Doa Katolik yang berisi tentang suasana kerajaan Allah adalah

Percik Firman: Unsur Doa KatolikKamis, 18 Juni 2020

Bacaan Injil: Mat 6: 7-15

“Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah” [Mat 6:7]

Saudari/a ku ytk.,
Doa itu tidak perlu bertele-tele. Kita harus percaya bahwa punya Bapa yang penuh belas kasih dan peduli pada kita anak-anakNya. Ada 3 unsur pokok doa Katolik, yaitu: syukur, pujian dan permohonan. Unsur-unsur itu pula yang menjadi pola struktur doa Bapa Kami, yang diajarkan Tuhan Yesus, sebagaimana dalam bacaan Injil hari ini.

Di Yerusalem ada Gereja Bapa Kami [Pater Noster]. Dinding gereja itu dihiasi oleh aneka macam teks doa Bapa Kami dari berbagai bahasa di dunia ini, termasuk ada bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Tana Toraja, dsb.

Dengan menyebut Allah sebagai “Bapa kami”, menurut Paus Fransiskus dalam audiensi di Vatikan 16 Januari 2019, kita diundang untuk memiliki hubungan dengan Allah seperti hubungan seorang anak dengan ayahnya, yang mengatakan “Papa, Bapak, Dad, Papi, Ayah”.

Memang ungkapan-ungkapan ini membangkitkan kasih sayang. Ungkapan-ungkapan ini membangkitkan kehangatan, sesuatu yang ditujukan kepada kita dalam konteks masa kanak-kanak: gambaran seorang anak yang merasakan kelembutan tak terbatas karena dipeluk sepenuhnya oleh ayahnya. Dan karena alasan ini, untuk berdoa dengan baik, kita harus sampai pada titik memiliki hati seorang anak.

Yesus sering memberi teladan bagaimana berdoa dan mengajar kita berdoa “Bapa Kami”. Yesus tidak hanya mengajar kita berdoa dengan Bapa Kami, tetapi juga kapan dan bagaimana Dia berdoa.

Dalam Katekismus Gereja Katolik [KGK], diungkapkan bahwa Yesus tidak hanya mengajar isi doa, tetapi disposisi batin yang perlu untuk doa yang benar: kemurnian hati yang mencari Kerajaan Allah dan mengampuni musuh, iman yang teguh dan bersifat keputraan, yang melampaui apa yang dirasakan dan pahami, dan berjaga-jaga yang melindungi para murid dari pencobaan. [bdk. KGK 2608-2614].

Orang Yahudi terbiasa untuk berdoa di tempat-tempat tertentu dan pada jam-jam tertentu. Doa merupakan suatu tradisi yg memang harus dijalankan, sehingga tidak jarang mereka berdoa secara tergesa-gesa. Mereka tidak menikmati suasana doa. Arti doa menjadi melenceng dari maksud asalnya. Tidak heran ada orang yg berdoa di tempat-tempat tertentu supaya dilihat orang dan dipuji sebagai orang yang saleh.

Yesus memberi teguran terhadap kebiasaan doa yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Doa bukanlah suatu “demonstrasi rohani”, melainkan suatu hubungan dan komunikasi pribadi antara kita dengan Allah. Yesus juga menasihati kalau berdoa janganlah bertele-tele. “Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah”, tegas-Nya.

Disposisi doa yang baik dan benar adalah bersyukur, berserah diri dan memohon jiwa besar agar bisa maneges atau memahami kehendak Tuhan atas hidup kita.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana kehidupan doa Anda akhir-akhir ini? Berapa kali Anda mendaraskan doa Bapa Kami dalam sehari? Apakah Anda pernah mendikte atau membuat deadline Tuhan agar segera memenuhi keinginan Anda? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Ilustrasi: Tujuh Doa Dasar Katolik /Pixabay/ Nickelbabe

BERITA DIY – Berikut adalah doa dasar bagi orang Katolik. Doa dasar tersebut meliputi tanda salib, doa Bapa Kami, Doa Salam Maria, Doa Kemuliaan, Doa Terpujilah, Doa Iman, dan Doa Tobat.

Doa-doa dasar ini merupakan conoh doa bagi orang beriman Katolik. Doa-doa ini dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama.

Doa-doa dasar ini diamil dari Kitab Suci dan tradisi Gereja. Setiap orang beriman Katolik dapat mengucapkan doa-doa dasar ini.

Baca Juga: Lirik Lagu Rohani Doa Yabes dari Angel Pieters

Berikut ujuh teks doa dasar orang katolik, selengkapnya.  

Tanda Salib

Dalam [Demi] nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Bapa Kami

Bapa kami yang ada di surga, Dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan,

tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin

Doa-doa Katolik: Doa untuk Persatuan Umat Kristiani. /Pixabay/12019

BERITA DIY - Doa Katolik ini merupakan doa khusus untuk Pekan Doa Sedunia, memiliki tujuan meminta kepada Tuhan untuk kesatuan umat Kristiani.

Pentingnya doa Katolik untuk kesatuan umat Kristiani ini mengingat pada saat ini banyak terjadi perpecahan di mana-mana hanya karena persoalan duniawi, persoalan yang sudah terjadi sebelum Yesus datang di antara umat manusia.

Oleh karena itu, doa Katolik berikut ini sebagai upaya untuk menyadarkan kita bahwa Yesus hadir di tengah-tengah kita karena untuk menyatukan kita dan mencegah dari perpecahan karena duniawi.

Baca Juga: Bansos Tunai Rp300 Ribu Tahap 2 Cair! Cek Daftar Penerima BST Maret untuk DKI Jakarta Klik Link Berikut Ini

Berikut ini Doa untuk Persatuan Umat Kristiani

"Bapa yang maha pengasih dan penyayang, menjelang akhir hidup-Nya, Yesus telah berdoa bagi para murid-Nya, “Semoga mereka semua bersatu, seperti Engkau, ya Bapa, ada dalam Aku dan Aku dalam Dikau; supaya mereka juga bersatu dalam Kita, agar dunia ini percaya bahwa Engkau telah mengutus Aku.”

Maka kami mohon, ya Bapa: Semoga semua orang kristen bersatu padu dan giat mengusahakan kesatuan. Semoga seluruh pemimpin umat-Mu semakin menyadari perlunya kesatuan. Musnahkanlah sandungan akibat perpecahan umat kristen dilenyapkan. Semoga persatuan umat kristen merupakan sumber perdamaian, dan tanda kasih Kristus bagi seluruh umat manusia.

Bapa, Tuhan Yesus Kristus telah bersabda kepada para rasul, “Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu”: janganlah Kau pandang dosa-dosa kami, melainkan kepercayaan umat-Mu, dan berikanlah damai serta persatuan kepada kami sesuai dengan kehendak-Mu. Pandanglah kawanan domba Yesus. Semoga semua, yang telah dikuduskan oleh satu pembaptisan, dipererat pula oleh persatuan iman dan ikatan kasih. Buatlah kami semua menjadi satu kawanan dengan Yesus sendiri sebagai satu-satunya gembala, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala abad. Amin"

Baca Juga: Liburan Andin dan Al di Villa Justru Buat Fans Kecewa, Tagar #IkatanCintaDeserveBetter Trending di Twitter

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh kudus, Datanglah Roh Kudus, penuhilah hatiku. Nyalakanlah di dalamnya Api cinta-Mu. Pimpinlah agar aku dapat memahami Sabda-Mu, merenungkannya, meresapkan dan menerapkannya di dalam kehidupanku. Amin. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh kudus, Amin.

    • 9:35. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
    • 9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
    • 9:37-38 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
    • 10:1. Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
    • 10:2-4 Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.
    • 10:5-6 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.
    • 10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
    • 10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

“Kerajaan Allah” yang didirikan oleh Yesus Kristus sang Mesias adalah topik utama Injil Matius, Markus dan Lukas.[1] Karenanya, kita sering mendengar kata “Kerajaan Allah” dan tentu kita semua berharap untuk masuk ke dalamnya. Syukur kepada Tuhan, oleh kemurahan-Nya, kita semua yang sudah dibaptis dan menjadi anggota Gereja-Nya, telah termasuk dalam bilangan Kerajaan Allah itu [lih. Mat 28:18-20],[2] namun kita harus terus berjuang untuk tetap melaksanakan perintah Tuhan untuk tetap tinggal di dalamnya [lih. Mat 7:21]. Kerajaan Allah memang bersifat rohani, tinggal di hati kita, dan sudah dimulai sejak kita hidup di dunia, tetapi kesempurnaannya dicapai saat akhir jaman, saat Kristus menyatakan DiriNya [lih. Kol 3:4].

Kerajaan Allah dalam Injil Matius

Injil Matius sering disebut sebagai “Injil Pemenuhan” dan “Injil Kerajaan“, dan kedua tema ini sesungguhnya mengacu pada satu maksud, yaitu bahwa kedatangan Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang baru, melainkan pemenuhan dari janji-janji Tuhan pada Perjanjian Lama. Injil Matius dikenal sebagai “Injil Kerajaan”, karena begitu seringnya Injil ini menyebutkan tentang Kerajaan Allah yang disebut sebagai Kerajaan Sorga, yaitu sebanyak 51 kali.[3] Sorga di sini adalah istilah dalam bahasa Aram yang berarti sama dengan ‘Allah’.

Injil Matius mengajarkan beberapa makna Kerajaan Allah, yaitu Kerajaan Kristus Sang Mesias di dunia, pemenuhan Kerajaan Allah di Surga, dan pengakuan akan hak Allah di dalam setiap jiwa manusia.[4] Karena begitu pentingnya Kerajaan Allah ini, maka Yesus mengajarkan kita dalam doa “Bapa Kami” untuk memohon kedatangan Kerajaan Sorga, yaitu pada saat kehendak-Nya terjadi di dunia ini, termasuk di dalam diri kita. Sekarang masalahnya, sungguhkah kita menghayati permohonan ini yang setiap kali kita ucapkan dalam doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu…” Selanjutnya, Konsili Vatikan II menjelaskan, bahwa “Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu di dunia. Sementara itu, Gereja lambat-laun berkembang, mendambakan Kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan, agar kelak dipersatukan dengan Rajanya dalam kemuliaan benih awal Kerajaan Allah” [Lumen Gentium, 5].

Kerajaan Allah seperti dijabarkan dalam Mat 9:35- 10:8

Pada pembahasan perikop ini, kita melihat bahwa Yesus datang ke dunia untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah. Sebagai pemenuhan janji Allah, Yesus adalah pendiri Kerajaan Allah itu di dunia, yang diawali dengan pewartaan ajaran-Nya dan ditandai dengan mukjizat-mukjizat. Tugas pewartaan dan kuasa melakukan mukjizat itu kemudian diberikan kepada para rasul. Sampai sekarang kita melihat bagaimana pewartaan dan kuasa mukjizat itu diteruskan oleh para pengganti para rasul di dalam Gereja-Nya, maka kita dapat mengetahui bahwa Kerajaan Allah yang dikatakan di dalam Injil merupakan sesuatu yang terjadi saat ini dan terus disempurnakan sampai akhir jaman.

Mat 9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Dari perikop sebelumnya, kita mengetahui bahwa Yesus tidak hanya mengajar tetapi juga menyembuhkan. Ia menyembuhkan orang lumpuh [Mat 9:1-8], wanita yang sakit perdarahan [9:20-22], dua orang buta [9:27-30], orang bisu dan kerasukan setan [9:32-34], bahkan Ia membangkitkan orang mati, yaitu anak kepala rumah ibadat [9:23-26]. Sungguh tiada yang mustahil bagi Yesus, sebab Ia adalah Putera Allah. Namun yang perlu kita perhatikan juga adalah bagaimana Yesus melihat dosa sebagai kelemahan manusia, seperti pada kisah orang lumpuh itu. Yesus mengampuni dosanya terlebih dahulu, dan sebagai akibatnya orang lumpuh itu berjalan [lih. Mat 9:2-7].

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan? Dan bahwa jika Ia mau, Ia dapat menyembuhkan aku?
  • Jika aku sakit dan datang kepada Tuhan untuk minta disembuhkan, apakah aku terlebih dahulu mohon ampun untuk segala dosaku? Ataukah aku hanya terpaku pada penyakitku saja?
  • Bagaimana reaksi-ku jika aku menyaksikan sendiri kesembuhan yang dialami oleh seseorang karena rahmat Tuhan, apakah aku percaya dan memuji Tuhan, ataukah aku bersikap ‘curiga’?

9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Yesus menyembuhkan karena Ia mengasihi. Mari kita mengingat, bahwa Yesus adalah perwujudan belas kasihan Allah yang sempurna kepada manusia [lihat artikel: Belas Kasihan Tuhan adalah Kabar Gembira utama!]. Ia adalah Sang Gembala yang baik, yang selalu rindu untuk mempersatukan domba-domba-Nya. Di sini kita melihat betapa segala mukjizat yang dilakukan-Nya adalah untuk membawa manusia untuk bersatu di dalam satu kawanan, dengan Ia sendiri sebagai Kepalanya.

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku selalu mengingat belas kasihan Yesus, sehingga aku selalu mau untuk tinggal di dalam kawanan domba-Nya? Apakah aku segera bertobat setiap kali kusadari aku telah berdosa dan meninggalkan kawanan tersebut?
  • Apakah aku berbelas kasihan terhadap sesama, terutama pada mereka yang sakit, menderita, atau mereka yang rindu untuk mengenal Yesus lebih dalam? Apa yang kulakukan terhadap mereka?
  • Apa yang sudah kuperbuat untuk memperkenalkan Yesus pada orang lain?
  • Apakah aku termasuk golongan orang-orang yang berjuang untuk persatuan Gereja, ataukah yang memecah- belah Gereja?

9:37-38 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Ayat ini begitu ‘pas’ untuk menggambarkan saat ini, yaitu bahwa ada banyak orang yang rindu untuk menerima Kabar Gembira, sedangkan jumlah para pekerja/ pewarta Kabar Gembira itu sedikit. Yesus menginginkan kita berdoa memohon kepada Tuhan agar Ia menggerakkan banyak orang mau bekerja mewartakan Injil Kerajaan Allah ini. Dan dengan doa kita, Allah berjanji akan mengirimkan para pekerja itu.

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku sudah berdoa untuk rahmat panggilan Allah, agar semakin banyak orang mau terlibat dalam tugas pewartaan Injil ini, entah melalui kehidupan membiara ataupun kerasulan awam?
  • Apakah aku sendiri terpanggil untuk secara khusus menjadi imam/ biarawati? Apakah aku sudah dengan sungguh-sungguh berdoa untuk mengetahui kehendak Allah dalam hidupku?
  • Jika aku sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak: apakah aku sendiri sudah membina iman mereka, dan mengarahkan mereka, jika ada yang ingin menjadi biarawan/ biarawati?

10:1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan

Untuk meluaskan Kerajaan Allah, Yesus memilih kedua belas rasul yang diberi-Nya kuasa melakukan mukjizat dan kesembuhan. Di sini kita melihat bahwa pemilihan para rasul berkaitan dengan misi pewartaan Kerajaan Allah. Karena itu hirarki Gereja yang menjadi penerus para rasul itu [Paus, para uskup dan imam] melanjutkan karya Kristus untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

Di sini kita juga melihat bahwa menjadi rasul itu bukan merupakan ‘hak’ seseorang, tetapi merupakan ‘karunia’. Tak seorangpun dapat meng-klaim bahwa ia berhak untuk menjadi seorang imam, namun Yesus sendiri yang dengan kebijaksanaan dan kemurahan hati-Nya memilih orang-orang tertentu untuk menjadi para rasul-Nya.

Permenungan pribadi:

  • Percayakah aku pada kuasa sakramen-sakramen Gereja, yang melaluinya Kristus memberikan kuasa kepada para penerus rasul-Nya untuk mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan penyakit?
  • Apakah aku cukup menghormati para penerus rasul Kristus, yaitu para imam uskup, dan Paus dalam sikap dan percakapanku sehari-hari? Apakah aku menerima ajaran mereka dan menerapkannya?
  • Bagaimana reaksiku jika ada orang yang meng-klaim ia ‘berhak’ menjadi imam dan memisahkan diri dari kesatuan Gereja?
  • Jika aku seorang imam, sadarkah aku jika Tuhan telah mengurapiku, menguduskan tanganku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya? Dan bahwa kuasa-Nya yang ajaib telah diberikan-Nya kepadaku untuk menguduskan umat-Nya?

10:2-4 Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.

Yesus memilih kedua belas rasul, yang dimulai dengan Petrus. Ayat ini adalah satu di antara banyak ayat dalam Kitab Suci yang selalu menyebutkan Petrus sebagai yang pertama dari semua rasul yang lain [lih. Mat 10:1-4; Mrk 3:16-19; Luk 6:14-16; Acts 1:13]. Kadang-kadang para rasul disebut sebagai Petrus dan teman-temannya [Luk 9:32]. Petrus sering berbicara atas nama semua rasul [Mt 18:21; Mrk 8:29; Luk 12:41; Jn 6:69]. Nama Petrus ditulis di dalam Alkitab sebanyak 191 kali [162 kali sebagai Petrus atau Simon Petrus, 23 kali sebagai Simon, and 6 kali sebagai Kephas]. Sebagai perbandingan, Yohanes hanya disebut sebanyak 48 kali. Archbishop Fulton Sheen pernah menghitung bahwa semua nama rasul digabungkan hanya disebut 130 kali. Semua hal ini menunjukkan keutamaan Rasul Petrus dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain.

Kedua belas rasul yang dipilih oleh Yesus ini adalah orang-orang sederhana. Mereka kebanyakan adalah nelayan. Namun begitu dipilih, mereka meninggalkan pekerjaan mereka dan langsung mengikuti Yesus. Kerajaan Allah dimulai dari orang-orang kecil dan sederhana, maka tak heran Yesus menyebutkan bahwa Kerajaan Allah adalah seperti biji sesawi, biji yang kecil namun setelah bertumbuh dapat menjadi besar [Mat 13:31-32].

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku menghormati Paus Benediktus XVI sebagai pengganti rasul Petrus? Apakah aku berdoa baginya, dan bagi intensi-intensinya?
  • Apakah tanggapanku jika mendengar bahwa Allah memilih orang-orang yang sederhana? Apakah aku bersyukur atau mencemooh?

10:5-6 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Ayat ini kadang disalah-artikan, karena tidak dibaca dalam konteks keseluruhan ayat di Alkitab. Malah ada orang-orang yang berpendapat bahwa Yesus hanya datang untuk orang Yahudi. Tentu saja tidak demikian. Yesus ingin sebanyak mungkin orang dapat masuk menjadi anggota Kerajaan Allah, seperti yang dikatakan-Nya dalam amanat agung sebelum Ia naik ke surga [Mat 28:18-20]. Pada kesempatan itu, Yesus juga menjanjikan karunia Roh Kudus yang menjadikan para rasul sebagai saksi-Nya mulai dari Yerusalem, lalu meluas ke seluruh Yudea dan Samaria, dan akhirnya sampai ke ujung bumi [Kis 1:8]. Jadi Kerajaan Allah direncanakan Yesus untuk disebarkan ke seluruh dunia, dan karenanya bersifat universal, yaitu untuk semua orang.

Kenyataan bahwa Yesus memerintahkan agar para rasul pergi mewartakan kepada umat Israel terlebih dahulu itu berhubungan dengan rencana Allah yang telah memilih Israel sebagai bangsa pertama untuk menerima tawaran Sang Mesias.[5]

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku termasuk dalam bilangan ‘domba yang hilang’?
  • Apakah aku telah mewartakan Kristus pertama-tama di dalam lingkungan keluargaku? Di dalam lingkungan pekerjaanku?
  • Apa yang kuperbuat jika aku mendengar seorang teman/ saudaraku meninggalkan Gereja/ tidak lagi beriman kepada Kristus? Apakah aku mengajaknya kembali?
  • Apakah aku pilih-pilih dalam berteman? Apakah aku sudah menyapa mereka yang belum pernah menyapaku?
  • Apa yang kuperbuat untuk membuat umat di paroki lebih bersatu, saling memperhatikan dan menolong, terutama kepada yang menderita dan berkekurangan?

10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.

Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada seruan Yohanes Pembaptis [Mat 3:2]. Injil Matius menyebutkan seruan Yohanes ini setelah menjabarkan kisah kelahiran Yesus, sang ‘Raja’ [Mat 2:2] yang disembah oleh para Majus. “Kerajaan Sorga sudah dekat”, di sini menunjuk kepada Yesus, Sang Mesias; karena misi Yohanes Pembaptis adalah untuk mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus. Kerajaan Sorga yang disebutkan oleh Yesus juga menunjuk kepada diri-Nya, seperti yang dijelaskan oleh Yesus sendiri melalui perumpamaan penabur [lihat Mat 13:24 dan 13:37]. Yesus ‘menabur benih’ di dunia, dan benih gandum itu akan dibiarkan tumbuh bersama lalang sampai masa menuai di akhir jaman [Mat 13:30]. Di sini kita melihat bahwa Kerajaan Allah telah didirikan oleh Yesus, namun kesempurnaannya dicapai pada akhir jaman, saat gandum itu dipisahkan dari lalang; saat orang-orang yang baik dipisahkan dari yang jahat.

Kerajaan Sorga ini mengacu pada Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui ajaran-ajaran-Nya yang disertai dengan tanda-tanda mukjizat-Nya. Perintah Yesus ini serupa dengan dikatakan-Nya sebelum Dia naik ke surga, “…pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu….” [Mat 28:20]. Dengan demikian, Yesus menjadikan Pembaptisan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Kerajaan Allah itu, dan Pembaptisan harus diikuti dengan melaksanakan segala perintah-Nya.

Sekarang, apakah Kerajaan Allah sudah dekat bagi kita? Jawabnya tentu, YA! Karena Yesus sang Raja hadir dalam Ekaristi, jadi setiap kita menyambut Ekaristi, kita menyambut Yesus dan KerajaanNya, karena keduanya tak terpisahkan. Jadi Kerajaan Allah bukan saja hanya dekat, tetapi malah menghampiri dan bersatu dengan kita di dalam Ekaristi. Saat kita menerima Ekaristi, Kerajaan Allah bagi kita adalah di sini dan sekarang [‘here and now’], yang merupakan gambaran jaminan kemuliaan Kerajaan Surgawi yang akan datang.[6][lihat artikel: Sudahkah Kita Pahami Pengertian Ekaristi?] Ekaristi memampukan kita untuk tinggal di dalam kasih dan berbuat kasih, sehingga dengan demikian kita dapat menjadi saksi yang hidup tentang kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini. Jadi, walaupun kesempurnaan Kerajaan Allah itu dicapai di surga, namun sejak sekarang sudah dapat kita alami. Kehadiran Kristus di hati kita menjadikan Kerajaan Allah itu hadir ‘di sini dan sekarang’.

Sebagai tambahan, menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth, Kerajaan Allah dapat diartikan dalam 3 hal: 1] Yesus sendiri, karena seperti diajarkan oleh Origen, Yesus adalah Kerajaan Allah yang menjelma menjadi manusia; 2] Kerajaan Allah ada di dalam hati manusia yang berdoa memohon kedatangan Kerajaan Allah itu; 3] Gereja yang merupakan perwujudan Kerajaan Allah di dalam sejarah manusia.[7]

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku menghayati kedatangan Kerajaan Allah, saat aku menyambut Yesus yang hadir dalam Ekaristi?
  • Apakah aku layak disebut sebagai anggota Kerajaan Allah? Bagaimana dengan perkataan dan perbuatanku, apakah sesuai dengan ajaran Kristus?
  • Apakah aku cukup mensyukuri rahmat Pembaptisanku?
  • Apakah aku memiliki semangat untuk menyebarkan Injil Kerajaan Allah kepada semua orang?
  • Apakah aku sudah berbuat kasih untuk memberi kesaksian tentang kehadiran Tuhan di dalam hidupku?
  • Apakah aku menyadari bahwa di dalam hatiku ada Kerajaan Allah?
  • Apakah aku menghormati Gereja dan semua ajarannya, karena Gereja adalah perwujudan Kerajaan Allah di dunia?

10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Kuasa untuk melakukan tanda mukjizat diberikan oleh Yesus kepada para rasul secara cuma-cuma, karena itu Yesus tidak menginginkan mereka menarik keuntungan materi dari pelayanan mereka. Inilah yang menjadi tanda para hamba Allah sejati. Jika mereka meniru teladan Yesus dan para rasul, maka mereka haruslah hidup sederhana, tanpa menarik keuntungan pribadi dari segala pelayanan misi Kerajaan Allah.

Permenungan pribadi:

  • Jika aku melakukan tugas pewartaan Injil, apakah aku mencari keuntungan pribadi dari tugas pelayanan tersebut?
  • Jika aku mampu, apakah aku mau melakukan tugas pelayanan di Gereja dengan cuma-cuma? Dan melakukannya dengan suka cita?
  • Jika aku ketahui ada tetangga/ umat yang sakit, maukah aku mengunjungi dan berdoa bagi kesembuhannya?
  • Apakah aku mendukung semua pastor, terutama pastor paroki, dengan doa-doaku, agar Roh Kudus memberkati karya mereka untuk menyembuhkan dan mengusir kuasa jahat?

Marilah kita berdoa

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Bapa di Surga, aku mengucap syukur untuk Sabda-Mu yang mengingatkan aku tentang indahnya Kerajaan-Mu. Aku bersyukur karena Engkau telah mengangkatku untuk menjadi anggota Kerajaan-Mu lewat Sakramen Pembaptisan. Terima kasih ya Tuhan, untuk karunia rahmat Pembaptisan ini. Ampunilah aku jika aku belum sungguh-sungguh layak disebut sebagai anggota Kerajaan-Mu, terutama jika aku kurang mengimani bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, jika aku kurang bersyukur kepada-Mu dan jika aku gagal melakukan semua ajaran-Mu. Buatlah aku menyadari bahwa dengan menyambut Kristus dalam Ekaristi, aku menyambut Engkau sendiri. Bukalah mata hatiku agar melihat bahwa di dalam Ekaristi aku menerima mukjizat terbesar: Engkau yang ilahi mau masuk ke dalam tubuhku yang fana, karena Engkau mau mengangkatku, menyembuhkanku, dan membebaskan aku dari kematian kekal akibat dari dosa-dosaku. Yesus, bantulah aku supaya dapat hidup sesuai dengan ajaran-Mu agar dengan demikian aku dapat menjadi saksi yang hidup untuk meluaskan Kerajaan-Mu. Bantulah aku untuk taat kepada mereka yang telah Engkau pilih sebagai penerus para rasul-Mu, agar bersama-sama dengan mereka, aku dapat turut mewartakan Kerajaan-Mu sampai ke ujung dunia.

Bapa, terimalah doa ini yang kusampaikan di dalam nama Putera-Mu Yesus Kristus.

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

[1] John E. Steinmueller and Kathryn Sullivan, Catholic Biblical Encyclopedia, New Testament, [Joseph F. Wagner Inc., NY, 1956], p. 374.

[2] Lihat Lumen Gentium, Dokumen Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, 9, “Kedudukan umat itu ialah martabat dan kebebasan anak-anak Allah. Roh kudus diam di hati mereka bagaikan dalam kenisah. Hukumnya perintah baru itu mencintai, seperti Kristus sendiri telah mencintai kita [lih. Yoh 13:34]. Tujuannya Kerajaan Allah, yang oleh Allah sendiri telah dimulai di dunia, untuk selanjutnya disebarluaskan, hingga pada akhir zaman diselesaikan oleh-Nya juga, bila Kristus, hidup kita, menampakkan diri [lih. Kol 3:4], dan bila “makhluk sendiri akan di merdekakan dari perbudakan kebinasaan dan memasuki kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” [Rom 8:21]. Oleh karena itu umat masehi, meskipun kenyataannya tidak merangkum semua orang, dan tak jarang nampak sebagai kawanan kecil, namun bagi seluruh bangsa manusia merupakan benih kesatuan, harapan dan keselamatan yang kuat. Terbentuk oleh Kristus sebagai persekutuan hidup, cinta kasih dan kebenaran, umat itu oleh-Nya diangkat juga menjadi upaya penebusan bagi semua orang, dan diutus keseluruh bumi sebagai cahaya dan garam dunia [lih. Mat 5:13-16].”

[3] Dom Bernard Orchard, A Catholic Commentary on Holy Scripture, [Thomas Nelson and Sons, NY, 1953] p. 852-853, Injil Matius menyebutkan tentang “Kerajaan” ini sebanyak 51 kali, sedangkan Markus 14 kali, dan Lukas 39 kali.

[4] Ibid., p. 853

[5] Ibid., p. 869

[6] Lihat Katekismus Gereja Katolik, 1402, 1419

[7] Joseph Ratzinger, Pope Benedict XVI, Jesus of Nazareth, [Double Day, New York, USA, 2007], p.49-50

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề