Bagaimana cara menemukan pesan moral dalam cerita?

Setiap cerita naratif mengandung pesan moral. Pesan moral tersebut tersirat dari dalam cerita yang disampaikan oleh penulis.

Untuk mengetahui pesan moral sebuah cerita, kita harus membacanya berulang-ulang. Dengan membaca berulang-ulang, kita menjadi tahu jalan cerita dan karakter tokoh-tokoh di dalamnya.

Setelah selesai membaca dari depan sampai belakang, waktunya kita menarik kesimpulan. Dari kesimpulan ini, kita akan tahu pesan moral dari cerita.

Pesan moral dari sebuah cerita biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  • Pesan moral selalu baik. Penulis selalu menawarkan hal baik untuk dicontoh oleh pembaca.
  • Bisa dilihat pada akhir cerita. 
  • Bisa dilihat dari sifat tokoh utama.

Bagaimana cara mudah mengetahui pesan moral sebuah cerita baik itu cerita naratif maupun fabel? Ini merupakan pertanyaan yang sering diterima sekolahoke.com.

Menemukan pesan moral sebuah cerita tidak begitu sulit. Caranya sederhana dan bisa dipraktekkan dengan cepat.

Pertama, pesan moral ada di bagian akhir cerita pendek.

Untuk cerita pendek utamanya fabel, pesan moral biasanya disebutkan pada akhir cerita. Tentu saja dikarenakan cerita ini mempunyai sasaran pembaca yang masih dalam taraf belajar membaca cerita.

Kedua, pesan moral bisa ditemukan pada permasalahan dan pemecahannya dalam sepanjang cerita.

Pesan moral bisa ditemukan pada permasalahan yang dihadapi oleh tokoh cerita. Cara menemukannya adalah dengan mengidentifikasi masalah dalam cerita. Selanjutnya lihatlah bagaimana masalah tersebut diselesaikan. Maka, akan terbaca pesan moral tersebut.

Ketiga, pesan moral diketahui dari karakter tokoh.

Pesan moral bisa ditemukan dari karakter tokoh dalam cerita. Untuk mengetahui karakter tokoh harus dilihat bagaimana ia bersikap terhadap masalah, bagaimana ia berkata, dan bagaimana ia bergaul. Maka dengan begitu pesan moral tersirat akan ditemukan.

Perhatikan cerita pendek berikut ini. Bagaimana pesan moral yang kamu dapat?

“Wahai semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.
Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam. “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.
“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut.
Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan.

Kita bisa simpulkan dari sikap tokoh utama yakni Ulu kepada semut. Terlihat Ulu suka menghina dan Ulu menjadi kesal karenanya. 

Kesimpulannya bagaimana?

Pesan moralnya adalah setiap makhluk Tuhan tidak sama. Mereka mempunyai keistimewaan masing-masing. Jadi tidak perlu menghina dan menganggap diri tinggi.

Demikian cara mudah mengetahui pesan moral cerita naratif dan fabel. Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh: Yosua S. Yudo

Hal utama yang harus diingat ketika menulis karya fiksi adalah mengapa orang ingin membaca karya kita? Orang yang membaca karya fiksi tentu saja sedang mencari hiburan. Bayangkan betapa kecewanya Anda ketika sedang mencari hiburan lewat membaca cerpen, tetapi yang Anda temui justru sebuah "catatan khotbah", lengkap dengan ayat-ayat dari Kitab Suci. Hal itu bukan hanya menggelikan, tetapi juga membuat nilai-nilai yang baik itu seolah menjadi hambar dan klise.

Menyajikan hiburan bukan berarti tidak bisa memberikan nasihat atau pesan moral kepada pembacanya. Di bawah ini, saya akan menunjukkan tiga cara yang dipakai oleh Bapak Literatur Fantasi dunia, J.R.R. Tolkien, untuk membawa pembacanya mempelajari nilai-nilai moral sekaligus menikmati karyanya.

1. Menggunakan tokoh dalam cerita.

Pesan moral disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam cerita, sehingga setiap tokoh menggambarkan nilai-nilai tertentu. Perhatikan bagaimana J.R.R. Tolkien mengungkapkan nilai moral melalui karakter Sam Gamgee menjelang akhir kisah "Kembalinya sang Raja" dalam trilogi "The Lord Of The Rings":

Tangan Sam gamang. Pikirannya panas penuh kemarahan dan ingatan pada kejahatan. Sangat adil bila membunuh makhluk pengkhianat dan pembunuh ini, adil dan patut; dan kelihatannya inilah tindakan paling aman. Tapi jauh di lubuk hatinya ada sesuatu yang menahannya: ia tidak bisa memukul makhluk yang berbaring dalam debu itu, makhluk yang sedih, hancur, dan sangat sial. Sam sendiri ... sudah pernah membawa Cincin ... ia bisa menduga penderitaan pikiran dan tubuh Gollum yang sudah mengerut, diperbudak oleh Cincin, tak pernah lagi bisa mendapatkan kedamaian atau ketenangan dalam hidupnya. Tapi Sam tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya.

"Ah, terkutuklah kau makhluk busuk! ... Pergi! Enyah! ... Kalau tidak, aku akan menyakitimu ... ["The Hobbit", hlm. 266]

Tolkien tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa Sam memiliki belas kasihan terhadap Gollum, makhluk yang sudah mengkhianati dan mencelakai dirinya dan tuannya, Frodo. Tolkien hanya mengungkapkan apa yang dirasakan, dilihat oleh Sam, dan apa yang dilakukannya, lalu membebaskan pembaca untuk mengambil kesimpulan sendiri mengenai apa yang mereka baca.

2. Menggunakan dialog antartokoh.

Bacalah dialog antara Bilbo Baggins dan Thorin Oakenshield yang tengah sekarat di bawah ini, carilah pesan moral yang terkandung di dalamnya.

[Thorin berkata] "Selamat berpisah pencuri yang baik, katanya. "Aku akan pergi ke aula penantian, duduk di sisi para leluhurku, menunggu sampai dunia diperbarui. Karena aku akan pergi tanpa membawa emas atau perakku, ke tempat di mana harta benda itu tak lagi berarti, maka aku ingin berpisah denganmu sebagai sahabat ...."

Dengan sangat sedih Bilbo berlutut satu kaki. "Selamat berpisah, Raja di Bawah Gunung!" katanya. "Petualangan kita sangat hebat, walau harus berakhir begini. Dan segunung emas masih belum memadai untuk pelipur lara karena perpisahan ini. Tapi aku gembira karena telah mengatasi bahaya bersamamu. Ini merupakan kehormatan besar yang belum pernah dialami oleh keluarga Baggins."

"Tidak!" kata Thorin. "Masih banyak kebaikan dalam dirimu yang tidak kau sadari, O anak yang baik dari Barat. Kau memiliki keberanian dan kebijaksanaan. Kalau saja kami semua lebih menghargai makanan dan nyanyian lebih daripada harta dan emas, dunia ini pasti akan lebih menyenangkan. Tapi menyenangkan atau menyedihkan, aku harus meninggalkannya sekarang. Selamat tinggal!" ["The Lord of the Rings: Kembalinya Sang Raja", hlm. 331]

Nilai moral apa yang dapat Anda tangkap dari percakapan di antara kedua tokoh itu? Tentang persahabatan? Tentang apa yang lebih berharga daripada harta? Apa pun itu, Tolkien membebaskan pembacanya untuk menarik pesan moral itu sendiri.

3. Menggunakan jalinan cerita.

Cara lain untuk menyampaikan pesan moral adalah melalui jalan cerita itu sendiri. Penulis hanya bercerita, jalan cerita itu sendirilah yang akan "berbicara" kepada pembacanya. Bacalah kisah Frodo Baggins dan sahabat-sahabatnya dalam trilogi "The Lord of the Rings", maka Anda akan menemukan nilai-nilai persahabatan di salah satu bagiannya, nilai moral tentang kesetiaan di bagian yang lain, serta nilai tentang keberanian dan kegigihan dalam keseluruhan kisahnya.

Hal yang sama juga bisa Anda tiru. Selipkan pesan moral di berbagai peristiwa yang membangun kisah yang Anda tulis, atau malah jangan berusaha menyelipkannya; bercerita saja sambil dituntun oleh nilai-nilai moral yang Anda percayai, biarkan cerita itu yang memunculkan kesimpulan-kesimpulan dalam diri pembaca Anda.

Itulah 3 dari sekian banyak cara yang digunakan oleh Tolkien untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada pembacanya. Gampang-gampang sulit, tetapi bukan berarti tidak dapat dipelajari. Satu hal yang harus diingat, jangan pernah menuliskan pesan moral secara eksplisit. Itu sama saja seperti mengguyur pembaca Anda dengan air es saat mereka membutuhkan selimut, akan sangat menyebalkan. Sebaliknya, tangkaplah perhatian pembaca Anda dengan kisah yang menarik, plot yang cerdas, dan tokoh-tokoh yang hidup, nilai moral yang ingin Anda sampaikan akan berbicara dengan sendirinya kepada mereka. Selamat berkarya!

Sumber bacaan:

1. Tolkien, J.R.R. 2005. "The Hobbit". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 331.

2. Tolkien, J.R.R. 2005. "The Lord of the Rings: Kembalinya Sang Raja". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 266.

Bagaimanakah Cara Menentukan pesan moral dalam cerita?

Jadi, cara menentukan amanat/pesan moral dalam sebuah cerita adalah kita harus membaca terlebih dahulu semua isi cerita tersebut. Kemudian kita mengambil suatu hikmah tertentu/pandangan hidup pengarang yang dapat berupa penerapan sikap dan tingkah laku para tokoh yang terdapat dalam cerita.

Bagaimana cara agar kita dapat menemukan pesan moral dalam fabel?

Dalam cerita fabel biasanya membawa pesan-pesan moral bagi manusia. Pesan-pesan moral tersebut, antara lain tanggung jawab, kejujuran, disiplin, amanah, dan lain sebagainya.

Apa pesan moral dari dalam cerita?

Amanat adalh sebuah pesan moral dalam sebuah cerita atau karya lainnya yang ingin disampaikan oleh pengarang cerita kepada pada pembacanya. Untuk itu, amanat sering juga disebut dengan pesan dari pengarang untuk membaca.

Bài mới nhất

Chủ Đề