Apakah ada hewan atau tumbuhan yang dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual sekaligus

Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah kemampuannya untuk bereproduksi. Reproduksi bertujuan untuk menurunkan sifat-sifat genetik induk sekaligus menjaga keberlangsungan spesies di kemudian hari. Dari lima kingdom, makhluk hidup memiliki bermacam-macam cara reproduksi yang dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu aseksual dan seksual. Salah satu kelompok makhluk hidup yang melakukan keduanya adalah tumbuhan. Reproduksi tumbuhan dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual.

Reproduksi aseksual merujuk kepada proses reproduksi yang tidak melibatkan fertilisasi atau perpaduan dua sel kelamin, sehingga individu yang baru terbentuk akan mewarisi sifat genetik yang identik, kecuali jika terjadi mutasi. Kebalikannya, reproduksi seksual dilakukan melalui perpaduan gamet dari kedua induk yang disebut dengan fertilisasi. Individu yang baru akan memiliki sifat perpaduan dari kedua induknya.

Tumbuhan dapat melakukan reproduksi aseksual secara alami maupun buatan. Secara alami, reproduksi aseksual atau vegetatif terjadi pada batang dan daun. Pada batang, reproduksi vegetatif dapat berlangsung melalui umbi batang, rimpang, umbi lapis, umbi palsu [stolon], dan tunas batang.

Reproduksi Aseksual Alami pada Tumbuhan

Umbi batang merupakan modifikasi dari batang yang membengkak. Zat makanan tersimpan di sini. Umbi batang memiliki lekukan dan mata. Tiap mata bisa memiliki satu atau lebih tunas. Tanaman baru dapat berkembang dari tunas tersebut. Salah satu contoh umbi batang adalah kentang.

Rimpang atau rhizoma memiliki ruas dan buku pada tubuhnya. Buku adalah tempat tumbuh tunas. Tanaman rimpang bereproduksi dengan menghasilkan tunas. Tanaman rimpang memiliki batang yang berada di dalam tanah. Beberapa contoh rhizoma adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak.

[Baca juga: Mengenal 5 Jenis Jaringan pada Tumbuhan Beserta Fungsinya]

Tanaman yang memiliki batang yang menjalar di atas tanah disebut dengan stolon atau geragih, contohnya adalah stroberi. Tunas dapat tumbuh dari buku batang. Tunas yang tumbuh terpisah dapat menjadi individu baru.

Pada umbi lapis, bagian umbi pada tumbuhan memiliki banyak lapisan, contohnya pada bawang merah. Umbi lapis berkembang dari daun yang menebal, lunak, dan berdaging. Pada umbi lapis juga terdapat cakram dan kuncup. Kuncup yang tumbuh dapat membentuk umbi lapis yang kecil-kecil dan berkelompok di sekitar umbi induk yang disebut dengan siung. Jika siung dipisahkan dari induknya, akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.

Terakhir, tumbuhan dapat melakukan reproduksi aseksual dengan menghasilkan tunas batang. Batang yang tumbuh di bawah tanah akan memiliki buku dan ruas. Buku yang dipisahkan nantinya dapat membentuk tanaman baru, contohnya pada tanaman krisan dan mint.

Selain pada batang, reproduksi aseksual tumbuhan juga dapat berlangsung dari daun, contohnya pada tanaman cocor bebek. Daun-daunnya terdiri dari lekukan di bagian tepi dan tunas dapat muncul dari lekukan tersebut. Jika bertemu dengan tanah lembab, tunas tersebut bisa tumbuh menjadi tanaman baru.

Reproduksi Aseksual Buatan pada Tumbuhan

Sementara itu, reproduksi aseksual buatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti merunduk, cangkok, menyambung, okulasi, dan stek.

Merunduk atau rundukan dilakukan dengan mengubur cabang atau batang tanaman yang lebih rendah di bawah tanah. Setelah beberapa hari, akar akan berkembang dari bagian yang terkubur tersebut. Kemudian, bagian ini dapat dipotong dari tanaman induk untuk tumbuh menjadi tanaman yang independen. Beberapa jenis tanaman yang dapat dikembangbiakkan dengan cara rundukan adalah melati, stroberi, dan bugenvil.

Selanjutnya, reproduksi aseksual tumbuhan bisa dilakukan dengan cangkok. Untuk melakukan cangkok, pertama adalah dengan mengelupas kulit tanaman berkayu. Setelah itu, bagian tersebut dibungkus dengan tanah, kemudian dirapatkan dengan sabut kelapa atau plastik hingga tumbuh akar. Setelah itu, tangkai dapat dipotong dan ditanam. Cangkok dapat dilakukan pada tanaman berkayu, seperti mangga dan rambutan.

Okulasi merupakan proses reproduksi aseksual yang dilakukan dengan menempelkan mata tunas dengan batang tanaman lain yang sejenis. Okulasi biasanya dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul.

Selanjutnya adalah reproduksi aseksual dengan stek. Stek dilakukan dengan memotong atau memisahkan bagian tanaman dari induknya untuk ditanam kembali dan menghasilkan individu baru. Berdasarkan bagian tanamannya, stek dapat dilakukan dengan cara stek batang [pada ketela pohon, bunga mawar], stek daun [pada cocor bebek], dan stek akar [pada tanaman sukun].

Reproduksi aseksual buatan terakhir adalah enten atau menyambung. Reproduksi ini dilakukan dengan cara menyambungkan budidaya tanaman ke tanaman lain. Bagian tanaman yang lebih rendah dan memiliki akar disebut stok, sementara bagian atas batang tanaman yang disambung disebut dengan entres. Entres dan stok yang dipotong secara diagonal akan digabungkan dengan erat menggunakan lilin. Beberapa hari setelahnya, tanaman gabungan tersebut akan tumbuh.

Reproduksi hewan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Perkembangbiakan aseksual umumnya terjadi pada hewan tingkat rendah atau tidak bertulang bekakang [avertebrata] dan sebagian kecil vertebrata. Perkembangbiakan seksual terjadi pada hampir seluruh tingkatan hewan.[1] Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan [fertilisasi].

Perkembangbiakan seksual dapat terjadi karena hewan memiliki gamet atau sel reproduktif yang mengalami meiosis dan menghasilkan sel dengan setengah jumlah kromosom, yaitu spermatozoa pada jantan dan ovum pada betina.[2] Kedua sel tersebut dapat menyatu membentuk zigot untuk membentk individu baru.[3]

Zigot pada awalnya berkembang menjadi sel berbentuk bola dengan ruang kosong di dalamnya, yang disebut dengan blastula.[4] Blastula pada sebagian besar hewan mengalami differensiasi membentuk berbagai jenis sel.[5] Namun pada hewan spons, blastula mampu berenang untuk mencari tempat yang baik untuk tumbuh dan berdiferensiasi menjadi terumbu karang yang baru.[6]

Blastula lalu berkembang menjadi gastrula dengan ruang yang akan menjadi saluran pencernaan, dan lapisan ektoderma dan endoderma.[7] Pada hewan tingkat tinggi, mesoderma terbentuk di antara keduanya.[8] Lapisan-lapisan ini lalu berdiferensiasi membentuk jaringan dan organ tubuh.[9]

Serangga

 

Sepasang lalat Simosyrphus grandicornis bersetubuh sambil terbang di udara.

Sebagian besar serangga menetas dari telur. Pembuahan dan perkembangan janin terjadi di dalam telur yang tertutup cangkang. Kecuali telur arthropoda dan Schizophora, semua telur serangga tahan kekeringan, karena cangkang telur serangga memiliki lapisan serosa yang mensekresikan cuticle, senyawa yang kaya protein kitin untuk melindungi embrio dari kekeringan. Serangga yang tidak tahan kekeringan akan meletakkan telurnya di air atau tempat yang lembap.[10] Kecoa Blaptica dubia, aphid, dan lalat tsetse adalah ovovivipar; membentuk telur namun telurnya berkembang di dalam tubuh betina.[11] Spesies kecoa dari genus Diploptera bersifat vivipar, tidak membentuk telur dan berkembang di dalam tubuh betina.[12]:129, 131, 134–135 Beberapa serangga bersifat poliembryonik, di mana satu telur yang dibuahi dapat membelah menjadi banyak embryo.[12]:136–137

Variasi reproduktif terjadi seperti haplodiploid, polimorfisme, paedomorfisme, dimorfisme seksual, dan hermafroditisme.[12]:143 Pada serangga haplodiploid, jenis kelamin serangga ditentukan oleh jumlah kromosomnya.[13] Polimorfisme adalah kondisi di mana satu spesies dapat memiliki banyak bentuk dan penampilan. Dimorfisme seksual adalah kondisi di mana jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas dari penampilan luarnya.

Serangga yang mampu melakukan partenogenesis yaitu aphid, yang terjadi secara siklus di mana satu generasi bersifat partenogenesis namun generasi berikutnya tidak, dan seterusnya, atau partenogenesis terjadi setiap lebih dari satu generasi non-partenogenesis.[14][15]

Ikan

Sebagian besar ikan bertelur setelah dibuahi oleh ikan jantan.[16] Sebagian ikan menelurkan beberapa sekaligus di satu lokasi, biasanya yang berbatu atau yang penuh dengan tumbuhan air, sementara yang lainnya menelurkan satu telur dan telur lainnya di tempat yang terpisah-pisah. Telur dapat bersifat tenggelam, menempel di substrat, atau mengambang sehingga mengikuti arus air.

Beberapa jenis ikan melakukan fertilisasi internal, yang lalu mengeluarkan telur atau melahirkan [vivipar maupun ovovivipar]. Ikan guppy dan Poecilia diketahui merupakan ikan yang melahirkan. Pada ikan ovovivipar, telur disimpan di dalam tubuh betina hingga menetas. Pada kuda laut, telur disimpan di dalam tubuh jantan hingga telur menetas.[17] Beberapa jenis ikan bersifat hermafrodit di mana satu ikan dapat memiliki dua jenis kelamin dan mampu memproduksi telur dan sperma. Ikan yang bersifat hermafrodit dapat memiliki dua jenis kelamin secara bersamaan atau jenis kelaminnya berganti seiring dengan perkembangan. Hermafrodit yang melakukan pembuahan sendiri juga dapat tejadi pada beberapa spesies.[18] Ikan Poecilia formosa adalah ikan uniseks yang berkembang biak secara partenogenesis di mana telur berkembang langsung menjadi embryo tanpa dibuahi. Ikan ini bersetubuh dengan ikan dari spesies lain, tetapi sperma yang masuk tidak membuahi telur melainkan untuk menstimulasi pertumbuhan telur yang lalu berkembang menjadi embryo.[19]

Mamalia

Terdapat tiga jenis mamalia, yaitu monotremata, marsupial, dan plasental, dan semuanya terjadi melalui fertilisasi internal. Monotremata adalah mamalia yang bertelur. Mamalia marsupial melahirkan bayi yang belum berkembang baik; perkembangan utamanya terjadi di luar rahim. Pada mamalia plasental, bayi yang lahir merupakan individu dengan organ tubuh yang lengkap dan berfungsi kecuali organ seksual.

Mamalia betina hanya mengalami masa kesuburan pada periode tertentu saja yang terjadi dalam siklus. Sepanjang hidupnya, jarang sekali ada mamalia yang setia pada satu pasangan; hampir semuanya akan berganti-ganti pasangan.[20][21][22]

Beberapa jenis hewan juga mampu melakukan reproduksi aseksual[23] yang dapat terjadi secara parthenogenesis di mana telur dapat dibuahi tanpa melalui persetubuhan.[24] Hiu martil dan hiu Carcharhinus limbatus diketahui mampu melakukan partenogenesis.[25][26] Pada reptil, Boa constrictor mampu melakukan partenogenesis.[27]

Hewan dari filum Rotifera kelas Bdelloidea hanya memiliki satu kelamin sehingga semua perkembangbiakan terjadi secara aseksual. Keistimewaan dari bentuk reproduksi ini memungkinkan mereka mampu membentuk protein jenis baru yang membuat mereka bertahan dari dehidrasi.[28]

Penelitian genetika terhadap serangga dari genus Timema memperkirakan bahwa mereka pernah menjalankan partenogenesis eksklusif tanpa perkembangbiakan seksual selama satu juta tahun.[29]

  • Reproduksi
  • Reproduksi vegetatif

  1. ^ Knobil, Ernst [1998]. Encyclopedia of reproduction, Volume 1. Academic Press. hlm. 315. ISBN 978-0-12-227020-8. 
  2. ^ Schwartz, Jill [2010]. Master the GED 2011 [w/CD]. Peterson's. hlm. 371. ISBN 978-0-7689-2885-3. 
  3. ^ Hamilton, Matthew B. [2009]. Population genetics. Wiley-Blackwell. hlm. 55. ISBN 978-1-4051-3277-0. 
  4. ^ Tmh [2006]. Study Package For Medical College Entrance Examinations. Tata McGraw-Hill. hlm. 6.22. ISBN 978-0-07-061637-0. 
  5. ^ Hamilton, William James; Boyd, James Dixon; Mossman, Harland Winfield [1945]. Human embryology: [prenatal development of form and function]. Williams & Wilkins. hlm. 330. 
  6. ^ Ville, Claude Alvin; Walker, Warren Franklin; Barnes, Robert D. [1984]. General zoology. Saunders College Pub. hlm. 467. ISBN 978-0-03-062451-3. 
  7. ^ Philips, Joy B. [1975]. Development of vertebrate anatomy. Mosby. hlm. 176. ISBN 978-0-8016-3927-2. 
  8. ^ The Encyclopedia Americana: a library of universal knowledge, Volume 10. Encyclopedia Americana Corp. 1918. hlm. 281. 
  9. ^ Romoser, William S.; Stoffolano, J. G. [1998]. The science of entomology. WCB McGraw-Hill. hlm. 156. ISBN 978-0-697-22848-2. 
  10. ^ Jacobs, C.G.; Rezende, G.L.; Lamers, G.E.; van der Zee, M. [2013]. "The extraembryonic serosa protects the insect egg against desiccation". Proceedings of the Royal Society - Biological series. 280 [1764]. Diakses tanggal 5 January 2014. 
  11. ^ "Insect physiology" McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology. 2007
  12. ^ a b c Gullan, P.J. [2005]. The Insects: An Outline of Entomology [edisi ke-3]. Oxford: Blackwell Publishing. ISBN 1-4051-1113-5.  Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan [|author= yang disarankan] [bantuan]
  13. ^ William O. H. Hughes, Benjamin P. Oldroyd, Madeleine Beekman, Francis L. W. Ratnieks [2008-05-30]. "Ancestral Monogamy Shows Kin Selection Is Key to the Evolution of Eusociality". Science. American Association for the Advancement of Science. 320 [5880]: 1213–1216. Bibcode:2008Sci...320.1213H. doi:10.1126/science.1156108. PMID 18511689. Diakses tanggal 2008-08-04. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list [link]
  14. ^ Effect of nitrogen fertilization on Aphis gossypii [Homoptera: Aphididae]: variation in size, color, and reproduction, E. Nevo and M. Coll, J. Econ. Entomol. 94: 27–32, 2001.
  15. ^ Effect of nitrogen fertilizer on the intrinsic rate of increase of the rusty plum aphid, Hysteroneura setariae [Thomas] [Homoptera: Aphididae] on rice [Oryza sativa L.] Diarsipkan 2010-09-09 di UK Government Web Archive, G. C. Jahn, L. P. Almazan, and J. Pacia, Environmental Entomology 34 [4]: 938–943, 2005.
  16. ^ "BONY FISHES - Reproduction". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-03. Diakses tanggal 2014-03-03. 
  17. ^ M. Cavendish [2001]. Endangered Wildlife and Plants of the World. Marshall Cavendish. hlm. 1252. ISBN 978-0-7614-7194-3. Diakses tanggal 2013-11-03. 
  18. ^ E.F. Orlando, Y. Katsu, S. Miyagawa, T. Iguchi [2006]. "Cloning and differential expression of estrogen receptor and aromatase genes in the self-fertilizing hermaphrodite and male mangrove rivulus, Kryptolebias marmoratus". Journal of Molecular Endocrinology. 37 [2]: 353–365. doi:10.1677/jme.1.02101. PMID 17032750. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list [link]
  19. ^ I. Schlupp, J. Parzefall, J. T. Epplen, M. Schartl [2006]. "Limia vittata as host species for the Amazon molly: no evidence for sexual reproduction". Journal of Fish Biology. 48 [4]: 792–795. doi:10.1111/j.1095-8649.1996.tb01472.x. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list [link]
  20. ^ Reichard, U.H. [2002]. "Monogamy—A variable relationship" [PDF]. Max Planck Research. 3: 62–7. Diarsipkan dari versi asli [PDF] tanggal 2013-11-27. Diakses tanggal 24 April 2013. 
  21. ^ Lipton, Judith Eve; Barash, David P. [2001]. The Myth of Monogamy: Fidelity and Infidelity in Animals and People. San Francisco: W.H. Freeman and Company. ISBN 0-7167-4004-4. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list [link]
  22. ^ Research conducted by Patricia Adair Gowaty. Reported by Morell, V. [1998]. "Evolution of sex: A new look at monogamy". Science. 281 [5385]: 1982–1983. doi:10.1126/science.281.5385.1982. PMID 9767050. 
  23. ^ Adiyodi, K. G.; Hughes, Roger N.; Adiyodi, Rita G. [2002]. Reproductive Biology of Invertebrates, Progress in Asexual Reproduction, Volume 11. Wiley. hlm. 116. 
  24. ^ Kaplan [2008]. GRE exam subject test. Kaplan Publishing. hlm. 233. ISBN 978-1-4195-5218-2. 
  25. ^ Savage, Juliet Eilperin [23 May 2007]. "Female Sharks Can Reproduce Alone, Researchers Find". Washington Post. Diakses tanggal 2008-04-27. 
  26. ^ Chapman, D. D.; Firchau, B.; Shivji, M. S. [11 October 2008]. "'Virgin Birth' By Shark Confirmed: Second Case Ever". Journal of Fish Biology. Sciencedaily.com. 73 [6]: 1473. doi:10.1111/j.1095-8649.2008.02018.x. Diakses tanggal 2010-08-13. 
  27. ^ "'Boa constrictor produces fatherless babies'". CBC News - Technology&Science. 3 November 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-28. Diakses tanggal 2011-05-25. 
  28. ^ Pouchkina-Stantcheva, N. N .; McGee, B. M.; Boschetti, C.; Tolleter, D.; Chakrabortee, S.; Popova, A. V.; Meersman, F.; MacHerel, D.; Hincha, D. K. [2007]. "Functional Divergence of Former Alleles in an Ancient Asexual Invertebrate". Science. 318 [5848]: 268–71. doi:10.1126/science.1144363. PMID 17932297. 
  29. ^ Davies, Ella. "Sticks insects survive one million years without sex". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-19. Diakses tanggal 19 July 2011. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reproduksi_hewan&oldid=19633409"

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề