Fakta apa yang disajikan oleh penulis untuk melandasi opininya

Di era digital yang arus informasinya bergerak sangat cepat seperti sekarang ini, artikel menjadi salah satu bacaan yang paling sering kita baca. Dalam sehari mungkin kamu bisa membaca lima atau lebih artikel dari HP atau laptop kamu. Baik itu untuk keperluan mengerjakan tugas sekolah atau untuk membaca berita terkini dari dalam atau luar negeri atau sekadar bacaan hiburan untuk mengisi waktu luang kamu. Tapi kamu masih inget, kan, artikel itu apa? Iya, kamu bener. Artikel adalah karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai, yang berisi fakta dan opini, yang dapat mendidik, membujuk, dan meyakinkan pembaca atau sekadar menghibur pembaca. Artikel biasanya membahas sebuah isu atau kejadian yang sedang berlangsung atau yang sudah terjadi. Seperti yang tadi udah disinggung, dalam artikel terdapat fakta dan opini, temen-temen. Kita harus bisa membedakan kedua hal ini saat membaca sebuah artikel, supaya kita tidak salah menganggap opini penulis sebagai fakta. Supaya kamu lebih paham perbedaan fakta dan artikel, yuk, kita belajar bersama-sama.

A. Fakta

Seperti yang sudah kamu duga, fakta adalah keadaan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi di kehidupan nyata. Kebenaran yang dikandung dalam fakta ini sudah terbukti dan terverifikasi. Oleh karena itu saat berhadapan dengan fakta, tidak ada orang yang bisa membantahnya. Misalnya, saat seseorang mengatakan bahwa matahari terbit dari timur, kita tidak bisa membantahnya karena hal itu benar-benar terjadi.

Nah, tapi kamu juga mesti inget kalau fakta dibagi menjadi dua jenis, temen-temen, yaitu:

  1. Fakta umum. Fakta umum merupakan fakta yang kebenarannya berlaku selamanya atau sepanjang zaman. Contohnya: Ikan bernafas dengan insang.
  2. Fakta khusus. Fakta khusus merupakan fakta yang kebenarannya bersifat sementara atau hanya berlaku dalam kurun waktu tertentu. Contohnya: Saat ini Anjar duduk di kelas 3 SMA 2 Negeri Semangus.

Dalam sebuah artikel, fakta biasanya didapat dari tiga sumber, yaitu:

  1. Fakta dari peristiwa yang benar-benar terjadi atau nyata.
  2. Fakta dari hasil riset sebuah lembaga atau seseorang yang kompeten di bidangnya.
  3. Fakta dari pendapat seseorang yang kompeten dan kredibel, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukannya terhadap sebuah peristiwa.

Jadi, dalam artikel, kita bisa dengan mudah membedakan kalimat fakta dengan memperhatikan ciri-cirinya. Kamu simak, ya, ciri-ciri kalimat fakta di bawah ini.

  • Kalimat fakta berisi fakta yang kebenarannya yang dapat dibuktikan dan diverifikasi oleh siapa pun.
  • Kalimat fakta berisi informasi atau data yang akurat mengenai sebuah kejadian, seperti waktu kejadian dan lokasi kejadian.
  • Kalimat fakta bersifat objektif, artinya data yang ditampilkan benar-benar sesuai kenyataan, tidak dibuat-buat, tidak memihak, dan tidak dipengaruhi pandangan pribadi atau subjektivitas penulisnya.
  • Kalimat fakta biasanya dapat menjawab 5W + 1H [what, where, when, who, why, dan how].
  • Kalimat fakta biasanya disertai data angka yang menunjukkan statistik atau jumlah sebenarnya dalam sebuah kejadian. Contohnya seperti dalam kalimat “Jumlah pasien virus corona COVID-19 di Indonesia bertambah sebanyak 55 kasus pada Rabu [18/3/2020] malam. Hingga Kamis [19/3/2020] pukul 10.00 WIB hari ini, total pasien yang positif COVID-19 di Indonesia menjadi 227 kasus dengan 11 sembuh dan 19 meninggal”.

B. Opini

Berbeda dengan kalimat fakta yang mengandung kebenaran yang sudah terbukti, kebenaran dalam opini belum terbukti, temen-temen. Itu karena kalimat opini mengandung pendapat, pandangan, gagasan, sikap, saran atau solusi penulis terhadap sebuah masalah atau kejadian yang sedang dibahas dalam artikelnya. Sekalipun demikian, bila sebuah opini pada akhirnya terbukti kebenarannya, maka opini tersebut berubah menjadi fakta, temen-temen.

Nah, seperti fakta, opini juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Opini individu atau perorangan. Opini ini merupakan gagasan atau opini yang dikemukakan oleh individu atau satu orang. Misalnya dalam kalimat “Sepertinya malam nanti akan hujan deras.”
  2. Opini umum. Opini yang kedua merupakan opini yang gagasan atau pendapatnya diakui oleh banyak orang. Misalnya dalam kalimat “Sering mandi di malam hari bisa menyebabkan rematik.”

Untuk dapat membedakan kalimat opini dari kalimat fakta, kamu bisa memperhatikan ciri-ciri kalimat opini. Apa aja, sih, ciri-cirinya? Ini dia ciri-cirinya, temen-temen:

  • Kalimat opini tidak dapat atau belum dapat dibuktikan kebenarannya.
  • Kalimat opini bersifat subjektif, yang biasanya diikuti pendapat, saran, dan uraian yang menjelaskan pandangan penulis terhadap suatu masalah atau kejadian.
  • Kalimat opini didasarkan pendapat pribadi, tidak berdasarkan narasumber yang kompeten dan kredibel.
  • Kalimat opini berisi tanggapan penulis atas sebuah masalah atau kejadian.
  • Kalimat opini menunjukkan peristiwa yang belum pasti terjadi.
  • Kalimat opini biasanya menggunakan kata-kata yang sifatnya tidak pasti. Contohnya, mungkin, rasanya atau sepertinya.
  • Kalimat opini juga biasanya menggunakan kata-kata yang sifatnya memberi saran atau solusi. Contohnya, seharusnya atau sebaiknya.

Gimana, temen-temen? Mudah bukan membedakan kalimat fakta dan kalimat opini dalam sebuah artikel? Kalau kamu masih pengen belajar lebih dalam mengenai perbedaan kalimat fakta dan kalimat opini ini, kamu bisa belajar bareng kita di aplikasi Pahamify. Caranya gampang banget! Kamu cuma tinggal buka Google Play atau App Store di HP kamu, terus unduh dan langganan Pahamify, deh. Kita tunggu, ya, temen-temen.

Penulis: Salman Hakim Darwadi

 

 Nama : Risal Fadhil Rahardiansyah Kelas : XII IPS-3  No. : 26

TUGAS [halaman 149]

 1. Perhatikan gambar berikut. 2. Pilihlah satu gambar yang menurut Anda menarik untuk dijadikan tema sebuah artikel! Diharapkan Anda bisa memahami isu dalam gambar dan menyampaikan fakta yang sesuai dengan gambar tersebut. Polemik Pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur Tulislah minimal lima fakta terkait gambar tersebut ke dalam kolom fakta berikut. Gunakan kalimat yang efektif.  Nomer Fakta 1. Besarnya populasi menyebabkan daya dukung Pulau Jawa semakin menurun, terutama DKI Jakarta, kemacetan dan kurangnya akses transportasi publik menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 56 triliun per tahun. 2. Bappenas dalam kajiannya menyatakan bahwa pemindahan IKN akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional dengan prediksi kenaikan PDRB sebesar 0,1%. 3. Secara spesifik Bappenas memperhitungkan akan terjadi peningkatan upah tenaga kerja bagi wilayah sekitar yang dicerminkan dengan kenaikan price of labour

 

sebesar 1,37% 4. Apabila perencanaan yang dilakukan benar-benar matang, efek pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat tumbuh dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 0,2% karena adanya dorongan investasi baru. 5. Bappenas merencanakan akan memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk  berinvestasi agar terjadi peningkatan arus perdagangan sebesar 50% sebagai dampak pertumbuhan kawasan industri di IKN yang terhubung dengan wilayah lain di Indonesia 6. Riset Indef menemukan pemindahan ibu kota ke provinsi ini berdampak 1,77  persen terhadap PDRB atau Pendapatan Domestik Regional Bruto di Kalimantan Timur. 7. Namun, kontribusinya pada PDB nasional hanya 0,0001 persen dan sebaliknya  pemindahan ibu kota ini berkontribusinegatif pada PDRB provinsi lain hingga 0,04  persen. 8. Pemindahan IKN berdampak terhadap kenaikan inflasi secara nasional yang diperkiraka akan terdapat kenaikan inflasi sebesar 0,2% selama proses perpindahan IKN. 9. Dari aspek pembiayaan, walaupun pemerintah sudah menyatakan hanya 19,2% dari total kebutuhan anggaran Rp446 triliun ditanggung oleh APBN, namun terdapat risiko penambahan beban anggaran negara apabila terjadi kegagalan pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta. 10. Bappenas memperhitungkan bahwa ada dua skenario kebutuhan total pembiayaan  berdasar desain dari IKN, yaitu sebesar Rp466 Triliun dan Rp323 Triliun.

 

4. Susunlah kalimat fakta tersebut dalam beberapa paragraf.

Polemik Pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur

Besarnya populasi menyebabkan daya dukung Pulau Jawa semakin menurun, terutama DKI Jakarta, kemacetan dan kurangnya akses transportasi publik menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 56 triliun per tahun. Menyikapi hal tersebut, pemerintah pusat secara resmi mengumumkan keputusannya untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur. Pemerintah memperhitungkan bahwa ada dua skenario kebutuhan total  pembiayaan berdasar desain dari IKN, yaitu sebesar Rp466 Triliun dan Rp323 Triliun . Bappenas dalam kajiannya menyatakan bahwa pemindahan IKN akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional dengan prediksi kenaikan PDRB sebesar 0,1%. Secara spesifik Bappenas memperhitungkan akan terjadi peningkatan upah tenaga kerja bagi wilayah sekitar yang dicerminkan dengan kenaikan

 price of labour 

 sebesar 1,37%. Bappenas merencanakan akan memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk  berinvestasi agar terjadi peningkatan arus perdagangan sebesar 50% sebagai dampak  pertumbuhan kawasan industri di IKN yang terhubung dengan wilayah lain di Indonesia. Apabila perencanaan yang dilakukan benar-benar matang, efek pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat tumbuh dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 0,2% karena adanya dorongan investasi baru. Riset Indef menemukan pemindahan ibu kota ke provinsi ini berdampak 1,77 persen terhadap PDRB atau Pendapatan Domestik Regional Bruto di Kalimantan Timur. Namun, kontribusinya pada PDB nasional hanya 0,0001 persen dan sebaliknya pemindahan ibu kota ini berkontribusinegatif pada PDRB provinsi lain hingga 0,04 persen. Pemindahan IKN berdampak terhadap kenaikan inflasi secara nasional yang diperkiraka akan terdapat kenaikan inflasi sebesar 0,2% selama proses perpindahan IKN. Di sisi lain ada beberapa risiko dari pemindahan IKN keluar Pulau Jawa. Risiko terutama terkait dengan kesiapan daerah tujuan dalam aspek infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề