Hal apakah yang dapat diteladani dari tokoh Ki Hajar Dewantara

Grace Eirin Selasa, 7 Desember 2021 | 09:30 WIB

Meneladani dan mencontoh sikap yang dimiliki Ki Hajar Dewantara. [pch.vector/freepik]

Bobo.id - Teman-teman, coba sebutkan apa saja jasa yang dilakukan Ki Hajar Dewantara? 

Beliau juga seorang Menteri Pendidikan Pertama di Indonesia, yang kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1959. 

Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa [National Onderwijs Institur Taman Siswa] pada 3 Juli 1922, di Yogyakarta. 

Dengan perjuangan dan jasa tersebut, Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.

Selain itu, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara kemudian juga diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. 

Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan Materi Pahlawan Nasional Indonesia

Nah, pada pelajaran kelas 4 SD Tema 5, teman-teman akan mempelajari mengenai Ki Hajar Dewantara.

Terdapat pertanyaan, sikap apa yang bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantara? 

Untuk menemukan kunci jawaban pertanyaan tersebut, mari kita perhatikan penjelasan berikut ini. 

Jasa Ki Hajar Dewantara

Sejak usia muda, Ki Hajar Dewantara telah aktif menulis dan mengemukakan pendapatnya terhadap penjajahan dan pendidikan di Indonesia. 

Beliau aktif dalam berbagai organisasi seperi Budi Utomo, dan Indische Partij yang kemudian diganti dengan Komite Bumiputera pada 1913.

Page 2

Page 3

pch.vector/freepik

Meneladani dan mencontoh sikap yang dimiliki Ki Hajar Dewantara.

Bobo.id - Teman-teman, coba sebutkan apa saja jasa yang dilakukan Ki Hajar Dewantara? 

Beliau juga seorang Menteri Pendidikan Pertama di Indonesia, yang kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1959. 

Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa [National Onderwijs Institur Taman Siswa] pada 3 Juli 1922, di Yogyakarta. 

Dengan perjuangan dan jasa tersebut, Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.

Selain itu, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara kemudian juga diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. 

Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan Materi Pahlawan Nasional Indonesia

Nah, pada pelajaran kelas 4 SD Tema 5, teman-teman akan mempelajari mengenai Ki Hajar Dewantara.

Terdapat pertanyaan, sikap apa yang bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantara? 

Untuk menemukan kunci jawaban pertanyaan tersebut, mari kita perhatikan penjelasan berikut ini. 

Jasa Ki Hajar Dewantara

Sejak usia muda, Ki Hajar Dewantara telah aktif menulis dan mengemukakan pendapatnya terhadap penjajahan dan pendidikan di Indonesia. 

Beliau aktif dalam berbagai organisasi seperi Budi Utomo, dan Indische Partij yang kemudian diganti dengan Komite Bumiputera pada 1913.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat Foto

KOMPAS/JITET

Ilustrasi Ki Hadjar Dewantara

KOMPAS.com - Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa lepas dari perjuangan Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri Taman Siswa sebagai fasilitas pendidikan kaum pribumi. Sehingga kaum pribumi mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang bangsawan.

Ki Hajar Dewantara dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional pada 28 November 1959 melalui SK Presiden No 305 Tahun 1959 oleh Presiden RI Sukarno.

Dalam buku 27 Karakter Tauladan Tokoh Indonesia [2019] oleh Rahmat Putra Tudha, berikut sikap teladan dari Ki Hajar Dewantara:

  • Cinta terhadap pendidikan

Hal ini artinya seseorang harus mencurahkan segala usaha dan upaya dalam bisang pendidikan, baik pelajar maupun guru. Jasilnya adalah kesadaran betapa pentingnya pendidikan.

Baca juga: Sikap Teladan dari Raden Ajeng Kartini

Cinta pada pendidikan juga dapat diartikan pengabdian diri terhadap pendidikan. Seperti Ki Hajar Dewantara yang sangat mencintai pendidikan.

Hingga beliau mendedikasikan hidupnya membangun konsep pendidikan di Indonesia. Selain itu juga menyadarkan pemerintah betapa pentingnya pendidikan.

Beliau terus berupaya membuat metode baru dalam pendidikan dan mencurahkan hidupnya sebagai tenaga pelajar. Sehingga gelar Bapak Pendidikan disandangnya.

Baca juga: Teladan Tokoh Persatuan dari Papua

  • Seorang guru yang teladan

Dilansir dari buku Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan [2008] karya Slamet Muljana, seorang guru harus memiliki tiga sifat yang menjadi semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu:

  1. Ing ngarsa sung tulada, artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi contoh atau menjadi panutan.
  2. Ing madya mangun karsa, yaitu seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya.
  3. Tut wuri handayani, yang bermakna seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang, dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karuya anak-anak didiknya.

Perilaku guru akan menjadi sarana penyampaian pesan paling efektif bagi peserta didik. Perilaku ini yang akan menjadi teladan bagi kehidupan sosial peserta didik.

  • Pembela keadilan dari penindasan

Perlawanan ketidakadilan masa penjajahan Belanda membuat Ki Hajar Dewantara bergabung ke organisasi Boedi Oetomo.

Baca juga: Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Bangsa

Beliau membangun kekuatan melalui organisasi-organisasi yang bergerak di bidang politik dan sosial. Perlawanannya dilakukan lewat dunia pendidikan.

Beliau memperjuangkan pendidikan kepada kaum pribumi agar dapat melawan penindasan yang dilakukan oleh para penjajah. Dari situlah lahir pejuang-pejuang intelektual dari kaum pribumi.

Pemuda-pemuda berpendidikan ini menjadi kekuatan baru dalam menghadapi penjajah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ki Hajar Dewantara sedang membaca buku. /Pikiran Rakyat/

PRIANGANTIMURNEWS- Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional yang menjadi Bapak Pendidikan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara juga merupakan pelopor kemajuan pendidikan Indonesia saat ini.

Hari Pendidikan Nasional [Hardiknas] diperingati setiap tanggal 2 Mei yang bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara. Peringatan Hardiknas ini juga untuk menghargai jasa-jasa Ki Hajar Dewantara bagi Pendidikan Indonesia.

Sebagai generasi masa depan, sudah seharusnya mampu meneladani sikap Ki Hajar Dewantara yang telah dikutip Priangantimurnews dari Instagram @sejutacita.

Baca Juga: Hardiknas 2021, Kementerian PUPR Rehabilitasi 2.247 Sekolah Sejak 2019 hingga 2020

Pertama, Semangat Belajar.
Ki Hajar Dewantara memiliki sikap selalu semangat belajar, tidak pernah merasa cukup atas ilmu yang telah didapatkan. Dengan selalu semangat belajar dapat memperluas pengetahuan dan menjadi sumber daya manusia [SDM] yang berkualitas.

Kedua, Tanamkan Mindset 'Belajar Bukan Hanya untuk Meraih Nilai'.
Mengeyam Pendidikan bukan hanya soal intelektualitas, tapi juga untuk membentuk karakter atau attitude yang baik dan benar.

Sehingga, belajar bukan hanya tentang nilai yang bagus, tapi juga tentang kepribadian atau moralitas. belajarlah untuk mendapat ilmu bukan mengejar nilai berbasis angka.

Baca Juga: 5 Tanda-tanda hadirnya Malam Lailatul Qadar, Melihat Kondisi Alam dan Sekitarnya

Sumber: Instagram sejutacita

-fakta tokoh-

Faktatokoh.com-Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, telahditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden pertama Republik Indonesia, I.R Soekarno. Dan sampai sekarang, tanggal kelahiran beliau [2 Mei 1889] kerap kita peringati sebagai hari pendidikan Nasional, untuk menghormati perjuangannya dalam bidang pendidikan. Sosok ini juga terkenal dengan ketiga ajarannya, diantaranya adalah :

   "Ing ngarso sung tulodo – Di depan memberikan teladan"


   "Ing madyo mangun karso – Di tengah menciptakan ide"
   "Tut wuri handayani – Di belakang memberikan dorongan atau semangat".

Semboyan tersebut tidak hanya menjadi acuan para guru atau pengajar [khususnya di Indonesia] dalam menjalankan proses pendidikan, tetapi juga bisa diterapkan oleh para pelajar. Selain semboyan dari Ki Hajar Dewantara yang sangat menginspirasi, ada beberapa hal yang bisa kita teladani dari sosok bapak pendidikan Nasional ini. Diantaranya,


Ulet dan pantang menyerah

Ki Hajar Dewantara pernah menjadi seorang wartawan di beberapa perusahaan suratkabar, dan ia adalah seorang wartawan yang ulet. Beliau juga merupakan seorang penulis yang handal, karena tulisannya dinilai sangat komunikatif, tajam dan bersifat patriotik sehingga dapat membangkitkan semangat antikolonial bagi para pembacanya. Pada tanggal 25 Desember 1912, bersama Douwes Dekker [Dr. Danudirdja Setyabudhi] dan juga dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara membangun sebuah partai politik yang memiliki tujuan mencapai Indonesia yang merdeka. Nama partai tersebut adalah Indsche Partij. Tapi, partai tersebut di tentang, ketika mereka berusaha untuk memperoleh status badan hukum. Partai tersebut dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menentang pemerintah Belanda. Namun, Ki Hajar Dewantara  tidak menyerah. Ia membentuk sebuah Komite Bumipoetra pada bulan November 1913, dengan tujuan untuk mengkritik pemerintah Belanda. Sampai akhirnya, salah satu karyanya yang berjudul “Seandainya aku seorang Belanda” membuat Ki Hajar Dewantara mendapat hukuman pengasingan. Tapi dari masa penghukuman itulah, Ki Hajar Dewantara mendapatkan pelajaran baru, yang tidak ia dapatkan di Indonesia. Tetap berpikir positif dalam keadaan sulit sekalipun.

Ketika karya tulisnya yang berjudul “Seandainya aku seorang Belanda” menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Belanda,

Para pendiri komite Bumi Putra ini pun diasingkan ke Bangka. Namun, dalam masa pengasingan tersebut, Ki Hajar Dewantara tetap aktif dalam kegiatan organisasi pelajar dan mahasiswa Indonesia. Bersentuhan dengan budaya Barat pada masa pengasingan tersebut, tak membuat Ki Hajar Dewantara melupakan Negerinya sendiri. Beliau mengambil hal-hal positif dari Bangsa lain, untuk memperkaya kebudayaan Negeri. Ki Hajar Dewantara pun mempelajari ilmu pendidikan disana sampai akhirnya, Beliau mendapatkan ijazah pendidikan bergengsi Europeesche Akta, untuk mewujudkan cita-citanya memajukan pendidikan di Indonesia.

Gemar membaca

Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh nasional yang terkenal dengan kegemarannya dalam membaca. Dengan membaca, seseorang tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, memperbanyak kosakata, memperbaiki memori otak dan meningkatkan kemampuan berpikir analitis, tetapi juga dapat mengurangi stress seseorang, stimulasi mental, dan juga dapat memberikan ketenangan. Jadi, kegemaran membaca seorang Ki Hajar Dewantara itulah yang membuat pemikiran beliau semakin maju kedepan.

Rendah hati

Seperti yang kita ketahui, nama asli dari Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi. Namanya menunjukkan bahwa Beliau adalah seorang bangsawan, dan memang, Ki Hajar Dewantara besar di lingkungan keraton Yogyakarta. Alasan Beliau mengganti namanya di usia 40 tahun adalah, karena Ki Hajar Dewantara ingin menjadi lebih dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Mencintai Negara.

Rasa cintanya pada Negara, membuat rasa kepedulian tumbuh dalam diri Ki Hajar Dewantara. Hal itu terbukti dari perjuangannya yang tidak terhenti, ketika pemerintah Belanda menolak partai Indische Partij [partai yang bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka] untuk mendapatkan status badan hukum.  Beliau kembali ke Indonesia setelah berakhirnya masa penghukuman dan mendirikan Taman Siswa. Taman Siswa didirikan karena adanya ketidakpuasan terhadap system Pendidikan yang ada di masa itu. Waktu itu, Pemerintah Belanda hanya memberikan kesempatan kepada anak bangsawan, konglomerat dan kalangan raja saja untuk bersekolah. Tetapi, berdirinya Taman Siswa memberikan harapan yang baru untuk rakyat kelas menengah dan kebawah. Karena disinilah, mereka dapat mengikuti kegiatan belajar Taman Siswa yang berfokus untuk mengajarkan rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air.

Sosok Teladan Dari Ki Hajar Dewantara

Sekolah ini dianggap menjadi ancaman, karena dianggap menanamkan benih-benih perlawanan terhadap Pemerintah Belanda. Sampai akhirnya, di buatlah sebuah peraturan mengenai Ordonansi Sekolah Liar tahun 1932. Namun, tuntutan Ki Hajar Dewantara berhasil membuat peraturan itu dicabut. Itulah 5 hal yang bisa kita teladani dari sosok Ki Hajar Dewantara. Sebagai generasi penerus Bangsa, sudah seharusnya sikap-sikap tersebut tertanam dalam diri kita, agar kita dapat mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.

Demikianlah tulisan tentang 5+ Hal Yang Bisa di Contoh Oleh Generasi Milenial Dari Sosok Ki Hajar Dewantara, senoga denagan adanya tulisan ini dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi segenap pembaca. Adapun penulis artikel ini adalah Clarissa Elizabeth. Terima kasih.

-FaktaTokoh-

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề