Contoh kasus Askep Gangguan pola tidur pada anak

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA TN. W DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG CEMPAKA RS. PANTI WALUYO SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

HERYANTO AGUNG PRASETYO NIM. P. 09080

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA TN. W DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG CEMPAKA RS. PANTI WALUYO SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III keperawatan

DISUSUN OLEH :

HERYANTO AGUNG PRASETYO NIM. P.09080

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 ŝ 

SURAT PERNYATAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama

: Heryanto Agung Prasetyo

NIM

: P. 09080

Program Studi

: DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah

:Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Tn. W Dengan Cedera Kepala Ringan Di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012 Yang Membuat Pernyataan

Heryanto Agung P NIM. P. 09080

ŝŝ

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama

: Heryanto Agung Prasetyo

NIM

: P.09080

Program Studi

: DIII Keperawatan

Judul

: Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Tn. W Dengan Cedera Kepala Ringan Di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta.

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Sabtu / 28 April 2012

Pembimbing

: Setiyawan, S.Kep.,Ns

[

NIK : 201084050

iii

]

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta karunia yang telah dilimpahkan-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Tn. W Dengan Cedera Kepala Ringan Di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo“ Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1.

Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan juga selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah memberi bimbingan dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya studi kasus ini..

2.

Erlina windyastuti, SKep., Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3.

Joko Kismanto, S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya studi kasus ini.

4.

Nurul Devi A, S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya studi kasus ini.

5.

Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikam bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

6.

Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7.

Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 12 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................

i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................

iv

KATA PENGANTAR......................................................................

v

DAFTAR ISI....................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................

ix

BAB 1

BAB II

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang...................................................

1

B.

Tujuan Penulisan................................................

3

C.

Manfaat Penulisan...............................................

4

LAPORAN KASUS A.

Pengkajian..........................................................

6

B.

Perumusan Masalah Keperawatan.....................

9

C.

Perencanaan Keperawatan.................................

9

D.

Implementasi Keperawatan................................

11

E.

Evaluasi Keperawatan........................................

13

ǀŝŝ 

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A.

Pembahasan........................................................

16

B.

Simpulan.............................................................

25

C.

Saran...................................................................

27

Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup

ǀŝŝŝ 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Kasus Lampiran 3 Log Book Lampiran 4 Format Pendelegasian Pasien Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

ǀŝŝŝ 

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah orang yang dapat bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari dan konsep sakit dimana dirasakan oleh seseorang yang sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur dan tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari [Notoatmodjo, 2003]. Dari pengertian tentang konsep sehat-sakit tersebut, ada dimana seseorang dikatakan sakit secara jasmani karena terpapar oleh agen cidera fisik atau kecelakaan seperti pada kasus cidera kepala. Trauma kepala dapat disebabkan oleh kecelakaan bermotor, kecelakaan olahraga, tindak kekerasan, ataupun ledakan bahan peledak. Kondisi ini menimbulkan luka baik terbuka maupun tertutup pada bagian kepala manusia. Beberapa korban mungkin hanya mengalami cedera kepala ringan yang sering disebut gegar otak. Namun, selebihnya ada yang mengalami gejala-gejala terkait dengan perilaku dan perasaan pascacedera kepala tersebut [Andri, 2011]͘ Data Korlantas Mabes Polri per akhir Maret 2012 mencatat ada 10.169 kasus kecelakaan lalu-lintas di berbagai wilayah di Indonesia. Korban meninggal akibat berbagai kecelakaan itu mencapai 1.618 orang [Anonim, 2012]. Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa

1

2 

diikuti terputusnya kontinuitas otak [Muttaqin, 2008]. Penyebab dari cedera kepala menurut Tarwoto dkk [2007] meliputi kecelakaan lalu lintas, terjatuh, pukulan atau trauma tumpul pada kepala, olah raga, benturan langsung pada kepala, kecelakaan industri. Menurut Wahjoepramono [2005 : 21] Cedera Kepala diklasifikasikan berdasarkan keadaan klinis dan kelainan patologis yang dialami, salah satunya cedera kepala ringan. Hal ini diklasifikasikan berdasarkan skala koma Glasgow [Glasgow Coma Scale]. Pemeriksaan cidera kepala meliputi CT Scan adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran, mengidentifikasi adanya hemoragi, pergeseran jaringan otak. Menurut Tarwoto, dkk [2007 : 130] penatalaksanaan medis pada cedera kepala meliputi penatalaksanaan umum yaitu bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal. Monitor respirasi dengan bebaskan jalan nafas, monitor keadaan ventilasi, pemeriksaan Analisa Gas Darah [AGD], bahkan oksigen bila perlu, monitor tekanan intracranial, atasi syok bila ada, kontrol tanda-tanda vital, keseimbangan cairan elektrolit dan debridemen luka, kraniotomi. Menurut NANDA [2003] sebagai manifestasi klinis dari cedera kepala adalah nyeri. Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian - kejadian dimana terjadi kerusakan [Potter & Perry, 2005].



3 

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis ketika studi kasus di RS. Panti Waluyo Surakarta keluhan utama yang muncul pada Tn. W dengan cedera kepala ringan adalah gangguan pola tidur. Gangguan pola tidur adalah gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi oleh waktu dalam kualitas dan kuantitas tidur [NICNOC, 2007]. Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas [Potter dan Perry : 2005]. Berdasarkan data dari latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus ke dalam penulisan ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Tn. W Dengan Cedera Kepala Ringan di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta“. A. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Melaporkan kasus gangguan pola tidur pada Tn. W dengan cidera kepala ringan di RS Panti Waluyo Surakarta. 2. Tujuan Khusus a.

Penulis mampu melakukan pengkajian gangguan pola tidur terhadap Tn. W dengan cedera kepala ringan.



4 

b.

Penulis mampu menganalisa data gangguan pola tidur pada Tn. W dengan cidera kepala ringan.

c.

Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur pada Tn. W dengan cidera kepala ringan.

d.

Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan gangguan pola tidur pada Tn. W dengan cidera kepala ringan.

e.

Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan gangguan pola tidur pada Tn. W dengan cidera kepala ringan.

f.

Penulis mampu menganalisa kondisi gangguan pola tidur yang terjadi pada Tn. W dengan cedera kepala ringan.

C. Manfaat penulisan 1. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan dan sebagai sarana menambah pengalaman dalam menegakkan asuhan keperawatan bedah dengan cedera kepala. 2. Instansi a. Pendidikan Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara keseluruhan.



5 

b. Bagi Profesi Keperawatan Dapat dijadikan sebagai dasar mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam memberikan informasi mengenai gangguan pola tidur. c. Rumah Sakit Diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan ajuan dalam meningkatkan mutu serta pelayanan di rumah sakit ataupun klinik keperawatan. d. Penulis Karya Tulis Ilmiah Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.



BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan metode allow anamnesa dan auto anamnesa pada tanggal 05 April 2012 pukul 09.00 WIB, pasien berinisial Tn W, berusia 78 tahun, jenis kelaminnya laki-laki. Tempat tinggal di Mayang, Gatak, Sukoharjo. Pernah menuntut ilmu setara SD dan bekerja sebagai petani dengan penanggung jawab bernama Tn. J, berusia 30 tahun merupakan cucu Tn. W. Pekerjaan Tn. J adalah wiraswasta berpendidikan akhir SLTA. Berdasarkan pengkajian Tn. W mengeluhkan dirinya tidak bisa tidur selama 2 hari. Tn. W merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Sukoharjo, dengan diagnosa medis cedera kepala ringan. Tn. W masuk Rumah Sakit karena kecelakaan, sebelumnya Tn. W mengalami kecelakaan di jalan raya kemudian ditolong warga sekitar. Tn. W dibawa ke Puskesmas Sukoharjo untuk mendapatkan pertolongan pertama terapi infus RL dan 8 jahitan dipelipis kiri. Karena ada dugaan gangguan syaraf dan cedera servikalis kemudian Tn. W dirujuk ke Rumah Sakit Panti Waluyo diterima di IGD pada tanggal 4 April 2012 dan langsung ditempatkan di bangsal cempaka untuk mendapat pertolongan lanjut. Pengkajian riwayat kesehatan dahulu, Tn. W mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Pasien mengatakan dahulu belum ada imunisasi sehingga tidak mendapatkan imunisasi sejak anak-anak hingga dewasa. Tidak pernah mengalami operasi dan tidak memiliki penyakit

6

7 

keturunan dari keluarganya maupun keluarga istri Tn. W seperti penyakit diabetes melitus, hipertensi dan penyakit keturunan lainnya. Pengkajian pola kesehatan fungsional pada istirahat tidur, sebelum sakit keluarga Tn. W mengatakan biasanya Tn. W tidur dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB dan jarang sekali tidur siang. Selama sakit keluarga Tn. W mengatakan sudah 2 hari dirawat di bangsal tidak bisa tidur nyenyak, waktu tidur antara 1-2 jam pada pukul 23.00 - 01.00 WIB, tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur, afek datar

dan tidak bergairah. Selama

pengkajian Tn. W mengalami penurunan perhatian ditunjukan dengan komunikasi yang kadang tidak fokus saat dilakukan pengumpulan data. Tn. W mengatakan mata kiri terasa lengket, lingkungan tidak nyaman serta terlalu terang cahaya dikamarnya. Pemeriksaan pola kesehatan kognitif dan persepsual pada Tn. W menunjukan kecemasan dengan memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat. Keluarga Tn. W mengatakan bahwa Tn. W jarang sekali mengalami hal seperti ini sebelum sakit. Sebelum sakit pasien mampu berbicara dengan normal, mata mampu melihat dengan jelas dan pendengaran tidak terjadi gangguan. Selama sakit Tn. W mengatakan tidak ada perubahan pada pendengaran, mata kiri Tn. W lengket tapi Tn. W mengatakan tidak menimbulkan gangguan penglihatan hanya terasa tidak nyaman. Pada pengkajian nyeri Tn. W tidak mengeluh nyeri yang menjadi manifestasi klinis cedera kepala ringan.

8 

Hasil pemeriksaan fisik Tn. W tekanan darah 180/80 mmHg, nadi 88 kali/menit iramanya teratur , suhu badan 36,8° celcius, serta pernafasan 18 kali/ menit dengan irama serta frekuensi teratur. Secara umum Tn. W sadar penuh atau compos mentis dengan penilaian eye 4 verbal 5 dan motorik 6, rambut kepala Tn. W bersih, bagian pelipis kiri terdapat jahitan dan luka sudah mengering. Mata kiri tidak bisa dibuka secara maksimal dan harus dibantu menggunakan tangan untuk membukanya karena terdapat trauma di pelipis kiri. Bagian sklera tampak kemerahan dan konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak ada darah tetapi terdapat luka memar dari hidung sampai bibir bagian atas. Leher tidak ada perbesaran kelenjar Thyroid, tidak ada peningkatan Jogullaris Vena Pressure [JVP] tapi terdapat luka gores sepanjang 5 cm dari clichoid ke arah sinestra leher. Selama di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Tn. W mendapatkan terapi infus RL 20 tetes per menit [pengganti cairan fisiologis], ceftriaxone 1 gram tiap 24 jam [anti biotik], fenitoin natrium 100 mg tiap 24 jam dengan drip infus 20 tetes per menit [anti epilepsi], ketorolac 30 mg tiap 8 jam [anti nyeri] dan citicholine 125 mg tiap 12 jam per hari [syaraf]. Hasil pemerikasaan penunjang tanggal 4 April 2012 yang dilakukan, pertama yaitu CT SCAN hasilnya adalah sub hematom regio frontal nasale, gambaran Sub Arachnoide Hematome [SAH] minimal pada falk cerebri, dan tidak ditemukan infarc pada corona radiata kanan kiri. Gambaran EKG didapatkan yaitu EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead 2, heart rate 88 kali per menit. Hasil dari laboratorium darah tanggal 4 April 2012 leukosit 8.1

9 

K/uL [normal: 3,5-8,8 K/uL], erythrosit 4.19 K/uL [normal: 4,2-5,7 K/uL] , hemoglobin 10,2 gr/dL [normal: 13,4-17,0 gr/dl], MCV 99 fL [normal 82-98 fL], MCH 32 pg [27-33 pg], MCHC 321 g/L [normal 317-357 g/L], trombosit 218 x 109/L [normal 145-348 x109/L] . B. Perumusan Masalah Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan data subjektif Tn. W mengatakan sudah 2 hari dirawat di bangsal tidak bisa tidur nyenyak, tidur 1-2 jam pada pukul 23.00-01.00 WIB, kadang tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur, Tn. W mengatakan mata kiri Tn. W terasa lengket, lingkungan tidak nyaman serta terlalu terang cahaya dikamarnya. Padahal sebelum sakit keluarga Tn. W mengatakan biasanya Tn. W tidur dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Data objektif didapatkan data yaitu denyut nadi 88 kali per menit, tekanan darah 180/80 mmHg dan pernafasan 18 kali per menit. Tn. W tampak cemas dan memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan perawat. Mata terlihat kemerahan. Berdasarkan pengkajian tersebut penulis melakukan analisa data dan perumusan masalah keperawatan utama yaitu gangguan pola tidur, dari masalah itu penulis mengangkat diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal.

10 

C. Perencanaan Rencana tindakan keperawatan berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dimana didapat diagnosa keperawatan yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal, penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam diharapkan Tn. W mampu mencukupi kebutuhan tidur efektif. Ditunjukan dengan perasaan segar setelah tidur, tidak ada gangguan dalam pola, kualitas, dan rutinitas tidur serta bangun sesuai pada waktunya. Data subjektif Tn. W juga mengatakan sudah bisa tidur. Rencana pengkajian yang disusun fokus adanya deprisiasi tidur, seperti konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan persepsi, reaksi yang lambat dan iritabilitas dengan rasionalisasi mendapatkan data pengkajian maksimal dan mendukung asuhan keperawatan. Rencana tindakan independent perawat berikan bimbingan relaksasi jika memungkinkan yang berguna untuk memberikan lingkungan dan suasana nyaman, manajemen lingkungan mencapai lingkungan familiar utuk memberikan rasa damai dan mengurangi kecemasan. Pada pendidikan kesehatan ajarkan keluarga atau Tn. W dalam hal yang mempengaruhi pola tidur seperti stres, gaya hidup, lingkungan nyaman, proses patologis dan lainnya dengan rasionalisasi mengurangi kecemasan dan memberi informasi. Dari tindakan. Tindakan kolaboratif rujuk kepada dokter tentang masalah pengobatan yang membuat Tn. W tidak bisa tidur dan pemberian obat tidur yang tidak menekan tidur

11 

fase Rapid Eye Movement ;REM], rasionalisasinya untuk mendukung pemenuhan istirahat tidur Tn. W [NICNOC : 2007]. D. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada Tn. W meliputi mengkaji istirahat tidur pada tanggal 5 April 2012 pukul 09.00 WIB, didapatkan data subyektif bahwa Tn. W sudah 2 hari tidak bisa tidur nyenyak, kadang tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur diperkuat dengan data obyektif sklera tampak merah, nadi 88 kali per menit tekanan darah 180/80 mmHg dan Tn. W tampak cemas. Pukul 10.15 WIB penulis melakukan tindakan perawatan luka pada pelipis kiri dan membersihkan mata kiri Tn. W dari kotoran. Tn. W tampak lebih tenang ketika penulis melakukan tindakan dan Tn. W mampu membuka mata kirinya lagi, serta mengatakan lukanya sudah tidak nyeri. Pukul 10.40 WIB memanajemen lingkungan nyaman dengan menutup tirai cendela rasionalisasi-nya untuk mengurangi cahaya ruang, keluarga Tn. W menyetujui untuk menutup tirai. Implementasi selanjutnya pukul 13.10 WIB yaitu memberikan motivasi kepada keluarga dan Tn. W bahwa tidak perlu ada yang dikhawatirkan dengan tindakan perawat. Dilanjutkan menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat adalah untuk membantu penyembuhan Tn. W pada pukul 13.50 WIB. Tindakan tersebut mendapat respon subyektif dari Tn. W yang mengatakan sekarang lebih bisa tenang karena perawat sering mengajaknya berbicara dan tampak lebih tenang.

12 

Tindakan pada tanggal 06 April 2012 penulis melakukan tindakan yaitu mengkaji pola tidur Tn. W pada pukul 08.00 WIB. Tn. W mengatakan semalam sudah bisa mulai tertidur dari pukul 23.00 - 03.00 WIB. Tn. W tampak lebih segar, mata kiri Tn. W terdapat kotoran. Pernafasan 14 kali per menit dan nadi 66 kali per menit dan tekanan darah 150/80 mmHg. Kemudian pukul 10.00 WIB penulis melakukan perawatan luka pada pelipis dan mata kiri Tn. W, respon dari Tn. W mengatakan lukanya tidak terasa nyeri dan sudah sembuh. Luka hecting terlihat kering dan bersih. Selanjutnya pada pukul 10.20 WIB mengevaluasi lingkungan nyaman, Tn. W mengatakan semalam lampu kamar dinyalakan lampu yang kecil. Pada pukul 11.00 WIB penulis menganjurkan untuk mencoba tidur disiang hari jika malam susah untuk tidur, Tn. W mengatakan akan mencoba tidur siang setelah makan siang. Tn. W tampak lebih percaya kepada perawat dan kecemasan berkurang ditunjukan dengan pandangan yang fokus terhadap perawat, cara bicara tertata dan tidak menunjukkan gerakan tiba - tiba atau agitasi. Pukul 13.00 WIB penulis memberikan motivasi kepada keluarga Tn. W untuk membantu memenuhi kebutuhan tidur dirumah. Keluarga Tn. W mengatakan akan membantu istirahat Tn. W dan membatasi tingkat aktivitas Tn. W selama sakit. Tn. W tampak tertidur . Tanggal 06 April 2012 pukul 15.00 WIB visite dokter dan Tn. W dinyatakan boleh pulang. Pukul 15.35 mengulangi lagi motivasi untuk cukup istirahat kepada Tn. W, Tn. W mengatakan akan menuruti kata penulis agar cepat sembuh. Tn. W tampak segar dan tidak cemas lagi. Pada pukul 16.00

13 

WIB memberikan petunjuk tentang obat yang harus diminum dirumah kepada keluarga yaitu mefenamic acid 500 mg tiap 8 jam [anti nyeri], piracetam 1200 mg tiap 24 jam [syaraf] dan multivitamin plus 5000 mg tiap 24 jam[suplemen]. Selanjutnya diikuti menganjurkan untuk mengawasi pola istirahat serta agar minum obat secara teratur. Pukul 16.35 WIB mengantarkan Tn. W pulang. E. Evaluasi Asuhan keperawatan yang telah dilakukan selama 2 X 24 jam didapatkan hasil evaluasi pada hari pertama yaitu tanggal 5 April 2012 pukul 15.00 WIB, setelah dilakukan tindakan keperawatan Tn. W mengatakan merasa lebih tenang karena perawat sering mengajaknya berbicara. Tn. W tampak lebih tenang dan cemas berkurang ditunjukan dengan pandangan yang fokus terhadap perawat, cara bicara tertata dan tidak menunjukan gerakan tiba-tiba atau agitasi. Tn. W mampu membuka mata kiri tanpa bantuan, namun masalah gangguan pola tidur belum teratasi ditunjukan dengan Tn. W mengatakan sudah 2 hari tidak bisa tidur nyenyak, kadang tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur diperkuat dengan data obyektif sklera tampak merah, nadi cepat 88 kali per menit tekanan darah 180/80 mmHg, sehingga intervensi mengenai pengkajian pola tidur, perawatan luka pada pelipis dan mata kiri, manajemen lingkungan, jelaskan setiap tindakan perawat dan anjuran untuk menciptakan lingkungan nyaman dilanjutkan. Pada hari kedua tanggal 6 april 2012 pukul 15.30 WIB, evaluasi asuhan keperawatan memperlihatkan hasil subyektif keluarga Tn. W

14 

mengatakan bahwa Tn. W bisa tidur tanpa terbangun kurang lebih dari pukul 23.00 - 03.00 WIB. Tn. W tampak lebih segar, tidak cemas dan tanda - tanda vital didapatkan hasil sebagai berikut, pernafasan 14 kali per menit dan nadi 66 kali per menit dan tekanan darah 150/80 mmHg. Berdasarkan analisa data, masalah sudah teratasi. Untuk perencanaan dilanjutkan intervensi di rumah oleh Tn. W dan keluarga yaitu manajemen lingkungan nyaman, batasi aktivitas dan berikan cukup istirahat, serta minum obat dan vitamin secara teratur.

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Tn. W dengan Cedera Kepala Ringan di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia dalam asuhan keperawatan. 1. Pengkajian Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak [Muttaqin, 2008]. Penyebab dari cedera kepala menurut Tarwoto dkk [2007] meliputi kecelakaan lalu lintas, terjatuh, pukulan atau trauma tumpul pada kepala, olah raga, benturan

langsung

pada

kepala,

kecelakaan

industri.

Menurut

Wahjoepramono [2005] Cedera Kepala diklasifikasikan berdasarkan keadaan klinis dan kelainan patologis yang dialami. Berdasarkan keadaan klinis hal ini diklasifikasikan berdasarkan skala koma Glasgow [Glasgow Coma Scale] yang meliputi cedera kepala ringan [CKR] dengan nilai GCS 13 – 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit, tidak ada kontusio tengkorak dan tidak ada fraktur serebral. Cedera kepala sedang nilai GCS 9 – 12, dapat kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dan dapat

15

16

mengalami fraktur tengkorak. Cedera kepala berat nilai GCS 3 – 8, kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam dan juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematom. Menurut NANDA [2003] sebagai manifestasi klinis dari cedera kepala adalah nyeri. Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian - kejadian dimana terjadi kerusakan [Potter & Perry, 2005]. Pengkajian adalah proses dalam pengumpulan data secara sistemastis untuk menentukan status kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang aktual atau potensial [Brunner & Suddarth, 2002]. Pengkajian secara umum pada cedera kepala ringan meliputi skala koma glasgow [CGS] untuk mengetahui tingkat cedera kepala, kemudian keluhan utama yaitu nyeri atau gangguan rasa nyaman terdapat sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama [Potter & Perry, 2005]. Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. W keluhan utama yang muncul

adalah gangguan pola tidur dan berbeda dengan teori yang

menunjukan bahwa manifestasi klinis dari cedera kepala ringan adalah nyeri kepala. Hasil pengkajian Tn. W mengeluhkan dirinya tidak bisa tidur nyenyak selama 2 hari. Manifestasi klinis nyeri tidak dikeluhkan pasien dimungkinkan karena faktor pengobatan yang didapatkan Tn. W, meliputi ceftriaxone 1 gram tiap 24 jam yang mempunyai farmakodinamik sebagi

17

anti biotik, diberikan ceftriaxone karena infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone, seperti infeksi saluran nafas yaitu hematome pada daerah nasale dan jaringan lunak [tulang hidung], fenitoin natrium 100 mg tiap 24 jam dengan drip infus 20 tetes per menit dan berfungsi mencegah kejang selama terjadi kelainan syaraf, ketorolac 30 mg tiap 8 jam berperan sebagai penghilang rasa nyeri derajat sedangberat dan diperkuat oleh citicholine 125 mg tiap 12 jam per hari yang berperan dalam memperbaiki fase kronik dari kelainan neural akibat cedera kepala [Kazim, 2010]. Dari observasi data therapy dan pengobatan, penulis menyimpulkan bahwa nyeri pada Tn. W dengan cedera kepala ringan tidak terjadi dan menjadi masalah keperawatan karena sudah teratasi dari pemberian therapy obat tersebut diatas. Gangguan pola tidur adalah gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi oleh waktu dalam kualitas dan kuantitas tidur [NICNOC, 2007]. Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas [Potter dan Perry : 2005].

18

Pengkajian pola kesehatan fungsional pada istirahat tidur, selama sakit keluarga Tn. W mengatakan sudah 2 hari dirawat di bangsal tidak bisa tidur nyenyak, waktu tidur antara 1-2 jam pada pukul 23.00-01.00 WIB, tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur, afek datar dan tidak bergairah. Selama pengkajian Tn. W megalami penurunan perhatian ditunjukan dengan komunikasi yang kadang tidak fokus saat dilakukan pengumpulan data. Tn. W mengatakan mata kiri terasa lengket, lingkungan tidak nyaman serta terlalu terang cahaya dikamarnya sedangkan sebelum sakit keluarga Tn. W mengatakan biasanya Tn. W tidur dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB dan jarang sekali tidur siang. Menurut Lee et al [2008] keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur di antaranya adalah suara atau kebisingan, suhu ruangan, dan pencahayaan. Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Tn. W juga mengeluhkan kadang tidur terbangun dan tidak bisa tidur lagi, hal itu disebabkan karena Tn. W baru masuk tidur stadium satu, pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain dimana selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat [Patlak, 2005]. Hasil pemeriksaan fisik Tn. W tekanan darah 180/80 mmHg, nadi 88 kali/menit iramanya teratur, suhu badan 36,8° celcius, serta pernafasan 18 kali/ menit dengan irama serta frekuensi teratur. Secara umum Tn. W sadar

19

penuh atau compos mentis dengan penilaian eye 4 verbal 5 dan motorik 6, rambut kepala Tn. W bersih, bagian pelipis kiri terdapat jahitan dan luka sudah mengering. Mata kiri tidak bisa dibuka secara maksimal dan harus dibantu menggunakan tangan untuk membukanya karena terdapat trauma di pelipis kiri. Bagian sklera tampak kemerahan dan konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak ada darah tetapi terdapat luka memar dari hidung sampai bibir bagian atas. Leher tidak ada perbesaran kelenjar Thyroid, tidak ada peningkatan Jogullaris Vena Pressure [JVP] tapi terdapat luka gores sepanjang 5 cm dari clichoid ke arah sinestra leher. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah tinggi yaitu 180/80 mmHg bisa disebabkan karena perubahan fisiologis dari gangguan tidur sesuai dengan teori dari Wendy et al [2007] bahwa gangguan pola tidur dapat mengakibatkan perubahan pada syaraf simpatis dan para simpatis dimana syaraf simpatis yang terganggu dapat meningkatkan tekanan darah pada seseorang. Ulkus laserasi pada pelipis kiri mendapatkan jahitan untuk menghentikan perdarahan dan menutup luka dari agen infeksi biologis sesuai dengan penatalaksanan gawat darurat trauma kepala [Powel, 2002]. Karena keterbatasan penulis, penyebab dari mata yang tidak bisa dibuka secara maksimal tidak dapat dijabarkan sesuai teori. Hasil pemerikasaan penunjang tanggal 4 April 2012 yaitu CT SCAN hasilnya adalah sub hematom regio frontal nasale, gambaran Sub Arachnoide Hematome [SAH] minimal pada falk cerebri, dan tidak ditemukan infark pada korona radiata kanan kiri. Sub Arachnoide

20

Hematome [SAH] minimal terjadi akibat rupturnya bridging vein pada ruang sub arachnoide, atau pembuluh darah yang ada pada permukaan jaringan otak [Muttaqin, 2008]. Gambaran EKG didapatkan yaitu EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead 2, heart rate 88 kali per menit. Dari hasil analisa EKG, dimungkinkan Tn. W pernah memiliki riwayat penyakit jantung, karena gambaran ST elevasi yang disertai Q patologis menunjukan adanya infark

akan tetapi hasil tidak bisa di

asumsikan dengan gangguan jantung karena dari pengkajian riwayat penyakit dahulu dan riwayat kesehatan keluarga tidak ada gangguan pada organ jantung [Udjianti, 2011]. Hasil dari laboratorium darah tanggal 4 April 2012 leukosit 8.1 K/uL [normal], erythrosit 4.19 K/uL [normal] , hemoglobin 10,2 gr/dL [rendah], MCV 99 fL [normal], MCH 32 pg [normal], MCHC 321 g/L [normal], trombosit 218 x 109/L [normal]. Pada pemeriksaan darah, hemoglobin rendah mungkin bisa disebabkan oleh perdarahan akut Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian [Brunner & Suddarth, 2002]. Pada catatan therapy dan pengobatan penulis masukan pada pengkajian pola kognitif dan sensori sebagai pembahasan tidak ditemukannya manifestasi klinis berupa nyeri. 2. Perumusan Masalah Setelah melakukan pengkajian kesehatan maka langkah yang selanjutnya

adalah

penegakan

diagnosa

keperawatan.

Diagnosa

keperawatan adalah masalah kesehatan yang aktual atau potensial yang

21

dapat ditangani dengan intervensi keperawatan yang mandiri [Brunner & Suddarth, 2002]. Berdasarkan pengkajian tersebut penulis melakukan analisa data dan perumusan masalah keperawatan utama yaitu gangguan pola tidur karena data subjektif Tn. W sudah 2 hari dirawat di bangsal tidak bisa tidur nyenyak, waktu tidur antara 1-2 jam pada pukul 23.00-01.00 WIB, tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur. Data objektif dari masalah tersebut adalah afek datar dan tidak bergairah, lingkungan tidak nyaman serta terlalu terang cahaya dikamarnya. Selama pengkajian Tn. W megalami penurunan perhatian ditunjukan dengan komunikasi yang kadang tidak fokus saat dilakukan pengumpulan data. Dari data tersebut penulis mengangkat diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal [NANDA, 2009]. Batasan karakteristik penulis mengambil diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal meliputi data subjektif bangun lebih awal dari yang diinginkan, keluhan verbal tentang kesulitan tidur, dan keluhan tidak bisa istirahat dengan baik. Sedangkan secara objektif ditunjukkan dengan peningkatan proporsi tidur tahap satu, bangun tiga kali atau lebih dimalam hari, afek datar, tidur terganggu, cemas dan sklera yang kemerahan [NICNOC, 2007].

22

3. Perencaan Keperawatan Perencanaan keperawatan adalah penentuan tujuan dan rencana keperawatan yang disusun untuk membantu pasien mengatasi masalah yang telah didiagnosa [Brunner & Suddarth, 2002]. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis terhadap keluhan utama Tn. W, maka penulis menegakkan rencana keperawatan terhadap masalah keperawatan yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal. Penulis menyusun rencana keperawatan sesuai dengan NICNOC [2007] meliputi tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tn. W mampu mencukupi kebutuhan tidur efektif. Ditunjukan dengan perasaan segar setelah tidur, tidak ada gangguan dalam pola, kualitas, dan rutinitas tidur serta bangun sesuai pada waktunya, data subjektif Tn. W juga mengatakan sudah bisa tidur. Rencana pengkajian yang disusun fokus adanya deprisiasi tidur, seperti konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan persepsi, reaksi yang lambat dan iritabilitas dengan rasionalisasi mendapatkan data pengkajian maksimal dan mendukung asuhan keperawatan [NICNOC, 2007]. Pada pendidikan kesehatan ajarkan keluarga atau Tn. W dalam hal yang mempengaruhi pola tidur seperti stres, gaya hidup, lingkungan nyaman, proses patologis dan lainnya dengan rasionalisasi mengurangi kecemasan dan memberi informasi [NICNOC, 2007]. Dari tindakan independent perawat berikan bimbingan relaksasi distraksi dengan menciptakan lingkungan nyaman jika memungkinkan yang berguna untuk memberikan

23

lingkungan dan suasana nyaman, manajemen lingkungan mencapai lingkungan familiar utuk memberikan rasa damai dan mengurangi kecemasan, tindakan kolaboratif rujuk kepada dokter tentang masalah pengobatan yang membuat Tn. W tidak bisa tidur dan pemberian obat tidur yang tidak menekan tidur fase

Rapid Eye Movement [REM],

rasionalisasinya untuk mendukung pemenuhan istirahat tidur Tn. W [NICNOC, 2007]. Karena keterbatasan penulis dalam mencari sumber penentuan lamanya waktu asuhan keperawatan, maka penulis menetapkan 2 x 24 jam dengan asumsi gangguan pola tidur harus segera diatasi untuk mencegah terjadinya gangguan syaraf simpatis dan para simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah [Wendy et al, 2007]. 4. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan atau implementation adalah aktualisasi dari rencana keperawatan yang telah disusun [Brunner & Suddarth, 2002]. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis meliputi rencana keperawatan yang telah disusun, tapi ada rencana keperawatan yang tidak dilakukan yaitu kolaborasi rujukan dokter untuk pemberian therapy pengobatan yang bisa membantu Tn. W untuk memenuhi kebutuhan tidur. Hal tersebut tidak dilakukan karena selama rencana keperawatan yang meliputi observasi pola dan gangguan tidur, tindakan independent perawat dalam manajemen lingkungan, penjelasan tindakan keperawatan dalam usaha menekan tingkat kecemasan serta pendidikan dan anjuran untuk tidur siang sebagai bantuan identifikasi faktor-faktor yang mungkin

24

menyebabkan kurangnya tidur seperti ketakutan, masalah yang tidak terselesaikan

dan

konflik

[NICNOC,

2007].

mengatasi

masalah

keperawatan gangguan pola tidur. Kemudian tindakan keperawatan yang tidak disertakan dalam rencana keperawatan tapi dilakukan oleh penulis adalah melakukan perawatan luka pada pelipis dan mata kiri Tn. W sebagai bentuk pemenuhan manajemen lingkungan dan rasa nyaman terhadap Tn. W [NICNOC, 2007]. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari asuhan keperawatan yaitu penentuan respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan sejauh mana tujuan sudah tercapai [Brunner & Suddarth, 2002]. Pada hari pertama asuhan keperawatan penulis melakukan evaluasi pada pukul 15.00, masalah keperawatan gangguan pola tidur belum teratasi tetapi etiologi dari gangguan pola tidur sudah dapat ditekan dengan batasan karakteristik sesuai NICNOC [2007] tampak lebih tenang dan cemas berkurang ditunjukan dengan pandangan yang fokus terhadap perawat, cara bicara tertata dan tidak menunjukan gerakan tiba-tiba atau agitasi. Evaluasi hari kedua sesuai dengan kriteria hasil NICNOC [2007] ditunjukan dengan perasaan segar setelah tidur, tidak ada gangguan dalam pola, kualitas, dan rutinitas tidur serta bangun sesuai pada waktunya. Data subjektif mengatakan sudah bisa tidur. Evaluasi meliputi data subjektif keluarga Tn. W mengatakan bahwa Tn. W bisa tidur tanpa terbangun kurang lebih dari pukul 23.00 - 03.00 WIB. Pada hari kedua Tn. W sudah diperbolehkan

25

pulang. Rencana keperawatan tetap dilakukan dirumah oleh keluarga dan Tn. W untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur dalam rangka mempercepat penyembuhan. B. Simpulan Dari hasil penulis mengkaji dan melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. w dengan cidera kepala ringan, penulis akan menyimpulkan Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Tn. W dengan Cedera Kepala Ringan. 1. Pengkajian Berdasarkan data yang didapat dari keluhan Tn. W, didapatkan hasil yang memfokuskan pada gangguan pola tidur yang berhubungan dengan lingkungan tidur tidak nyaman atau tidak dikenal. Sebelum sakit keluarga. Tn. W mengatakan biasanya Tn. W tidur dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB dan jarang sekali tidur siang. Selama sakit keluarga Tn. W mengatakan sudah 2 hari dirawat di bangsal tidak bisa tidur nyenyak, waktu tidur antara 1-2 jam pada pukul 23.00 - 01.00 WIB, tidur terbangun dan tidak bisa kembali tidur, afek datar

dan tidak bergairah. Selama

pengkajian Tn. W mengalami penurunan perhatian ditunjukan dengan komunikasi yang kadang tidak fokus saat dilakukan pengumpulan data. Tn. W mengatakan mata kiri terasa lengket, lingkungan tidak nyaman serta terlalu terang cahaya dikamarnya.

26

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang didapat dari keluhan Tn. W penulis merumuskan diagnosa prioritas yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal, tidak sesuai teorinya bahwa manifestasi klinis cedera kepala yang umumnya adalah nyeri. Hal itu dikarenakann oleh faktor pengobatan yang mampu menekan dan berhasil menghilangkan rasa nyeri. 3. Rumusan Masalah Rencana tindakan keperawatan berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dimana didapat diagnosa keperawatan yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan tidur yang tidak nyaman atau tidak dikenal, penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam diharapkan Tn. W mampu mencukupi kebutuhan tidur efektif. Sesuai dengan NICNOC [2007] . 4. Tindakan Keperawatan Kemudian pada tindakan keperawatan ada beberapa poin yang tidak sesuai antara rencana keperawatan dengan tindakan keperawatan, hal itu dikarenakan ada tindakan yang tidak masuk dalam rencana tindakan yang disarankan oleh NICNOC [2007] dalam gangguan pola tidur, tapi muncul dan harus ditangani.

27

5. Evaluasi Evaluasi dari perkembangan Tn. W selama dua hari asuhan keperawatan mendapatkan hasil positif melalui teknik SOAP. Dan pada akhirnya pada hari kedua pengelolaan, Tn. W diperbolehkan untuk pulang. Keluarga Tn. W mengatakan bahwa Tn. W bisa tidur tanpa terbangun kurang lebih dari pukul 23.00 - 03.00 WIB. Tn. W tampak lebih segar dan tidak cemas. Masalah dapat teratasi dan perencanaan tindakan selanjutnya dilakukan oleh keluarga dirumah tentang monitoring dan manajemen lingkungan nyaman. 6. Analisa Pola Tidur Analisa dari pola tidur Tn. W mengarah pada tidur fase pertama dimana proses menuju tidur REM dengan tanda-tanda gerakan mata yang masih ada dan mudah terbangun serta susah untuk kembali tidur setelah terbangun. Pada hari kedua Tn. W bisa tidur tanpa terbangun kurang lebih dari pukul 23.00 - 03.00 WIB. C. Saran Dari hasil asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pola tidur pada cedera kepala ringan penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : 1. Bagi institusi pelayanan kesehatan [Rumah Sakit]. Hal ini diharapkan Rumah Sakit khususnya RS. Panti Waluyo Surakarta dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan dan klien yang ditujukan untuk

28

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pada pasien dengan gangguan pola tidur yang kadang tidak mendapatkan penanganan dan dianggap hal biasa khususnya. Diharapkan Rumah Sakit mampu menyediakan fasilitas dan pelayanan yang dapat mendukung pemenuhanan kebutuhan pasien 2. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat. Diharapkan mampu berkoordanasi dengan tim kesehatan lain yakni, dokter, radiologi dan ahli gizi karena untuk menangani pasien membutuhkan asuhan keperawatan yang mengutamakan rasa nyaman, care, kepeduliaan dan kesabaran pada umumnya dan khususnya pada pasien

gangguan

pola

tidur diharapkan tenaga

kesehatan lebih

mengutamakan pelayanan yang mampu membina hubungan saling percaya dan hubungan terapeutic guna memberikan rasa nyaman dan keterbukaan sehingga masalah bisa cepat teratasi. Memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan pola istirahat tidur untuk mencukupi kebutuhan istirathat dan mencegah berkurangnya daya tahan tubuh. 3. Bagi institusi pendidikan Agar dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, handal dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Andri, Asep. Candra, Asep. 2011. Cedera Kepala Bisa Bikin Gangguan Jiwa. //health.kompas.com/read/2011/07/06/0538596/Cedera.Kepala.Bisa. Bikin.Gangguan.Jiwa. Diakses tanggal 24 April 2012 Anonim. 2012. Human Error Penyebab Utama Lakalantas. //www.jpnn.com/read/2012/04/08/123492/Human-Error-PenyebabUtama-Lakalantas. Diakses tanggal 24 April 2012 Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Kazim, fauzi. 2010. ISO Indonesia Volume 45, 2010-2011. Jakarta : PT. ISFI Penerbit Jakarta Lee et al. 2008. Normal Sleep, Sleep Physiology, and Sleep Deprivation. //emedicine.medline.com. Diakses tanggal 24 april 2012 Muttaqin, Arif. [2008]. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika. Nanda. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions And Classification 2005-2006. Nanda International : Philadelpia. NICNOC. 2007. Nursing Diagnosis Handbook With Nic Interventions And Noc Outcomes 2007. New jersey : pearson education Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Patlak. 2005. Protecting Sleep, Promoting Health in Later Life: A Randomized Clinical Trial. //highwire.standford.edu. Diakses tanggal 22 April 2012 Patricia A.Potter, Anne Griffin Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005. Powel. 2002. Basic And Advanced Life Suport In Adults. //highwire.standford.edu. Diakses tanggal 22 April 2012 Tarwoto, et. al. [2007]. Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Sagung Seto. Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Wahjoepramono, Eka. [2005]. Cedera Kepala. Lippokarawaci : Universitas Pelita Harapan. Wendy et al. 2007. Matrial Quality And Matrial Bed : Examing The Covariation Between Relationship Quality Sleep NIHPA Author Manuscripts. 389404. //www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17854738. Diakses tanggal 24 April 2012

Gangguan pola tidur berhubungan dengan apa saja?

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan : 1] Gangguan karena pasangan tidur. 2] Halangan lingkungan [mis: bising, pajanan cahaya/gelap,suhu, kelembaban, lingkungan yang tidak dikenal]. 3] Imbolisasi. 4] Kurang privasi.

Apa yang menyebabkan gangguan tidur?

Penyebab Gangguan Tidur Kondisi medis, seperti sesak napas. Obat-obatan, seperti kafein, antidepresan, atau stimulan. Gangguan kejiwaan, seperti depresi atau cemas. Kondisi lingkungan, seperti pekerja shift malam hari.

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai?

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai [Guyton, 1986 dalam Hidayat, 2009]. Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal [Robinson, 1993 dalam Potter].

Apa itu Defisit pengetahuan?

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu dengan tidak menunjukkan respons, perubahan, atau pola disfungsi manusia, tetapi lebih sebagai suatu etiologi atau faktor penunjang yang dapat menambah suatu variasi respons [PPNI, 2016].

Bài mới nhất

Chủ Đề