Bagaimana saran IJ Kasimo untuk mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia

Jawaban: Karena Indonesia tidak mampu mengejar pertumbuhan kebutuhan pasar yang ada.

Jelaskan langkah swasembada pangan yang dilakukan berdasarkan rencana Kasimo atau Kasimo Plan?

Rencana Kasimo ini adalah sebagai berikut:

  • Menanami tanah kosong [tidak terurus] di Sumatera Timur seluas 281.277 HA.
  • Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul.
  • Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
  • Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit.
  • Apakah tujuan Kasimo Plan?

    Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan menigkatkan produksi bahan pangan.

    Apa yang anda ketahui tentang Kasimo Plan?

    KOMPAS.com – Kasimo Plan atau Rencana Kasimo adalah suatu upaya untuk menyelesaikan masalah pangan yang digagas oleh Ignatius Joseph Kasimo H pada 1948. Kasimo saat itu sedang menjabat sebagai Menteri Persediaan Makanan Rakyat.

    Apa saja yang dilakukan oleh IJ Kasimo pada program Kasimo Plan?

    Apabila dirincikan, isi dari Kasimo Plan adalah;

  • Memperbanyak kebun bibit dan padi unggul;
  • Pencegahan penyembelihan hewan pertanian;
  • Penanaman kembali tanah kosong;
  • Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-15 tahun.
  • Bagaimana saran IJ Kasimo untuk mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia?

    Saran tersebut terdiri atas lima poin, yaitu: Melakukan pendirian kebun-kebun bibit di setiap desa. Melakukan pelarangan untuk menyembelih berbagai hewan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi pangan. Melakukan penanaman bibit unggul di Jawa sebagai upaya intensifikasi.

    Pembelajaran 5 Subtema 3 Buku Tematik Tema 2 Kelas 6 SD/MI

    TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban Tema 2 Kelas 6 SD Halaman 132 135 136 Buku Siswa Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018.

    Judul yang diusung Buku Tematik Kelas 6 SD/MI Tema 2 adalah Persatuan dalam Perbedaan.

    Sementara pada Subtema 3 dalam buku ini berjudul Bersatu Kita Teguh.

    Artikel ini berisi kunci jawaban soal yang ada dalam pembelajaran 5 di halaman 130-136.

    Baca: Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 SD Halaman 123 125 126 127 128 129 Buku Tematik Subtema 3

    Berikut kunci jawaban Tema 2 Kelas 6 SD/MI Subtema 3 pembelajaran 5 halaman 132 135 136 yang Tribunnews.com kutip dari Buku Guru SD/MI Kelas 6 SD Tema 2 dan beberapa sumber lainnya:

    Kunci Jawaban Halaman 132

    Upaya Bangsa Indonesia Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat di Awal Masa Kemerdekaan Indonesia

    Pada awal berdirinya Republik Indonesia, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya harga barang-barang mahal akibat inflasi dan adanya blokade ekonomi oleh Belanda [NICA].

    Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah beserta rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan, di antaranya:

    Pada awal kemerdekaan, pemerintah dan rakyat Indonesia belum sempat melakukan perbaikan ekonomi secara baik. Baru bulan Februari 1946, pemerintah mulai memprakarsai usaha untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendesak. Upaya-upaya tersebut meliputi:

    tirto.id - Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono sudah bersentuhan dengan gula sejak muda. Awal 1920-an, seperti tercatat dalam Politik Bermartabat: Biografi I.J. Kasimo [2011: 198-199] yang disusun J.B. Sudarmanto, Kasimo mulai bersentuhan dengan tanaman tebu karena dia kepala sekolah pertanian di Tegalgondo, Klaten. Lahan 2 hektare di sekolahnya digunakan untuk menanam tebu. Kala itu, pabrik gula dan perkebunan tebu banyak terdapat di sekitar Klaten.

    Pada 1930-an, Kasimo menjadi Adjunct Landbouw Consulent alias petugas penyuluh pertanian di Surakarta dan terus memperhatikan pertanian tebu.

    Di masa itu, pabrik gula biasanya menyewa tanah dari petani. Butuh sekitar 18 bulan dari masa menanam hingga panen. Para petani hanya mendapat uang sewa saja, dan tanah yang disewa itu jadi milik pabrik gula selama 18 bulan Sistem ini amat merugikan para petani.

    Namun di sisi lain, pabrik juga mengalami masalah. Dalam buku I.J. Kasimo, Hidup dan Perjuangannya [1980: 78] dikisahkan suatu kali administrator perkebunan tebu di Cirebon bernama Barentz mengunjungi kantor Kasimo. Waktu itu, Barentz mengeluh soal lebih dari dua pertiga tanaman tebunya dibabat dan dirusak rakyat pribumi.

    Baca juga: Gula Lampung, Konglomerasi di Ladang Tebu

    Atas keluhan itu, Kasimo punya jawaban. Menurutnya, itu bentuk kekesalan rakyat terhadap para pemilik pabrik gula. Mereka sebagai pemilik tanah hanya bekerja sebagai buruh kasar dengan upah yang amat rendah. Padahal tebu-tebu itu akan menghasilkan ribuan ton gula yang menghasilkan keuntungan sangat besar.

    Kasimo merasa itu tak adil, dan ada yang harus diubah. Namun di masa kolonial itu, gerakannya amat terbatas, pun tak bisa menimbulkan dampak yang instan. Bahkan ketika Kasimo sudah jadi anggota Volksraad [1931-1942], sebagai wakil orang Katolik, suaranya untuk perbaikan nasib rakyat petani nyaris tak didengar pemerintah kolonial.

    Setelah Indonesia merdeka, Kasimo diangkat menjadi Menteri Persediaan Makanan Rakyat dan Menteri Pertanian di masa Revolusi. Lagi-lagi, dia belum bisa memperbaiki nasib petani gula, karena masa itu adalah masa-masa perang. Usahanya justru mulai bisa dilakukan setelah revolusi selesai dan dia tidak jadi menteri lagi. Ketika dia menjadi Kepala Jawatan Perkebunan, dia bisa lebih serius dengan usahanya.

    Kasimo berusaha mengubah sistem sewa tanah menjadi sistem tebu rakyat. Dengan sistem itu, rakyat bisa menanam sendiri tebunya untuk kemudian dijual kepada pabrik gula lewat koperasi, berdasarkan kontrak tahunan yang disetujui kedua belah pihak. Kasimo berusaha memperlancar sistem itu dengan mendirikan Jajasan Tebu Rakjat [Jatra].

    Istilah Tebu Rakyat Intensifikasi [TRI] kemudian muncul, dan Kasimo adalah orang yang pertama kali menggagas perubahan sistem sewa tanah ke sistem tebu rakyat. Tak hanya di masa Orde Lama, di masa Orde Baru dan usianya makin sepuh pun, Kasimo terus berjuang membuat petani tak merugi.

    “Kasimo menyerahkan tulisannya tentang tebu rakyat kepada Presiden Suharto. Tulisannya mendapat tanggapan positif. la menerima surat balasan dari sekretariat negara. Dalam surat tersebut diberitahukan bahwa tulisannya diserahkan kepada Menteri Pertanian, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perindustrian," tulis Umasih dalam Sejarah Pemikiran Indonesia Sampai dengan Tahun 1945 [2006:181].

    Tulisan yang dimaksud dibuat Kasimo ketika berhenti menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung [DPA] pada 1973. Kemudian keluarlah Intruksi Presiden No.9 tahun 1975.

    Baca juga: Keculasan Orde Baru Membuat Harga Cengkeh Hancur

    Infografik Mozaik IJ Kasimo. tirto.id/Nauval

    Dengan konsep TRI, seperti tercatat dalam Sejarah Nasional Indonesia: Lahir dan Berkembangnya Orde Baru [1993:244-245], pemerintah berusaha menyalurkan kredit pada Repelita III. Pada 1983, seperti dicatat Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988 [2003: 153-154], pemerintah juga berusaha meningkatkan produksi gula lewat TRI ini. Sayang, konsep ini jauh dari gagasan Kasimo.

    Seperti dicatat Loekman Soetrisno dalam Paradigma Baru Pembangunan Pertanian: Sebuah Tinjauan Sosiologis [2002: 18], pemerintah mengharuskan para petani mengikuti program TRI dengan harga tebu yang tidak menguntungkan petani.

    Selain itu, TRI juga membuat petani dipaksa menanam tebu. Padahal tanaman ini butuh banyak air dan waktu yang lama untuk panen. Maka, muncul tulisan di Kompas [11/2/1985], dengan judul "Program TRI Jadi Bentuk Terselubung Tanam Paksa".

    Selain itu, ada beberapa studi tentang petani yang sengsara karena proyek TRI ala Orde Baru ini. Salah satunya digarap oleh Hotman Siahaan dalam disertasinya, Pembangkangan Terselubung Petani dalam Program Tebu Rakyat Intensifikasi sebagai Upaya Mempertahankan Subsistensi [1996].

    Maka, apa yang dicita-citakan Kasimo hingga ia meninggal pada 1 Agustus 1986, tepat hari ini 33 tahun lalu, masih belum jua terwujud. Kasimo berhasil mengubah sistem era kolonial yang merugikan petani, namun masih banyak petani tebu yang tidak merasakan untung.

    ==========

    Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 12 Juni 2019. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

    Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Petrik Matanasi
    [tirto.id - pet/nrn]


    Penulis: Petrik Matanasi
    Editor: Nuran WibisonoIvan Aulia Ahsan

    Subscribe for updates Unsubscribe from updates

    Video yang berhubungan

    Bài mới nhất

    Chủ Đề