Jelaskan proses penyelamatan teks proklamasi yang klad oleh BM Diah

Skip to content

BM Diah adalah seorang jurnalis yang sangat peduli kepada bangsanya. Dia berperan besar dalam mendokumentasikan detik-detik perkembangan situasi menjelang Proklamasi 1945. Sebagai jurnalis, dia kemudian terlibat dalam penyebaran berita kemerdekaan tersebut ke pelosok Indonesia.

Fakta Singkat Nama LengkapBurhanudin Muhammad Diah Lahir : Kutaraja, Banda Aceh, 7 April 1917 Almamater:Ksaatrian Institut, Midelbare Journalisten School di Bandung [...]

This entry was posted in Tokoh and tagged BM Diah, burhanuddin muhammad diah, profil, Profil Tokoh, proklamasi, teks proklamasi, wartawan.

BM Diah dan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 asli disimpan BM Diah selama 49 tahun. [Istimewa/ngopibareng/jpnn]

bontangpost.id – Nama Burhanudin Mohammad Diah atau lebih dikenal BM Diah mungkin tidak banyak diketahui masyarakat Indonesia. Namun, dia adalah tokoh yang berperan penting menyelamatkan teks asli Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Dialah yang menyimpan selama 49 tahun, sehingga bisa kita saksikan hingga sekarang.

Dilansir dari JPNN, pada saat Perumusan Naskah Proklamasi, BM Diah merupakan salah seorang yang turut hadir dalam momen tersebut. Akhirnya, BM Diah pun menyerahkan naskah proklamasi yang ia simpan kepada residen Soeharto pada 1993. BM Diah meninggal pada 1996 dalam usianya yang ke-79 tahun dan dimakamkan di Jakarta. Buku biografi BM Diah, “Butir-butir Padi B.M. Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman”, disusun Dasman Djamaluddin [diterbitkan Pustaka Merdeka,1992].

Dalam buku ini, BM Diah mengungkapkan bagaimana dia menyimpan naskah yang sebenarnya telah dibuang oleh Sayuti Melik ke tempat sampah.

“Setelah naskah tersebut disalin oleh Sayuti Melik, naskah tersebut dibuang ke tempat sampah begitu saja,” tutur BM Diah.

Namun, naluri BM Diah yang saat itu sudah menjadi wartawan — pendiri suratkabar Merdeka — mempunyai insting untuk menyelamatkan bukti-bukti setiap momen atau peristiwa.

Dia memungutnya dari tempat sampah di rumah Laksamana Maeda saat naskah tersebut dibuang oleh Sayuti. Teks itu lantas dikantonginya dan dia simpan sepanjang lebih dari 40 tahun lamanya sebelum diserahkan ke pemerintah Republik Indonesia pada 1992. Kertas lecek itu dia bawa ke mana-mana saat dia berdinas sebagai Duta Besar di Cekoslovakia, Inggris dan Thailand antara 1959 hingga 1968.

Salah satu alasan yang dikemukakan Diah saat dia mengantongi kertas yang sudah lecek itu, karena dia takut dokumen itu akan dibuang kembali jika diserahkan ke beberapa tokoh yang ada di rumah Laksamana Maeda saat itu karena dianggap sudah tidak terpakai lagi. Kini berkat tindakan yang dilakukan oleh B.M. Diah, kita bisa merasakan dramatisnya proses pembuatan teks proklamasi. Karena teks tulisan tangan tersebut ada coret-coretan pada kata yang tak terpakai saat kalimat proklamasi itu disusun oleh para pendiri bangsa tersebut.

Baca Juga:  Kelurahan Belimbing Buka Peringatan HUT RI  

Perjuangan BM Diah

Burhanudin Mohammad Diah atau lebih dikenal BM Diah lahir tanggal 7 April 1917 di Kotaraja, Aceh. Ayahnya bernama Mohammad Diah sedangkan ibunya bernama Siti Saidah. Pendidikannya dimulai di HIS Kutaraja  pada 1929, kemudian dilanjutkan di sekolah MULO di Medan.

Tahun 1935 – 1937 BM. Diah melanjutkan sekolah di Ksatrian instituut atau lebih dikenal dengan Middelbaar National Handels Collegium [Sekolah Tinggi Ekonomi dan Jurnalistik Partikelir] di Bandung. Rasa nasionalisme yang tertanam pada dirinya sudah muncul sejak dia bersekolah di Medan. BM Diah melihat kelicikan dan kekejian imperialis Belanda.

Pada saat Jepang menduduki Indonesia, BM. Diah merupakan redaktur pelaksana dan wakil pemimpin redaksi SK Asia Raya, sehingga beliau banyak mengetahui keadaan sebenarnya, baik di dalam maupun luar negeri. BM. Diah bisa menilai apa artinya rakyat dengan sukarela menyerahkan padinya atau hasil bumi yang lain untuk memenangkan perang “Asia Timur Raya”.

Dari sinilah nasionalisme BM. Diah semakin tinggi, sehingga dia bersama teman-temannya pada 3 Juni 1945 membentuk gerakan Angkatan Baru yang bertujuan memperjuangkan Indonesia Merdeka. Gerakan ini mencanangkan tekad pemuda mencapai kemerdekaan. Walaupun ada janji-janji dari pemerintah Jepang menghadiahkan kemerdekaan, golongan ini tidak percaya pada ucapan-ucapan Jepang. [*]

Lihat Foto

Wikipedia

Duta Besar Indonesia untuk Cekoslowakia dan Hongaria tahun 1959

KOMPAS.com - Burhanuddin Mohammad Diah atau lebih dikenal dengan BM Diah adalah salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu peranan tokoh wartawan Burhanuddin Mohammad Diah dalam peristiwa setelah proklamasi kemerdekaan adalah menyelamatkan naskah proklamasi.

Selain dikenal sebagai wartawan yang menyelamatkan naskah proklamasi, BM Diah juga berjasa dalam menyebarkan berita kemerdekaan ke pelosok Indonesia.

Baca juga: Tokoh yang Hadir pada Acara Pembacaan Teks Proklamasi

Masa kecil

BM Diah lahir di Banda Aceh pada 7 April 1917 dengan nama asli Burhanuddin. Ia adalah putra Mohammad Diah dan Siti Sa'idah.

Ayahnya bekerja sebagai seorang pegawai pabean di Aceh Barat, sementara sang ibu merupakan ibu rumah tangga.

Karena jabatan ayahnya, keluarga BM Diah termasuk keluarga terpandang dan kaya. Namun, BM Diah tidak bisa menikmati kekayaan itu.

Pasalnya, seminggu setelah ia dilahirkan, ayahnya yang dikenal boros tutup usia, meninggalkan ibunya untuk mengatur semuanya seorang diri.

Untuk membantu sang ibu, sejak kecil BM Diah sudah mulai berjualan emas, intan, dan pakaian.

Delapan tahun berselang, ibunya juga meninggal, sehingga BM Diah diasuh oleh kakak perempuannya, Siti Hafsyah.

BM Diah memulai pendidikannya di HIS, lalu melanjutkan studinya ke Taman Siswa [setingkat SMP] di Medan.

Baca juga: Hollandsch Inlandsche School [HIS], Sekolah Bumiputra untuk Bangsawan

Burhanuddin Mohammad Diah [7 April 1917 – 10 Juni 1996] adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.

B.M. Diah

Burhanuddin Mohammad Diah

Menteri Penerangan Indonesia ke-18Masa jabatan
25 Juli 1966 – 17 Oktober 1967PresidenSoekarnoPendahuluW.J. RumambiMasa jabatan
17 Oktober 1967 – 6 Juni 1968PresidenSoehartoPenggantiBoediarjo Informasi pribadiLahir[1917-04-07]7 April 1917
Banda Aceh, Hindia BelandaMeninggal10 Juni 1996[1996-06-10] [umur 79]
Jakarta, IndonesiaTanda tangan

Nama asli B.M. Diah yang sesungguhnya hanyalah Burhanuddin. Nama ayahnya adalah Mohammad Diah, yang berasal dari Barus, Sumatra Utara. Ayahnya adalah seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Burhanuddin kemudian menambahkan nama ayahnya kepada namanya sendiri.

Ibunya, Siti Sa'idah [istri pertama Diah] adalah wanita Aceh yang menjadi ibu rumah tangga. Burhanuddin, anak bungsu dari 8 bersaudara, juga mempunyai dua orang saudara tiri dari istri kedua ayahnya.

Mohammad Diah adalah seorang yang terpandang dan kaya di lingkungannya. Namun hidupnya boros, sehingga ketika ia lahir Burhanuddin tidak dapat menikmati kekayaan ayahnya. Ditambah lagi karena seminggu setelah kelahirannya, ayahnya meninggal dunia. Ibunya kemudian mengambil alih tanggung jawab memelihara keluarganya. Untuk itu ia terjun ke dunia usaha berjualan emas, intan, dan pakaian. Namun delapan tahun kemudian Siti Sa'idah pun berpulang, sehingga Burhanuddin diasuh oleh kakak perempuannya, Siti Hafsyah.

Burhanuddin belajar di HIS, kemudian melanjutkan ke Taman Siswa di Medan. Keputusan ini diambilnya karena ia tidak mau belajar di bawah asuhan guru-guru Belanda.

Pada usia 17 tahun, Burhanuddin berangkat ke Jakarta dan belajar di Ksatriaan Instituut [sekarang Sekolah Ksatrian] yang dipimpin oleh Dr. E.E. Douwes Dekker. Burhanuddin memilih jurusan jurnalistik, tetapi ia banyak belajar tentang dunia kewartawanan dari pribadi Douwes Dekker.

Burhanuddin sesungguhnya tidak mampu membayar biaya sekolah. Namun melihat tekadnya untuk belajar, Dekker mengizinkannya terus belajar dan bahkan memberikan kesempatan kepadanya menjadi sekretaris di sekolah itu.

Setelah tamat belajar, Burhanuddin kembali ke Medan dan menjadi redaktur harian Sinar Deli. Ia tidak lama bekerja di sana, karena satu setengah tahun kemudian ia kembali ke Jakarta dan bekerja di harian Sin Po sebagai tenaga honorer. Tak lama kemudian ia pindah ke Warta Harian. Tujuh bulan kemudian, koran itu dibubarkan karena dianggap membahayakan keamanan. Burhanuddin kemudian mendirikan usahanya sendiri, bulanan Pertjatoeran Doenia.

Setelah tentara Jepang datang dan menjajah Indonesia, Burhanuddin bekerja di Radio Hosokyoku sebagai penyiar siaran bahasa Inggris. Namun pada saat yang sama ia pun merangkap bekerja di Asia Raja sebagai pembantu editor.[1] Ketika ketahuan bahwa ia bekerja juga di tempat lain, Burhanuddin pun dijebloskan ke penjara selama empat hari.

Pada Mei 1945 diadakan Kongres Pemuda di Villa Isola di Bandung untuk membentuk Angkatan Baroe, yaitu sebuah federasi kelompok pemuda untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia, B.M. Diah terpilih menjadi salah satu pemimpin utamanya.[2]

Ketika bekerja di Radio Hosokyoku itulah Burhanuddin bertemu dengan Herawati, seorang penyiar lulusan jurnalistik dan sosiologi di Amerika Serikat. Mereka berpacaran, dan tak lama kemudian, pada 18 Agustus 1942 mereka menikah. Pesta pernikahan mereka ini dihadiri pula oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Pada akhir September 1945, setelah diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Diah bersama sejumlah rekannya seperti Joesoef Isak dan Rosihan Anwar, mengangkat senjata dan berusaha merebut percetakan Jepang "Djawa Shimbun", yang menerbitkan Harian Asia Raja. Meskipun Jepang telah menyerah kalah, teman-teman Diah ragu-ragu, mengingat Jepang masih memegang senjata. Namun kenyataannya malah sebaliknya. Tentara Jepang yang menjaga percetakan tidak melawan, bahkan menyerah. Percetakan pun jatuh ke tangan Diah dan rekan-rekannya.[3]

Pada 1 Oktober 1945 B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka. Diah menjadi pemimpin redaksi, Joesoef Isak menjadi wakilnya, dan Rosihan Anwar menjadi redaktur. Diah memimpin surat kabar ini hingga akhir hayatnya, meskipun belakangan ia lebih banyak menangani PT Masa Merdeka, penerbit Harian "Merdeka".

Ketika baru berdiri Diah menjadi Pemimpin Redaksi, Isak sebagai Wakil, dan Rosihan sebagai Redaktur. Belakangan Joesoef Isak, seorang Soekarnois, terpaksa diberhentikan atas desakan pemerintah Orde Baru. Sementara Rosihan Anwar mendirikan surat kabarnya sendiri, Harian "Pedoman".

Pada April 1945, bersama istrinya Herawati, Diah mendirikan koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer. Ia dinilai sebagai penulis editorial yang baik, seorang nasional pro-Soekarno dan menentang militerisme. Ia pernah bertolak pandangan dengan pihak militer setelah Peristiwa 17 Oktober, sehingga ia terpaksa berpindah-pindah tempat untuk menghindari kejaran petugas-petugas militer.

Ketika pemerintah Orde Baru memutuskan untuk mengubah sebutan "Tionghoa" menjadi "Cina" dan "Republik Rakyat Tiongkok" menjadi "Republik Rakyat Cina", Harian "Merdeka"—bersama Harian "Indonesia Raya"—dikenal sebagai satu-satunya pers yang gigih tetap mempertahankan istilah "Tionghoa" dan "Tiongkok".[4]

Jurnalis Burhanuddin Muhammad Diah turut menjadi saksi pada saat Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh PPKI di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di jalan Meiji Dori [kini Jalan Imam Bonjol Nomor 1]. Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 16 Agustus 1945 malam itu memiliki agenda menyusun naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo menyusun draf proklamasi, B.M. Diah, para aktivis, dan para pemuda lain menunggu di ruang tengah rumah Laksamana Maeda. Kemudian, ketika draf tersebut telah disetujui para wakil pemuda dan anggota PPKI yang hadir, Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah tersebut. [5]

Soekarno awalnya menulis draf teks proklamasi pada selembar kertas putih berukuran panjang 25,8 sentimeter, lebar 21,3 sentimeter dan tebal 0,5 milimeter. Kertas itu disobek dari sebuah buku kecil. Setelah diutak-atik oleh Soekarno-Hatta dan sejumlah tokoh PPKI, akhirnya jadilah sebuah draf teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya. Soekarno menyerahkan secarik kertas tersebut ke Sayuti Melik untuk ditulis ulang menggunakan mesin ketik. Karena mereka telah memiliki teks proklamasi yang sudah rapih menggunakan mesin ketik, secarik kertas draf tadi dibuang ke keranjang sampah. Setelah naskah tersebut selesai diketik dan ditandatangani Soekarno dan Hatta, Sayuti Melik membuang begitu saja draf proklamasi tersebut. Mengutip dari buku biografi B.M. Diah tertulis,

“Setelah naskah tersebut disalin oleh Sayuti Melik, naskah tersebut dibuang ke tempat sampah begitu saja” Ungkap B.M Diah dalam buku biografi berjudul Butir-butir Padi B.M Diah, Tokoh Sejarah yang Menghati Zaman”. Rupanya naluri jurnalistik BM Diah bekerja. Beberapa saat setelahnya, ia mengambil draf teks proklamasi itu dari keranjang sampah dan menyimpannya. Secarik kertas tersebut tampak sudah tidak bagus lagi kondisinya. Siapa sangka apa yang dilakukan BM Diah menjadi kunci bagi kelengkapan arsip tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya BM Diah yang berperan menyelamatkan arsip proklamasi kemerdekaan. Sejumlah tokoh juga berperan penting menyelamatkan Indonesia dari kegelapan identitas. Tanpa teks, foto, video dan audio tentang acara itu, kita tidak memilki bukti otentik bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia pernah diproklamasikan.[6]

Setelah Indonesia merdeka, pada 1959, B.M. Diah diangkat menjadi duta besar untuk Cekoslowakia dan Hongaria. Dari sana kemudian ia dipindahkan ke Inggris, lalu ke Thailand - semuanya untuk jabatan yang sama. Pada 1968 ia diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi menteri penerangan. Belakangan Diah diangkat menjadi anggota DPR dan kemudian anggota DPA.

Pada usia tuanya, Diah mendirikan sebuah hotel di Jakarta, Hyatt Aryaduta, di tempat yang dulunya merupakan rumah orang tua Herawati. Jabatan terakhir yang dipegangnya adalah sebagai Presiden Direktur PT Masa Merdeka, dan Wakil Pemimpin PT Hotel Prapatan-Jakarta.

B.M. Diah meninggalkan dua orang istri, Herawati Diah dan Julia binti Abdul Manaf, yang dinikahinya diam-diam ketika ia bertugas di Bangkok, Thailand. Dari Herawati, ia memperoleh dua orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang bernama Norman Diah [mertua dari aktris Shelomita Diah], sementara dari istri keduanya ia memperoleh dua orang anak: laki-laki dan perempuan.Ia menghembuskan nafas terkahirnya di Jakarta, 10 Juni 1996 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.[7]

Karena perjuangan dan jasa-jasanya bagi negara, Diah dianugerahi tanda-tanda penghargaan berikut:

  • Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto [10 Mei 1978]
  • Piagam penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan '45 dari Dewan Harian Nasional Angkatan '45 [17 Agustus 1995]
  • Angkatan Baroe
  • Daftar tokoh pers Indonesia
  1. ^ Rudolf Mrazek [1996]. Sjahrir:Politik dan Pengasingan di Indonesia. Pustaka Obor. hlm. 455. 
  2. ^ Rudolf Mrazek [1996]. Sjahrir:Politik dan Pengasingan di Indonesia. Pustaka Obor. hlm. 455. 
  3. ^ Nopi, Risky Arbangi. "Kata-Kata Baku Pada Bacaan BM Diah dan Naskah Asli Proklamasi pada Kunci Jawaban Materi Tema 2 Kelas 6 SD - Utara Times". utaratimes.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2021-09-24. 
  4. ^ "≡ Inilah 8 Pahlawan Indonesia yang Jarang Dikenal ➤ Brain Berries". Brain Berries. 2021-03-31. Diakses tanggal 2021-09-24. 
  5. ^ Official, Kawan GNFI. "Mengenal B.M. Diah, Sosok Penyelamat Naskah Asli Proklamasi". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2021-09-24. 
  6. ^ Media, Kompas Cyber [2021-08-26]. "Kisah Para Penyelamat Arsip Proklamasi Kemerdekaan Indonesia". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-09-24. 
  7. ^ BM Diah, Wartawan Penyelamat Naskah Asli Proklamasi
  • B.M. Diah [1983]. Angkatan Baru 45. Masa Merdeka. 
  • Benedict Anderson [1983]. Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. Verso. 
  • BM Diah Telah Tiada - Jawa Pos Diarsipkan 2006-09-20 di Wayback Machine.
  • BM Diah: Jalan Panjang Seorang Wartawan - Suara Merdeka Diarsipkan 2006-06-26 di Wayback Machine.
  • Biografi Joesoef Isak, Wakil Pemimpin Redaksi "Merdeka" Indonesia Merdeka!!
Jabatan diplomatik Jabatan politik
Jabatan baru Duta Besar Indonesia untuk Cekoslowakia
1959–1962
Diteruskan oleh:
Armunanto
Didahului oleh:
Sunario Sastrowardoyo
Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya
1962–1964
Diteruskan oleh:
Soerjodipoero
Didahului oleh:
Mas Isman
Duta Besar Indonesia untuk Thailand
1964–1966
Diteruskan oleh:
Achmad Yusuf
Didahului oleh:
W. J. Rumambi
Menteri Penerangan
1966–1968
Diteruskan oleh:
Boediarjo

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=B.M._Diah&oldid=19178558"

Page 2

10 Mei adalah hari ke-130 [hari ke-131 dalam tahun kabisat] dalam kalender Gregorian.

Mei
M S S R K J S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31  
2022
  • 1871 - Menyusul kekalahan tentara Prancis dari Jerman pada perang yang berlangsung sebelumnya, kedua negara menandatangani perjanjian damai di kota Frankfurt, Jerman.
  • 1940 - Jerman menginvasi Belanda.
  • 2010 - Awal pelaksanaan Ujian Nasional ulang SMA/SMK/MA tahun ajaran 2009/2010 di Indonesia.
  • 1922 - Rosihan Anwar, wartawan Indonesia
  • 1942 - Latief Sitepu, aktor Indonesia
  • 1944 - Minarni Soedaryanto, pemain bulu tangkis Indonesia.
  • 1959 - La Nyalla Mattalitti, politikus Indonesia, Ketua DPD RI periode 2019-2024
  • 1960 - Bono, vokalis U2
  • 1969 - Dennis Bergkamp, mantan pemain sepak bola berkebangsaan Belanda
  • 1973 - Tora Sudiro, aktor Indonesia
  • 1974 - Sylvain Wiltord, pemain sepak bola berkebangsaan Prancis
  • 1975 - Hélio Castroneves, mobil profesional dari Brasil
  • 1977 - Nicklaus Heidfeld, pembalap mobil Jerman
  • 1992 - Charice Pempengco, penyanyi Filipina.
  • 1992 - Dandi Prabudita, Pemain bulu tangkis Ganda Putra indonesia berpasangan dengan Jones Rafly Jansen.
  • 1990 - Eza Gionino, Aktor Indonesia
  • 2000 - Adriani Elisabeth, anggota grup idola Indonesia JKT48
  • 2020 - Djoko Santoso, mantan Panglima TNI
  • 2021 - Sapri, Komedian dan Aktor berkebangsaan Indonesia
  • 1923 - Kenaikan Yesus Kristus.
  • 1934 - Kenaikan Yesus Kristus.
  • 1945 - Kenaikan Yesus Kristus.
  • 1956 - Kenaikan Yesus Kristus.
  • 1971 - Waisak 2515 BE.
  • 1990 - Waisak 2534 BE.
  • 1995 - Idul Adha 1415 Hijriyah.
  • 2018 - Kenaikan Yesus Kristus.
  • 2029 - Kenaikan Yesus Kristus.
  • Hari Lupus Sedunia
Wikimedia Commons memiliki media mengenai May 10.

9 Mei - 10 Mei - 11 Mei

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=10_Mei&oldid=20951990"

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề