusaha Pemula

Jika Anda tertarik untuk berinvestasi dengan Obligasi, Anda bisa transaksi Obligasi di CIMB Niaga. Anda juga dapat membelinya melalui OCTO Mobile & OCTO Clicks. Dengan membeli Obligasi, Anda akan mendapatkan keuntungan berupa, pendapatan kupon secara berkala, potensi kenaikan/apresiasi terhadap modal awal, dan terdaftar pada bank kustodian atas nama masing-masing nasabah. Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa mendatangi cabang bank CIMB Niaga terdekat atau klik di sini.

Mengapa sebagian orang suka berbuat curang dalam permainan?

Sumber gambar, Javier Hirschfeld/Getty Images

Bicara soal permainan yang adil, beberapa dari kita barangkali lebih pandai dalam membengkokkan aturan. Namun, dorongan untuk berbuat curang dalam permainan lebih mudah dipahami jika Anda mengetahui bagaimana permainan itu dirancang.

Ada area abu-abu antara menjadi sedikit tidak jujur dan secara aktif curang. Siapa sih yang tidak pernah mengintip kartu lawan saat bermain Uno, misalnya?

Bahkan jika kita tidak pernah bermaksud untuk berbuat curang, sedikit adrenalin saat berhasil mendapatkan keunggulan atas orang lain rasanya begitu nikmat.

Dalam kehidupan sehari-hari, dampak paling parah dari berbuat curang barangkali hanya perselisihan antara anggota keluarga saat liburan; namun kecurangan adalah masalah besar dalam permainan profesional.

Iklan

Banyak pelatih tim esports Counter Strike kena penalti karena mengeksploitasi bug dan pengaturan skor.

Pemain top esports bisa mendapatkan jutaan dolar, jadi setiap dugaan kecurangan diselidiki dengan teliti.

Dunia poker profesional dan bridge juga baru-baru ini diguncang oleh skandal kecurangan.

Namun, meskipun ada upaya dalam permainan profesional dan amatir untuk menghentikannya, kecurangan lebih umum daripada yang kita kira.

Anehnya, itu juga bisa menjadi hal yang baik.

Whyville, permainan pendidikan untuk anak-anak berusia delapan tahun ke atas yang dibuat pada tahun 1999, barangkali tidak tampak seperti tempat untuk menyelidiki kecurangan.

Namun ia membuktikan bahwa kecurangan dapat terjadi di mana saja, kata Mia Consalvo, penulis Cheating: Gaining Advantage in Videogames, dan profesor studi dan desain gim, serta studi komunikasi di Concordia University, di Montreal, Kanada.

Baca juga:

  • 'Ibu saya menjadi pemain video gim profesional'
  • Orang yang bermain video gim 'lebih bahagia'
  • Babi dapat bermain video gim, ilmuwan sebut 'bukan pencapaian kecil'

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Pemain menyelesaikan teka-teki sains dan matematika dengan imbalan "clam" - mata uang virtual yang digunakan di dunia Whyville.

Clam dapat ditukar untuk meng-upgrade avatar seperti mengubah bentuk wajah, gaya rambut, atau barang, sementara para pemain dapat merancang upgrade mereka sendiri untuk dijual dengan harga berapapun yang mereka inginkan di pos perdagangan.

Permainan ini mendapat pujian karena caranya yang inovatif dalam menggunakan mata uang virtual dan melibatkan audiens berusia muda, sebagian besar perempuan, dalam sains dan matematika.

"Ketika saya mendengar bahwa gim ini ditujukan untuk gadis-gadis remaja, saya bertanya kepada para pengembangnya, 'Oh, jadi Anda mungkin tidak punya masalah dengan kecurangan,'" kata Consalvo.

Dia berkata begitu karena pada saat itu sebagian besar penelitian tentang kecurangan berfokus pada pria, katanya - diperkirakan bahwa pria lebih sering berselingkuh dari perempuan.

Sumber gambar, Javier Hirschfeld/Getty Images

Keterangan gambar,

Seseorang yang unggul dalam permainan akan mendapatkan status yang mungkin layak untuk dilindungi meski harus berbuat curang.

Tetapi para pengembang Whyville melihat sesuatu yang tidak biasa - 68% pemainnya adalah perempuan berusia 8-13 tahun, namun kecurangan tetap marak.

Seperti banyak gim, ada kode cheat dan pedoman walkthrough. Tetapi sebagian pemain meretas akun satu sama lain atau membuat akun sekunder untuk menipu demi mendapatkan lebih banyak clam.

Demikian temuan Yasmin Kafai, profesor pendidikan di University of Pennsylvania, AS, dan Deborah Fields, di Utah State University, AS.

Consalvo juga menemukan jenis kecurangan lain dalam permainan itu - sesuatu yang jarang dia lihat di tempat lain.

Dengan menggunakan fungsi chat, beberapa gadis memanipulasi pasar clam dengan bersekongkol untuk menaikkan nilai barang-barang mereka.

Sekelompok gadis secara terbuka mengatakan betapa langka atau dicarinya upgrade tertentu, dan berapa banyak mereka mau membayar, untuk mengelabui pemain lain supaya rela membayar lebih untuk barang-barang mereka.

Consalvo menyebut ini semacam "arbitrase sosial", suatu bentuk manipulasi pasar.

"Itu brilian, kan?," kata Consalvo, tentang kecerdikan gadis-gadis itu.

"Anda tidak pernah bisa memprediksi siapa yang akan melakukan apa dalam permainan, akan selalu ada sesuatu yang baru dan menarik."

Mengapa mereka berbuat curang? Dalam bukunya, Consalvo menjabarkan sebuah konsep yang disebut "gaming capital".

Kepandaian dalam bermain dapat mengangkat status Anda di antara komunitas pemain. Pemain yang pandai ingin mempertahankan status mereka dan dianggap sebagai pakar.

"Ada pengetahuan yang Anda dapatkan dengan memainkan suatu gim secara mendalam... dan itu sesuatu yang dapat Anda bagikan dengan orang lain," kata Consalvo.

"Idenya adalah, Anda punya semacam modal sosial."

Namun untuk mempertahankan status ini, kadang-kadang pemain harus berbuat curang.

Anehnya, pemain yang lebih baik dapat merasa lebih butuh untuk curang daripada pemain di bawah mereka. Rasa takut kehilangan sesuatu tampaknya menjadi motivator yang lebih tinggi untuk berbuat curang daripada iming-iming keuntungannya.

Ini mungkin karena kerugian yang dirasakan pemain terasa nyata, meskipun dalam permainan.

Sakit rasanya ketika gaming capital Anda diambil orang lain, bahkan jika itu hanya berbentuk dolar Monopoli atau clam Whyville.

Sumber gambar, Javier Hirschfeld / Getty Images

Keterangan gambar,

Pemain yang sangat kompetitif mungkin lebih tergoda untuk berbuat curang.

Gagasan kecurangan untuk mempertahankan status didukung oleh bukti ilmiah dari bidang lain.

Kerry Ritchie, yang meneliti cara memperbaiki pengajaran di University of Guelph di Ontario, Kanada, mengatakan mayoritas kecurangan akademik dilakukan oleh mahasiswa berprestasi, [60% pelaku kecurangan mendapat nilai 80% atau lebih].

Meskipun kecurangan dalam pendidikan tidak sama dengan kecurangan dalam permainan, ada satu kesamaan, yaitu bahwa mereka yang berada di atas selalu merasakan tekanan untuk mempertahankan status mereka.

Tetapi ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kita untuk berbuat curang, salah satunya teman. Seperti kata pepatah, pertemanan mencuri tabiat.

Semakin banyak teman yang curang, semakin besar kemungkinan pemain untuk berbuat curang di masa depan.

Ini bisa terjadi karena dua alasan: pengaruh sosial - tindakan teman-teman membuat kita mengubah perilaku kita sendiri - atau homofili, yaitu kita mencari teman yang paling mirip dengan diri kita sendiri.

"Orang-orang akan bilang, 'Yah, orang lain juga curang, jadi saya butuh setiap keuntungan yang bisa saya dapatkan," imbuh Consalvo.

