Kemiskinan keterbelakangan ketidakadilan dan fanatisme sempit dapat memicu terjadinya aksi

PENDAHULUAN  

Kemiskinan merupakan permasalah yang paling susah diatasi diseluruh dunia, terutama di Negara kita, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial [JPS] untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.

Kedua data ini pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang sangat berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya, maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal. Bisa saja terjadi bahwa angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis untuk kepentingan lokal, dan bahkan bisa membingungkan pemimpin lokal [pemerintah kabupaten/kota].

Mengenai keterbelangan khususnya dalam bidan ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat indonesia belum seberapa kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya Jepang, Cina, Korea, dll. Penduduk indonesia terutama didaerah pelosok/pedesaan masih minim tentang ilmu pengetahuan maupun tehnologi,

dalam hal ini “Haruskah Kita diam dengan kenyataan tersebut ???” menurut saya pemerintah harus berupaya meningkatkan pendidikan diberbagai daerah karena pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk mengurangi kemiskinan, jikalau anak-anak bangsa indonesia maju akan pendidikan berarti dapat mengimbangi negara lain, kita tidak perlu lagi memerluka tenaga kerja yang propesional dari negara yang lain,tetapi kita dapat memamfaatkan pemuda-pemudi indonesia yang memiliki skill dan pengetahuan.

PEMBAHASAN 

Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah pada “takdir”. Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras. Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan. Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya, sulit dipahami jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan ajaran dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan, wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran manusia. Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut “kemiskinan struktural”. Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya [one man in the wrong place] bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal. Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia. Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh. Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia. Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula. Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia agar menjadi kritis.

Mari kita berantas kemiskinan dan keterbelakangan, supaya bangsa ini bisa lebih maju.

dalam contoh ppt :

KLIK DISINI

dalam contoh video :

KESIMPULAN :

Mengenai keterbelangan khususnya dalam bidan ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat indonesia belum seberapa kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya Jepang, Cina, Korea, dll. Penduduk indonesia terutama didaerah pelosok/pedesaan masih minim tentang ilmu pengetahuan maupun tehnologi, dalam hal ini “Haruskah Kita diam dengan kenyataan tersebut ???” menurut saya pemerintah harus berupaya meningkatkan pendidikan diberbagai daerah karena pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk mengurangi kemiskinan, jikalau anak-anak bangsa indonesia maju akan pendidikan berarti dapat mengimbangi negara lain, kita tidak perlu lagi memerluka tenaga kerja yang propesional dari negara yang lain, tetapi kita dapat memamfaatkan pemuda-pemudi indonesia yang memiliki skill dan pengetahuan.

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Jakarta, NU Online

Hal yang sering dilupakan oleh para ahli adalah bahwa akar utama penyebab aksi terorisme adalah masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Anak-anak dan generasi muda yang merasa hidup dalam kesulitan dan membayangkan masa depan mereka akan suram, mudah sekali diprovokasi untuk melakukan kekerasan atau terorisme. 

Demikian disampaikan budayawan Ahmad Tohari [Kang Tohari] dalam perbincangan dengan NU Online di Jakarta, Selasa [31/1] siang.

Tohari menambahkan, apabila kita ingin memberantas terorisme strategi yang paling  mudah adalah dengan mengurangi pengangguran dan menambah lapangan kerja. 

Kemudian, “Orang-orang yang sudah makmur jangan memamerkan kemakmurannya di jalan-jalan atau di layar televisi. Karena itu akan merangsang orang yang menganggur yang merasa tidak punya masa depan, menjadi resah dan gelisah. Dalam situasi yang gelisah seperti ini, terorisme akan sangat mudah berkembang,” tutur Kang Tohari.

Menurutnya, ketidakadilan terutama ketidakadilan ekonomi pada satu sisi bisa dicontohkan dengan fenomena di kampung-kampung amat banyak warga yang berpenghasilan hanya sepuluh ribu rupiah per hari. Sementara di atas sana ada yang bisa penghasilan hingga satu milyar rupiah per hari. 

Selisih ini sangat jauh. Ketika selisih ini dipamerkan, tentu saja akan merangsang kegelisahan di tingkat bawah atau yaitu mereka yang merasa tingkat ekonominya rendah dan menghadapi keadaan sangat sulit.

Walaupun akar utama itu adalah kemiskinan dan ketidakadilan, para teroris memanfaatkan agama. Alasan agama digunakan karena mereka tidak punya saluran lain untuk melampiaskan kegelisahan mereka. Mereka tidak punya organisasi apa pun. Demikian juga organisasi pemuda yang memperhatikan masalah pengangguran dan kelangkaan lapangan kerja, hampir tidak ada. 

Kang Tohari mengatakan, hal inilah yang harus dipahami oleh para ahli strategi. Jangan hanya menyalahkan kemiskinan sebagai masalah takdir. 

Selain mengatasi persoalan kemiskinan dan ketidakadilan, untuk mengatasi terorisme adalah dari sisi generasi muda harus sadar bahwa NKRI adalah perahu bersama yang bersama-sama dibutuhkan dan harus dipelihara. 

“Indonesia adalah perahu milik kita bersama. Jangan sampai bocor, jangan sampai salah arah, dan jangan sampai tenggelam. Artinya generasi muda harus sadar bahwa NKRI adalah perahu bersama dengan isinya yang bermacam-macam yang harus kita dijaga keselamatanya dan arah pelayarannya,” tegas Kang Tohari. [Kendi Setiawan/Mukafi Niam]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề