Ibrah keteladanan Salahuddin yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari

Lihat Foto

Wikimedia Commons

Salahuddin Ayyubi adalah Sultan Mesir ternama, dan pendiri 'Dinasti Ayyubiyah.'

KOMPAS.com - Dinasti Ayyubiyah yang didirikan Shalahuddin Al-Ayyubiyah memiliki peranan penting dalam peradaban Islam.

Perluasan dan penyebaran ajaran Islam terus dilakukan di wilayah Timur Tengah, dan Asia Tengah.

Perkembangan Dinasti Ayyubiyah tidak hanya penyebaran ajaran Islam tapi juga dibidang lain.

Bidang-bidang tersebut seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, kesehatan, dan arsitektur.

Bagaimana kebijakan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam membangun pemerintahannya.

Baca juga: Faktor Pendukung Berdirinya Dinasti Ayyubiyah 

Dalam buku Shalahuddin Al-Ayyubi: Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis [2007] karya Ali Muhammad Ash-Shallabi, Shalahuddin Al-Ayyubi telah mengumumkan perang terhadap madzhab Syiah Rafidhiyah Ismailiyah.

Ia juga telah mampu menjalankan rencana yang telah dibuat oleh Nuruddin Zanki dalam rangka mengakhiri dinasti sebelumnya.

Shalahuddin Al-Ayyubi telah memerangi akidah yang rusak di Mesir dan mengembalikan pemikiran Islam yang benar melalui strategi yang jelas.

Dinasti Ayyubiyah yang datang setelah beberapa dinasti beraliran sunni lainnya telah memberi andil dalam penyebaran ajaran Al Kitab dan As-Sunnah dikalangan umat Islam.

Dinasti Ayyubiyah telah memperluas penyebaran akidah Ahlus Sunnah di Mesir dan segenap penjurunya.

Sang Sultan menangis melihat keluarga terpecah belah akibat perang.

Kamis , 07 Jun 2018, 13:15 WIB

historia

Pasukan Muslim dipimpin Salahuddin mengepung Pasukan Salib di Lembah Hittin

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalahuddin al-Ayyubi, sultan yang juga panglima perang itu, berhadap-hadapan dengan Balian de Ibelin, salah satu pemimpin terpenting tentara Salib. Pertempuran yang baru terjadi antara kedua belah pihak meninggalkan kekalahan besar di pihak Balian. Sang Sultan, Shalahuddin al- Ayyubi, menghentikan pertempuran dan secara damai meminta Balian menyerahkan Yerusalem kepada kaum Muslimin dengan beberapa penawaran.

“Aku akan mengantarkan tiap-tiap jiwa [orang] kalian [umat Kristen] dengan aman ke wilayah-wilayah Kristen, setiap jiwa dari kalian, wanita, anak-anak, orang tua, seluruh pasukan dan tentara, dan juga ratu kalian. Dan, aku akan mengembalikan raja kalian dan pada apa yang Tuhan kehendaki atasnya. Tidak satu pun dari kalian akan disakiti. Aku bersumpah,” Shalahuddin menyampaikan tawarannya.

“Orang-orang Kristen membantai setiap Muslim yang ada di dalam tembok Kota Yerusalem ketika mereka merebut kota ini,” jawab Balian, ragu.

“Aku bukan orang-orang [pembantai] itu. Aku adalah Shalahuddin. Shalahuddin,” tegas Shalahuddin.

“Jika demikian, dengan perjanjian itu aku menyerahkan Yerusalem [pada umat Islam],” Balian mengambil keputusan.

Yerusalem

Dialog tersebut mewarnai bagian akhir sebuah film yang diangkat dari kisah Perang Salib II pada abad ke-12, Kingdom of Heaven. Film yang disutradarai seorang Inggris dengan skenario ditulis seorang Amerika itu tidak saja menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Shalahuddin, tetapi juga sikap toleransi dan ketidaksukaan sang panglima pada perang.

Meski dikenal jago berperang di padang pasir sehingga dijuluki Singa Padang Pasir, Shalahuddin sejatinya lebih suka menghindari perang dan menghentikan perang secara damai, meski musuhnya telah di ambang atau bahkan telah menelan kekalahan. Ia tidak membalas kejahatan pasukan Salib yang membunuh setiap Muslim di Yerusalem saat berhasil merebut kota suci itu lebih dari seabad sebelumnya.

Buku The Crusades Through Arab Eyes [1984] karya Amin Maalouf menjelaskan, Shalahuddin al-Ayyubi selalu ramah pada siapa pun yang datang mengunjunginya, selalu meminta mereka tinggal sejenak dan makan bersamanya, memperlakukan mereka dengan penuh hormat, bahkan kepada tamu non-Muslim sekalipun. Ia tidak dapat membiarkan pengunjungnya melanjutkan perjalanan dalam keadaan kecewa.

Pasukan Muslim dipimpin Salahuddin mengepung Pasukan Salib di Lembah Hittin

Suatu hari, di tengah gencatan senjata dengan Franj [Franks atau Prancis], para bangsawan Brin yang merupakan penguasa Antiokhia [kota tua di sisi timur Sungai Orontes, sekarang sebuah tempat di kota modern Antakya, Turki], tanpa diduga datang ke tenda Shalahuddin. Ia memintanya mengembalikan sebuah daerah yang telah diambil sang Sultan empat tahun sebelumnya. Shalahuddin menyetujuinya.

Selain itu, dalam banyak buku sejarah dan referensi lainnya, kita akan menemukan banyak kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin yang layak diteladani. Syamsuddin Arif [2008] dalam Orientalis dan Diabolisme Pemikiran mencontohkan, di tengah suasana perang, ia pernah beberapa kali mengirimkan buah-buahan untuk Raja Richard yang sedang sakit. Ia mengutus dokter terbaiknya, bahkan juga menyamar sebagai dokter, untuk memeriksa dan mengobati raja yang menjadi musuhnya itu.

Sultan Hassan Kairo

Ketika menaklukkan Kairo, Shalahuddin tak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka, tetapi menunggu sampai raja mereka wafat. Baru setelah itu anggota keluarga Dinasti Fatimiyyah yang tersisa diantarkan ke tempat pengasingan mereka.

Gerbang menuju kota tempat benteng istana berada dibukanya untuk umum. Rakyat diperbolehkan tinggal di wilayah yang sebelumnya dikhususkan bagi kalangan bangsawan Fatimiyyah. Di Kairo, Shalahuddin tak hanya membangun masjid dan benteng, tetapi juga sekolah, rumah sakit, dan bahkan gereja.

Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka ketika ia akan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Karena itu, ia dikenal sebagai pemimpin yang wara dan zuhud.

Melegenda dan menginspirasi

Kisah sang Sultan telah menjadi cerita rakyat, melegenda, dan menginspirasi. Kehebatannya dalam berdiplomasi salah satunya terlihat dalam pertemuan militernya dengan Raja Richard “The Lion Heart” pada Perang Salib ketiga. Bagaimanapun, selain kemahiran diplomasi dan prestasi militernya, sosok Shalahuddin terus diingat atas kemampuannya menyatukan banyak dunia Muslim serta kemuliaan hati dan perilakunya, baik di dalam maupun di luar peperangan.

Karen Amstrong dalam bukunya, Perang Suci, menggambarkan, saat Shalahuddin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada seorang Kristen pun yang dibunuh. Tak ada pula perampasan harta benda. “Jumlah tebusan pun sangat rendah. Shalahuddin menangis tersedu-sedu melihat banyak keluarga terpecah belah akibat perang. Ia pun membebaskan banyak tawanan, sesuai imbauan Alquran,” papar Amstrong.

Perang Salib

Kekaguman terhadap Shalahuddin tak hanya datang dari kalangan Muslim. Keadilan dan kenegarawanannya juga membuat umat Nasrani yang kala itu tinggal di Yerusalem berdecak kagum. Dikisahkan bahwa suatu ketika seorang tua beragama Kristen bertanya pada Shalahuddin. “Mengapa Tuan tidak membalas musuh-musuh Tuan?”

Shalahuddin menjawab, “Islam bukanlah agama pendendam dan bahkan sangat mencegah seseorang melakukan perkara yang tidak berperikemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf, dan melupakan kekejaman musuh, meski sebelumnya mereka menindas kita.”

Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu dan berkata, “Sungguh indah agama Tuan! Maka pada akhir hayatku ini, bagaimana agar aku memeluk agamamu?” Shalahuddin menjawab, “Ucapkanlah dua kalimat syahadat.” Atas semua kemuliaan itu, pengajar University of London dan penulis beberapa buku tentang Perang Salib, Jonathan Phillips, menyebut Shalahuddin sebagai pahlawan utama bagi umat Islam.

  • teladan shalahuddin al-ayyubi
  • shalahuddin al-ayyubi

sumber : Mozaik Republika


KETELADANAN KHALIFAH DINASTI AYYUBIYAH


KETELADANAN SALAHUDDIN AL AYYUBI


Salahuddin Al Ayyubi merupakan pemimpin yang memiliki kepribadian dan jiwa keperwiraan yang sempurna. Karena kepribadian dan jiwa keperwiraannya inilah, ia menjadi salah satu tokoh muslim yang disegani baik oleh kawan maupun lawan. Ia termasuk dalam jajaran pemimpin teladan di dunia hingga saat ini. Kepribadian dan keperwiraan Salahuddin dapat kita lihat melalui catatan-catatan dan fakta-fakta sejarah sebagai berikut :

1.      Salahuddin Al Ayyubi dikenal memiliki jiwa pemurah dan penyayang terhadap pihak yang lemah

Ini terlihat ketika ia rela membebaskan para tawanannya dalam Perang Salib, tanpa meminta tebuasan sama sekali. Berbeda dengan Richard, raja Inggris pada waktu itu, untuk membebaskan tawanan maka harus dipenuhi dua syarat, yaitu membayar tebusan sebesar 200.000 keping emas, dan tawanan muslim harus memperbaiki salib suci. Ketika sampai akhir bulan [waktu yang ditentukan] uang tebusan tidak dibayar, maka Raja Richard memerintahakn 2.700 tawanan itu unutk dibunuh. Tindakan Richard ini jauh berbeda dengan perlakuan Salahuddin terhadap para tawanannya di Yerussalem.

Pada mulanya Salahuddin meminta tebusan bagi beberapa ribu tawanan miskin yang tidak bisa menebus dirinya sendiri. Namun atas permintaan saudaranya, Salahuddin membebaskan ribuan tawanan miskin. Kemudian atas permmintaan Uskup, tawanan yang lain juga dibebaskan. Mengingat bahwa saudaranya dan Uskup telah berbuat kebaikan, maka ia pun terdorong untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya Salahuddin membebaskan sisa tawanan termasuk wanita dan anak-anak, tanpa tebusan sama sekali.

Salahuddin Al Ayyubi dalam usaha membangun pemerintahannya lebih mengutamakan kepentingan negara dan agama yaitu dengan cara mengganti pejabat yang melakukan korupsi dan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, ia mampu mengendalikan pemeintahan selama kurang lebih 22 tahun dengan baik dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Dengan demikian terdapat ibrah/pelajaran yang dapat diambil dari mempelajari sejarah dan biografi Salahuddin Al Ayyubi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai berikut :

a.       Kita harus memiliki sifat as saja’ah [pemberani], terlebih dalam menegakkan kebenaran

b.      Kita harus memiliki jiwa pemurah dan penyayang terhadap siapa saja, terutama kepada orang-orang lemah

c.       Kita harus bersikap tegas terhadap segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran

d.      Kita harus mencintai ilmu baik ilmu pengetahuan maupun ilmu agama denagn cara belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun

e.       Kita harus memiliki sikap toleransi terhadap siapa saja, selama dalam batas-batas yang diperbolehkan agama

f.       Kita harus bersikap adil terhadap siapa saja

g.      Kita harus memiliki jiwa perwira dan ksatria

h.      Kita harus menanamkan pada diri kita bahwa semua yang kita lakukan dalam kehidupan ini semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT

2.      Salahuddin Al Ayyubi adalah seorang perwira yang pemberani, adail, tegas, serta memiliki jiwa kesatria

Terhadap orang yang lemah atau mengaku kalah, ia akan menghormati dan melindunginya. Namun sebaliknya, ia selalu tegas dalam menyikapi segala bentuk pembangkangan dan pengkhianatan. Sifat ini terlihat ketika Salahuddin memperlakukan para tawanannnya pada masa kota Yerussalem [Baitul Maqdis] jatuh ke tangan umat Islam. Raja Yerussalem, Guy de Lusignan, menjadi salah satu tawanan bersama pengusan Chattilom bernama Reginald yang terkenal dengan “si perusak perdamaian”. Salahuddin memperlakukan secara berbeda. Hal ini dikarenakan Reginald melanggar perjanjian.

3.      Salahuddin adalah perwira sejati yang mencurahkan segala upayanya semata-mata demi kejayaan agama Allah SWT dan negara

Ia bukanlah tipe penguasa yang gila harta. Hal ini dapat dilihat setelah penggulingan Dinasti Fathmiyyah, Salahuddin membagikan harta benda yang dikumpulkan pemerintahannya kepada para nelayan dan tentara. Sedangkan untuk dirinya sendiri, ia tidak menimpan harta apapun. Pada saat meninggal ia hanya memiliki 17 dirham dan satu keping emas.

4.      Salahuddin adalah pemimpin yang cinta terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan

Hal ini dapat dilihat dari perhatiannya terhadap pendidikan, yaitu dengan mendirikan madrasah-madrasah di negara yangia pimpin. Ia juga dikenal sebagai pelindung para sarjana, intelektual dan ilmuwan serta selalu menyokong setiap kajian yang dilakukan para ilmuwan dan ulama.

5.      Salahuddin dikenal memiliki toleransi yang tinggi terhadap umat agama lain

Hal ini dapat kita lihat ketika ia telah berhasil menguasai kota Iskandariyah dan Yerussalem, ia selalu mengunjungi orang-orang Kristen dan setelah tercipta perdamaian, ia memberi kesempatan dan mengizinkan orang-orang Kristen untuk berziarah ke Yerussalem [Baitul Maqdis].

Potret sejarah diatas merupakan cerminan nyata bahwa Salahuddin adalah sosok pemimpin yang memiliki jiwa perwira. Kebesaran namanya tidak membuatnya bersikap semena-mena, meski terhadap musuh-musuhnya sekalipun. Tak diragukan lagi, kita harus berupaya meneladaninya dengan menerapkan keteladanannya dalam kehidupan sehari-hari.

D.    Meneladani Kepribadian dan Keperwiraan Salahuddin Al Ayyubi dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada hal penting yang dapat diperoleh dari mempelajai sejarah dan riwayat hidup Salahuddin Al Ayyubi. Diantaranya adalah mengikui jejaknya sebagai seorang pemberani, bijaksana, toleransi, dan mencintai ilmu pengetahuan.

Seperti diketahui bahwa Salahuddin Al Ayyubi kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan. Hal itu dilakukan dalam menunaikan tugas negara dan membela agama. Keberhasilannya diawali dengan menjadi seorang tentara militer, perdana menteri, sampai menjadi penguasa Dinasti Ayyubiyah.

Salahuddin Al Ayyubi dalam usaha membangun pemerintahan lebih mengutamakan kepentingan negara dan agama dengan cara mengganti pejabat yang melakukan korupsi dan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendirikan madrasah-madrasah.

Melalui bekal pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, Salahuddin Al Ayyubi mampu mengendalikan pemerintahan selama kurang lebih 22 tahun [1171 M – 1193 M] dengan baik dan mendapat dukungan dari banyak kalangan.

Dengan demikian terdapat ibrah yang dapat diambil dari mempelajari biografi Salahuddin Al Ayyubi. Diantaranya adalah kita harus mengikuti jejak langkah yang pernah dilakukan yaitu seorag pemberani menegakkan kebenaran dan belajar berbagai ilmu, kita akan selamat didunia dan akhirat.

Selain itu jangan melupakan Yang Maha Kuasa karena semuanya berasal dari Allah SWT. Jangan mengenal putus asa dan jangan sombong. Jangan terjebak dengan materi keduniaan dan kemewahan hidup. Tokoh seperti Salahuddin Al Ayyubi yang perlu diteladani oleh kita semua.

5. Salahuddin adalah perwira sejati yang mencintai perdamaian

Salahuddin selalu menghindari terjadinya pertumpahan darah. Kepada anaknya ia pernah berpesan: "Anakku, jangan tumpahkan darah, sebab darah yang terpercik tak akan tertidur," katanya. Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa Salahuddin bukanlah seorang yang haus darah dan haus peperangan. Beliau adalah seorang pemimpin yang cinta damai. Sekali pun terjadi perang, beliau selalu mengupayakan untuk tidak menumpahkan darah sebanyak mungkin. Saladin merebut Jerusalem kembali di musim panas 1187. Tapi menjelang serbuan, ia beri kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan pasukannya dengan terhormat. Dan ketika pasukan Kristen itu akhirnya kalah, yang dilakukan Saladin bukanlah melakukan pembantaian massal atau menjadikan penduduk Nasrani budak-budak. Saladin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam. Padahal, di tahun 1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Jerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar. Bahkan, ketika Salahuddin memerintah di tanah Jerusalem, beliau memuliakan pemeluk agama lain. Salahuddin berujar, “Muslim yang bails harus memuliakan tempat ibadah agama lain!”

6. Salahuddin adalah pemimpin yang rendah hati

Kebiasaan Sultan Salahuddin adalah membacakan Kitab Suci Al-Quran kepada pasukannya menjelang pertempuran berlangsung. Beliau juga sangat disiplin menjaga setiap puasanya dan tidak pernah lalai mengerjakan solat lima waktu hingga akhir hayatnya. Minumannya tidak lain dari air kosong saja, memakai pakaian yang terbuat dari bulu yang kasar, dan suatu ketika Beliau juga mengizinkan dirinya untuk dipanggil ke depan pengadilan karena suatu tuduhan fitnah. Beliau mengajar sendiri anak-anaknya mengenai agama Islam. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang: “Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.

Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi yang berbakat dan efektif. Ia mampu menyediakan kebutuhan militer yang dibutuhkan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi dalam setiap peperangan besarnya. Ia mempunyai peranan yang sangat besar bagi Dinasti Ayyubiyah dalam mempertahankan eksistensinya.

dari //qoyyumuslima-glad.blogspot.co.id/2015/03/materi-keperwiraan-salahuddin-al-ayyubi.html

//www.alekkurniawan.com/2011/06/keteladanan-dari-salahuddin-al-ayyubi.htm

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề