Hal hal yang perlu diperhatikan dalam bermain drama

Oleh M. Rifan Fajrin Oktober 08, 2015

rifanfajrin.com - Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain Peran


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bermain Peran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran adalah lafal, intonasi, ekspresi, penghayatan, dan gerak tubuh yang sesuai dengan watak tokoh yang diperankan. 


Seperti yang dijelaskan oleh Wiyanto [2007:68] bahwa calon aktor mencoba bermain drama. Drama yang dimainkan tentu dipilih naskah yang sederhana dan tidak panjang. Calon aktor melafalkan dialog tokoh yang perankan dan membayangkan akting yang akan dilakukannya. Dari mana dia muncul, bergerak ke mana, dialog apa yang diucapkan, bagaimana mengucapkan [pelan atau keras], bagaimana ekspresi wajah dan gerakan anggota tubuh, semua dibayangkan.

Rendra [1982:86] menyatakan bahwa dalam berdeklamasi, berkisah, dan berpidato secara teknis ada tiga hal yang penting untuk diingat yaitu, teknik suara, sikap jasmani [seluruh tubuh dan anggota badan], dan cara penyampaian. Jadi berdeklamasi, berkisah, dan berpidato pada hakikatnya adalah cara menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada hadirin dengan lisan, dan hadir di hadapan penonton sehingga sikap jasmani dan teknik suara sesuatu yang penting untuk dihadirkan dengan penyampaian yang menarik pula.

Selain Rendra, Purwanto [1968:159] juga berpendapat mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermaian peran. Menurut Purwanto, pemain harus dapat merasakan perasaan yang terkandung dalam suatu pengucapan dan mengucapkannya sesuai dengan perasaan yang mendorongnya. Supaya penonton dapat mengikuti dan merasakan percakapan yang sedang berlangsung di panggung, maka haruslah pemain memperlihatkan modulasi dan intonasi yang jelas dan irama yang hidup. Konsonan dan vokal hendaknya jelas artikulasinya, pernapasan dan penggunaan alat bicaranya hendaklah diatur sebaik-baiknya.

Dalam hal yang sama, Harymawan [1988:45] berpendapat bahwa ada tiga bahan bagi aktor untuk menggambarkan apa yang telah ditentukan penulis lewat tubuh dan wataknya yaitu, [1] mimik : pernyataan atau perubahan muka, mata, mulut, bibir, hidung, dan kening, [2] plastik: cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota tubuh, [3] diksi: cara penggunaan suara atau ucapan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek yang harus diperhatikan pemeran dalam bermain peran adalah vokal, intonasi, ekspresi, dan gerak tubuh.

Vokal

Vokal dalam KBBI [2007:858] adalah yang berhubungan dengan suara. Bagi pemeran teknik pengucapan jelas mempunyai tempat yang sangat penting di dalam pekerjaannya, karena suaralah yang akan menyampaikan ucapan dalam naskah drama yang diperankannya.

Menurut Wiyanto [2002:60] vokal adalah suara dari mulut yang membunyikan kata-kata yang dirakit menjadi kalimat-kalimat untuk mengutarakan perasaan dan pikiran.

Sebagai seorang pemeran hendaknya memiliki kemampuan untuk mengolah vokal agar lafal yang dihasilkan menjadi baik, jelas, dan mudah untuk dipahami. Seorang pemeran harus mempunyai vokal yang kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas. Seorang pemeran perlu membaca puisi dengan suara lantang di depan teman-temannya. Manfaatnya, untuk melatih vokal supaya terbiasa melakukan perubahan nada suara sebagai akibat adanya perubahan perasaan  dalam berbagai situasai.

Intonasi

Intonasi menurut Raharjo [1986:86] adalah nada suara dalam pengucapan dialog. Setiap tokoh pada dasarnya memiliki intonasi masing-masing. Perbedaan intonasi yang mudah dikenali misalnya, intonasi perempuan dan laki-laki atau anak-anak dengan orang tua.

Sebagai seorang pemeran memiliki kewajiban menemukan intonasi yang tepat dari tokoh yang diperankannya. Apakah tokoh itu perempuan, laki-laki, anak-anak, pemuda atau orang tua. Selain itu, perubahan emosi pada dialog tokoh juga menuntut intonasi yang berbeda misalnya, emosi marah, sedih, menyindir, meratap dan lain-lain.

Intonasi penting dikuasai oleh setiap pemeran, karena tidak jarang dialog menjadi janggal dan salah arah disebabkan pegucapan intonasinya tidak tepat. Mengucapkan intonasi yang berbeda dapat merubah arti kata atau kalimat, misalnya kata “panas” atau “dingin” bila diucapkan dengan intonasi yang berbeda-beda akan mengandung arti dan tujuan yang berbeda-beda pula.

Mimik

Mimik dalam KBBI [2007:744] berarti peniruan dengan gerak-gerik anggota badan dan raut muka. Dalam hal ini siswa harus menunjukkan mimik muka yang sesuai dengan tuntutan peran yang terdapat dalam naskah drama.

Ekspresi disebut juga mimik yaitu seorang pemeran drama menggunakan wajahnya untuk memerankan karakter tertentu. Organ yang ada pada wajah digunakan untuk memperkuat karakter. Organ tersebut seperti mata, hidung, alis, mulut dan lainnya. Misalnya, saat memerankan orang yang marah, maka mata dibuka lebar-lebar atau melotot.

Ekspresi yang ditampilkan pemeran haruslah yang wajar dan tidak dibuat-buat. Untuk dapat mengekspresikan karakter tokoh dengan wajar dan tidak dibuat-buat, seorang pemeran harus menghayati peran yang diperankan dengan cara menelaah peran yang dimainkan kemudian dicamkan benar-benar di alam khayal seorang pemeran agar dapat maksimal dalam menghayatinya.

Menurut Raharjo [1986:79] Ada beberapa cara untuk menghayati tokoh yang diperankan yaitu, [1] dengan cara mengumpulkan keterangan-keterangan mengenai peran yang akan dibawakan, [2] meneliti peran yang dibawakan, [3] menguraikan peran yang dibawakan, dan [4] menyimpulkannya.

Gerak Tubuh

Bila seorang penjahit bekerja menghasilkan baju, maka seorang pemeran menghasilkan gerak di panggung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa segala perbuatan pemeran di panggung termasuk gerak-geriknya, merupakan hasil kerjanya. Pemeran harus mempelajari dan melatih secara berulang-ulang semua gerakan yang sesuai dengan tokoh yang diperankan. Misalnya, makan dengan tangan tanpa sendok dan garpu, duduk santai sambil mengobrol, membaca surat, dan lain-lain.

Penghayatan seperti ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh supaya pemeran dapat melakukannya dengan sempurna seperti yang dikehendaki naskah. Sebab, kalau sudah dipraktikkan di panggung tidak dapat diulang atau diperbaiki.

Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh pemeran adalah [a] gerakan yang dilakukan harus ada maksud dan tujuan, [b] gerakan harus menarik, [c] gerakan dilakukan secara berurutan, [d] gerakan hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerakan mundur atau menyamping, kecuali ada alasan tertentu, dan [e] gerakan yang cepar menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya, gerakan yang lambat menunjukkan kesedihan, keputusasaan, atau kekhidmatan [Wiyanto 2002:68]. 

Baca Juga : Teknik Tutor Sebaya dalam Pembelajaran

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bermain drama: 1. Penggunaan bahasa, cara pelafalan dan intonasi harus relevan. Logat yang digunakan sesuai dengan peran yang dimainkan. 2. Ekspresi tubuh dan mimik harus disesuaikan dengan dialog. 3. Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat berimprovisasi di luar naskah.

4. Pemeran hendaknya memerhatikan petunjuk laku yang ada dalam naskah sehingga gerak, mimik, dan suasananya bisa seperti yang diharapkan.

1.      Relaksasi

Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif [santai] tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.

Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespon sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien.

Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respon terhadap segala sesuatu. Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri [pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang] seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.

Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun.

Gesture adalah impuls [rangsangan], perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi [perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi].

Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan sehari-hari.

Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara berkesinambungan.

Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.

   Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.

Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan actor cirebon dengan masres [sejenis teater tradisional cirebon] yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,.

Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat.

Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada Emosi bagi pemeran yang sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa Organ suara maka se-orang yang mampunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku.

Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari Inter Akting [Gerakan Dalam].

Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh actor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, Berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomime, Tata Rias.

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.

Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.


Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề