Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo di Sulawesi Selatan berikut ini sangat yang wajib diketahui. Perlu diketahui, Kerajaan Gowa Tallo atau kadang juga disebut " Kerajaan Goa " adalah salah satu kerajaan besar yang pernah berjaya di Sulawesi Selatan. Pada awalnya, kerajaan ini terdiri dari beberapa kerajaan kecil yang terus menerus bertikai. Kemudian, kerajaan-kerajaan kecil tersebut bersatu menjadi Kerajaan Gowa Tallo pada awal abad ke-16 masehi.
Selama berdiri, Kerajaan Gowa Tallo sudah meninggalkan beberapa tempat dan benda bersejarah yang menarik untuk diketahui. Lantas, apa saja peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang wajib diketahui tersebut? Berikut ulasannya.
Benteng Fort Rotterdam |
Awalnya, Benteng Fort Rotterdam ini bernama " Benteng Ujung Pandang ". Namun, setelah bangsa Belanda berhasil menjajah daerah Sulawesi Selatan, Nama " Benteng Ujung Pandang " diganti menjadi " Benteng Fort Rotterdam ".
Penduduk lokal sering juga menyebut " Benteng Fort Rotterdam " ini dengan sebutan " Benteng Panyyua " atau " Benteng Penyu ". Pasalnya, benteng ini mempunyai bentuk mirip seperti penyu jika dilihat dari atas.
BACA JUGA: 6+ Makanan Khas Jeneponto [Sulsel] Yang Bisa Membuatmu Ketagihan!!
Masjid Katangka |
Penamaan " Masjid Katangka " yang secara administratif berada di Desa Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa ini berasal dari bahan dasar pembuatan masjid tersebut yaitu kayu Katangka.
Walaupun masjid yang berada di sebelah utara Komplek Makam Sultan Hasanuddin ini memiliki tampilan yang sederhana, namun masjid ini dipercayai sebagai salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan. Sesuai dengan namanya, Batu Pallantikang atau Batu Pelantikan adalah sebuah batu andesit yang digunakan sebagai tempat pengambilan sumpah oleh raja baru di Kerajaan Gowa Tallo pada masa itu. Hal ini dikarenakan, Batu Pallantikang atau Batu Pelantikan dipercaya mempunyai tuah, karena batu ini diyakini sebagai batu yang berasal dari khyangan. Sampai sekarang, batu ini masih berada di tempat aslinya.Kompleks Pemakaman Katangka |
Benteng Somba Opu |
Asal Pengunjung : Univ. Bosowa Makassar
Jumlah : 70 orang
Objek Kunjungan : Benteng Ujung pandang [Fort Rotterdam]
Pemandu : Jamaluddin
Senin, 23 Januari 2017 Sebanyak 70 mahasiswa dan dosen dari universitas Bosowa Makassar, mengunjungi Fort Rotterdam makassar, kunjungan lapangan ini berkaitan dengan materi mata kuliah pendidikan Panca sila di Benteng Ujung Pandang, Fort Rotterdam. Ditempat ini mahasiswa mendapat gambaran tentang nilai-nilai perjuangan yang dialami para pahlawan dalam upaya memerdekakan bangsa indonesia dari cengkraman penjajahan Belanda dan Jepang.
Benteng Ujung pandang yang juga dikenal dengan nama Fort Rotterdam adalah bangunan tua berdiri sejak tahun 1545 pada masa pemerintahan raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa”risi” Kallonna raja gowa IX, Benteng ini merupakan salah satu benteng pengawal dari 14 benteng yang dimiliki untuk melindungi Somba opu sebagai benteng induk Kerajaan Gowa yang berjejer sepanjang pantai Makassar dari Tallo diutara sampai Sanrobone diselatan. Kini benteng-benteng itu semua tinggal namanya setelah dihancurkan oleh VOC sebagai relisasi perjanjian Bungaya 18 Nopember 1667. Benteng Ujung Pandang yang masuk pada poin sebelas perjanjian itu harus diserahkan kepada Belanda dan hanya Benteng Somba opu yang besar tinggal untuk Raja Gowa XVI Sultan Hasanuddin, namun benteng Somba opu yang megah dan besar akhirnya juga dihancurkan pada tahun 1669.
Kini Benteng ujung pandang yang lebih dikenal dengan nama Fort Rotterdam merupakan Icon makassar yang paling ramai dikunjungi sebagai obyek wisata dan penelitian sejarah kebudayaan, pada kunjungan ini mahasiswa sangat serius mendengar dan menyimak penjelasan yang disampaikan pemandu di ruang informasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sul-Sel. Selain mendapatkan informasi sejarah Benteng Rotterdam Pemandu juga mengajak mengunjungi ruang tahanan Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro yang pernah ditahan di benteng selama kurang lebih 22 tahun setelah selesai dipindahkan dari Menado.Kunjungan ini semoga memberi nilai positif dan menambah wawasan kebangsaan dan rasa nasionalisme mahasiswa agar tetap bangga sebagai bangsa indonesia yang majemuk berbeda-beda tetapi tetap satu[Bhineka tunggal ika], menjaga persatuan dan keutuhan negeri yang kita cintai.
penulis : Jamaluddin
SELAIN Rammang-Rammang yang terletak di luar kota, Makassar punya banyak destinasi wisata di dalam kotanya. Misalnya Pantai Losari yang sudah terkenal. Bagi yang suka sejarah, bisa mengunjungi benteng-benteng peninggalan Kerajaan Gowa.
Benteng-benteng itu juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota berjuluk Angin Mamiri ini. Menyusuri benteng-benteng itu seperti menelusuri jejak kejayaan Kerajaan Gowa.
Lihat juga: Benteng Peninggalan Kolonial Belanda
Fort Rotterdam merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang berkuasa pada abad ke-9.
Benteng ini juga dikenal dengan nama Benteng Ujung Pandang. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar. Benteng ini menjadi saksi perlawanan rakyat Makassar melawan Belanda.
Benteng ini masih terawat sangat baik. Di kompleks benteng yang luas terdapat Museum La Galigo. Museum ini menyimpan banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Kerajaan Gowa-Tallo dan daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan.
Salah satu bagian di benteng ini juga menjadi ruang tahanan bagi Pangeran Diponegoro hingga akhir hayatnya. Jika Anda senang seni, di salah satu bagian benteng ini ada juga pelukis tanah liat, Zainal Beta. Dia mengaku sebagai satu-satunya pelukis tanah liat di Makassar.
Baca juga: Benteng 3.000 Tahun Ditemukan Benteng ini bisa dicapai dari pusat Kota Makassar tidak sampai sejam. Sayangnya benteng ini tinggal reruntuhan. Pemerintah kolonial Belanda menghancurkan benteng yang dibangun oleh Sultan Gowa IX yang bernama Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna ini. Naturalis Inggris William Wallace menyebut benteng ini merupakan benteng terkuat yang di Makassar. Konon, benteng ini dibuat dari batu-batu karst yang ada di Maros.
Di dalam benteng terdapat beberapa rumah adat suku-suku di Sulawesi Selatan.
Misalnya rumah adat Makassar, Bugis, dan Toraja. Namun baik benteng maupun rumah-rumah miniatur suku Sulawesi Selatan ini tampak tidak terurus. Banyak bagian rumah yang telah rusak dan roboh.
Baca juga: Masjid Tua Al Hilal Katangka Perlambang Kejayaan Islam di Gowa Makam ini terletak di Kompleks Permakaman Raja-Raja Gowa di Jalan Palantika, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Lokasinya sekitar setengah jam perjalanan dari Benteng Somba Opu. Di kompleks makam ini dimakamkan raja-raja Gowa termasuk Sultan Hasanudin, Raja Gowa ke-16. Keberanian melawan penjajah Belanda membuatnya dijuluki 'Ayam Jantan dari Timur'. Kompleks makam ini juga ditandai patung pahlawan tersebut.
Di sekitar makam juga terdapat sebuah masjid kuno yaitu Masjid Katangka yang dibangun pada 1630. Makam-makam keluarga kerajaan juga terdapat di areal kompleks masjid.[M-1]