Berbuat curang sebagai kelompok juga memungkinkan sebagian pemain untuk membenarkan perilaku mereka.

Pemain lebih cenderung berperilaku tidak jujur jika mereka dapat berkata bahwa perbuatan itu juga menguntungkan orang lain.

Dalam studi tindak lanjut tentang kecurangan di gim Whyville, Kafai dan Fileds menemukan bahwa sepuluh tahun kemudian [meskipun usia rata-rata pemain telah bertambah sedikit], kecurangan masih menjadi hal yang umum dan dibahas secara terbuka oleh para pemain.

Kafai dan Fields mengatakan ini bisa menjadi hal yang positif karena mendorong para pemain muda untuk bergulat dengan penilaian moral, dan karena kecurangan umumnya merupakan kegiatan komunal, itu membutuhkan negosiasi.

Sumber gambar, Javier Hirschfeld/Getty Images

Keterangan gambar,

Sementara kecurangan di gim multipemain dapat mengecewakan lawan, berbuat curang dalam gim pemain tunggal dapat meningkatkan keterampilan.

Namun, mereka juga mengamati efek negatif dari kecurangan. Meskipun beberapa perbuatan curang tidak begitu berbahaya, tidak ada pemain yang suka ditipu.

Kafai dan Fields memberikan satu contoh seorang gadis berusia 12 tahun, Zoe, yang setelah ditipu berubah menjadi penipu untuk pertama kalinya pada hari berikutnya.

Kemudian, dua minggu kemudian, dia berhenti bermain sama sekali. Keajaiban permainan itu telah hancur.

Kafai dan Fields menjelaskan bahwa penipuan atau scamming adalah kegiatan yang diarahkan pada pemain lain dan bukan pada desain permainan.

Mereka juga berspekulasi bahwa scamming dapat dikaitkan dengan cyberbullying.

Dua ilmuwan itu mengatakan bahwa tingginya tingkat penipuan dalam permainan menunjukkan kebutuhan untuk mendidik anak-anak tentang dampak dari tindakan mereka.

Namun lain halnya dalam gim dengan pemain tunggal. Di sini kecurangan dapat membuat pemain menjadi lebih baik, tanpa mengorbankan kesenangan pemain lain.

Saat bermain sendiri, berbuat curang dapat memperbaiki suasana hati, menghilangkan stres, dan memenuhi kebutuhan psikologis.

Consalvo menjelaskan beberapa alasannya. Pertama, kadang-kadang suatu permainan kurang sempurna.

Sedikit cacat atau kesalahan kecil dapat membuat seorang pemain sulit untuk menang - dan itu tidak menyenangkan bagi siapa pun. Consalvo mengatakan ini adalah alasan kebanyakan orang berbuat curang.

Ia membandingkannya dengan membaca buku. Jika pembaca harus sepenuhnya memahami sebuah bab sebelum pindah ke yang berikutnya, sebagian orang mungkin akan kehilangan minat dan menutup buku itu.

Namun kebanyakan permainan dirancang supaya seorang pemain harus menyelesaikan satu level sebelum melanjutkan ke level berikutnya.

Tidak seperti buku, bagian-bagian yang sulit tidak dapat dihindari.

Beberapa permainan juga membosankan, kata Consalvo, dan barangkali lebih menyenangkan untuk "bermain Tuhan" dan bereksperimen dengan permainan tersebut.

Pemain dapat menunjukkan kreativitas mereka dengan menemukan cara baru untuk bermain game - menggunakan cheat untuk menetapkan batas-batas baru.

Jika yang dipertaruhkan hanyalah mata uang imajiner atau kebanggaan kita sendiri karena menyelesaikan permainan dengan adil, mungkin berbuat curang tidak begitu buruk.

Kita bisa bilang bahwa para pemain yang curang itu sebenarnya kreatif. Tetapi mari kita berharap bahwa mereka juga belajar batas antara benar dan salah.

--

Anda dapat membaca versi bahasa Inggris artikel ini di BBC Future.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề