Manusia praaksara yang dianggap sebagai manusia cerdas dan ditemukan oleh arkeolog terhadap

tirto.id - Homo sapiens [homosapien] atau "manusia cerdas" merupakan fosil manusia purba yang paling mirip dengan manusia modern. Sejarah persebarannya berawal dari Afrika sebelum meluas ke belahan dunia lainnya, termasuk Kepulauan Nusantara atau Indonesia.

Berdasarkan catatan Hasnawati dalam buku Sejarah [2020:11], fosil tertua Homo sapiens paling banyak ditemukan di Afrika. Perihal pendapat ini, peneliti memanfaatkan teori Out of Afrika [Stringer dan Brauer] dan beberapa bukti pendukung seperti genetika, linguistik, serta arkeologi.

Pendapat mengenai kemiripan Homo sapiens dengan manusia modern dilihat dari DNA. Ternyata, DNA Homo sapiens memiliki keidentikan sebesar 99,9 persen dengan manusia sekarang di berbagai negara.



Para peneliti menduga berdasarkan teori Out of Afrika bahwa Homo sapiens pada masanya berhasil menggusur keberadaan jenis manusia purba sebelumnya di tempat yang didatangi.

Namun, ada juga teori Multiregional Evolution Model [Wolpoff, Thorne, dan Wu] yang menyatakan bahwa Homo sapiens hidup berdampingan dengan jenis manusia sebelumnya di berbagai daerah hingga berkembang menjadi masing-masing ras.

Lantas, siapakah yang menemukan fosil Homo Sapiens di Indonesia dan di mana lokasinya?

Penemu dan Lokasi

Teori Multiregional Evolution Model menyatakan bahwa Homo sapiens melahirkan ras-ras baru. Begitulah yang terjadi di Indonesia karena ternyata ada dua subjenis Homo sapiens, yakni Homo wajakensis dan Homo floresiensis.

Dalam buku Sejarah Indonesia [2014:26], Amurwani Dwi dan kawan-kawan menjelaskan, Homo wajakensis adalah jenis Homo sapiens yang ditemukan tahun 1889 oleh B.D. van Rietschoten di Tulungagung, Jawa Timur. Pada 1890, Eugene Dubois menemukan lagi fosil tersebut di lokasi yang sama.

Diduga, manusia cerdas dari Jawa Timur ini mengalami evolusi hingga menjadi sub-ras Melayu Indonesia dan Austromelanesoid. Penemuan ini memberi pernyataan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun lalu telah dihuni oleh Homo sapiens.


Selain Homo wajakensis, ada Homo floresiensis yang ditemukan oleh penelitian gabungan Indonesia dan Australia pada 2004 silam. Di Liang Bua, Flores, NTT, yang diklaim sebagai pemukiman manusia purba masa prasejarah, keberadaan Homo floresiensis terungkap.

Jenis ini memiliki ukuran volume otak jauh lebih kecil dari Homo sapiens pada umumnya, yakni hanya 380 cc. R.P Soejono dan Mike J. Morwood menemukan fosil ini sebanyak 6 individu. Manusia purba tersebut ternyata sudah mengenal alat-alat perlengkapan sederhana dari bahan batu.

Bukan hanya itu, Yuval Noah Harari dalam Sapiens [2011:21] menjabarkan, Homo sapiens sudah menggunakan bahasa yang akhirnya menyokong penciptaan teknologi serta penaklukkan dunia.


Ciri-ciri Fisik Homo Sapiens

  • Memiliki volume otak sekitar 1350-1450 cc.
  • Mempunyai tinggi badan mulai130-210 cm.
  • Berat badan berkisar 30-150 kg.


Ciri-ciri Non Fisik Homo Sapiens

  • Hidup kisaran 25.000 sampai 40.000 tahun silam.
  • Sudah memiliki bahasa komunikasi.
  • Mampu membuat alat-alat sederhana dari bahan batu.
  • Sudah membuat lukisan-lukisan yang menggambarkan kehidupan.

Jakarta -

Manusia purba dan kehidupan zaman praaksara adalah dua hal yang tidak terlepaskan dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada artikel kali ini kita akan mencari tahu jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia beserta dengan tokoh penemu dan ciri-cirinya.

Manusia purba disebut juga dengan 'Pre-historic people' atau manusia prasejarah yang sekarang dikenal dengan nama manusia praaksara. Sesuai dengan namanya, manusia praaksara merupakan jenis manusia purba yang hidup pada zaman belum mengenal tulisan.

Keberadaan manusia purba banyak ditemukan oleh para arkeolog di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Berbagai bukti autentik yang dapat menguatkan keberadaan manusia purba di Indonesia adalah ditemukannya fosil, ukiran, alat-alat rumah tangga, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil temuan bukti-bukti tersebut, para ahli dapat mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu, para peneliti bahkan dapat membuat semacam tingkatan perkembangan dari manusia purba yang tertua hingga yang lebih muda berdasarkan indikator-indikator tertentu.

Di bawah ini adalah penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis manusia purba di Indonesia yang dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X: Kehidupan Manusia Purba dan Asal Usul Nenek Moyang oleh Mariana. Simak dengan baik, ya.

Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus adalah jenis manusia purba paling tua [primitif] yang pernah ditemukan di Indonesia. Fosil Meganthropus Paleojavanicus pertama kali ditemukan oleh arkeolog von Koenigswald dan Weidenreich antara tahun 1936-1941 di Sangiran pada formasi Pucangan.

Fosil-fosil Meganthropus Palaeojavanicus yang berhasil ditemukan, antara lain fragmen tulang rahang atas dan bawah, serta sejumlah gigi lepas.

Nah, berdasarkan hasil penemuan tersebut, para ahli menyimpulkan ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus, yaitu

1. Hidup pada zaman Pleistosen awal yang merupakan masa awal kehidupan manusia,

2. Memiliki rahang bawah yang sangat tegap dan gigi geraham yang besar,

3. Memiliki bentuk gigi yang homonim,

4. Memiliki otot-otot kunyah yang kuat

5. Memiliki bentuk muka yang masif dengan tulang pipi tebal, tonjolan kening yang mencolok, tonjolan belakang kepala yang tajam, serta tidak memiliki dagu,

6. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.

Pithecanthropus

Pithecanthropus atau dikenal juga dengan manusia kera adalah jenis manusia purba //www.detik.com/tag/manusia-purba yang fosilnya paling banyak ditemukan di Indonesia. Penemuan fosil pertamanya ditemukan oleh arkeolog asal Belanda bernama Eugene Dubois pada 1891 di Trinil, Ngawi.

Fosil yang ditemukan berupa atap tengkorang dan tulang paha. Berdasarkan hasil temuannya ini, Dubois memberinya nama Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berdiri tegak.

Selain Pithecanthropus erectus, jenis Pithecanthropus lainnya yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus robustus, yaitu manusia kera yang besar dan Pithecanthropus mojokertensis, yakni manusia kera dari Mojokerto.

Berdasarkan penemuan fosil-fosilnya, Pithecanthropus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Pithecanthropus hidup pada masa Pleistosen awal dan tengah sekitar 1 juta hingga 1,5 juta tahun silam.

2. Memiliki tinggi badan sekitar 168-180 cm dengan berat badan rata-rata 80-100 kg.

3. Berjalan tegak.

4. Memiliki volume otak sekitar 775-975 cc.

5. Batang tulang lurus dengan tempat-tempat perlekatan otot yang sangat nyata.

6. Bentuk tubuh dan anggota badan tegap.

7. Memiliki alat pengunyah dan otot tengkuk yang sangat kuat.

8. Memiliki rahang yang sangat kuat dengan bentuk geraham besar.

9. Bentuk kening menonjol sangat tebal.

10. Bentuk hidung tebal dan tidak memiliki dagu.

11. Bagian belakang kepala tampak menonjol.

Homo Sapiens

Homo Sapiens merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelumnya dan telah menunjukkan bentuk yang sama seperti manusia pada masa sekarang. Berdasarkan hasil penemuan para ahli, jenis Homo Sapiens yang ada di Indonesia adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Homo Wajakensis berhasil ditemukan oleh Van Reictshotten pada 1889 di Wajak, Malang.

Secara umum, Homo Sapiens memiliki ciri yang lebih progresif dibandingkan Pithecanthropus. Secara khusus, ciri-ciri Homo Sapiens adalah:

1. Volume otak bervariasi antara 1000-1450 cc,

2. Otak besar dan otak kecil sudah berkembang [terutama pada bagian kulit otaknya],

3. Memiliki tinggi badan sekitar 130-210 cm dengan berat badan rata-rata 30-150 kg,

4. Tulang dahi dan bagian belakang tengkorak sudah membulat dan tinggi,

5. Otot tengkuk mengalami penyusutan,

6. Sudah berjalan dan berdiri tegak,

7. Memiliki ciri-ciri yang lebih sempurna.

Nah, itu dia penjelasan mengenai jenis-jenis manusia purba di Indonesia lengkap dengan tokoh penemu dan ciri-cirinya. Sekarang, detikers sudah tahu perbedaan antara Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus, dan Homo Sapiens, kan?

Simak Video "Studi: Hanya 7% Populasi Dunia yang Punya DNA Unik 'Manusia Modern'"


[Gambas:Video 20detik]
[lus/lus]

KOMPAS.com - Jenis manusia purba atau masa praakasara banyak ditemukan di Indonesia. Banyak di antaranya memiliki usia yang sudah sangat tua. 

Hal ini membuat Indonesia menjadi negara penting bagi para peneliti kehidupan praakasara. Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Budha, dan Masa Islam [2019] karya Tri Worosetyaningsih, penemuan manusia purba di Indonesia dapat dikatakan mewakili manusia purba di daratan Asia. 

Manusia masa praakasara di Indonesia 

Berikut jenis-jenis penemuan manusia masa praaksara di Indonesia, yaitu:

Meganthropus paleojavanicus

Tahun 1941, von Keonigswald menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari Pithecanthropus. Geraham tersebut menunjukkan corak kemanusiaan, tetapi banyak sifat keranya.

Koenigswald menganggap makhluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Makhluk ini diberi nama Meganthropus Paleojavanicus karena bentuk tubuhnya yang lebih besar.

Diperkirakan hidup pada 2-1 juta tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Tubuh kekar
  • Tidak berdagu
  • Rahang dan geraham yang besar

Baca juga: Lembah Bengawan Solo, Tempat Tinggal Manusia Purba di Pulau Jawa

Pithecanthropus erectus

Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1980 di dekat Trinil.

Pithecanthropus erectus diambil dari kata pithekos artinya kera, anthropus artinya manusia, dan erectus artinya berjalan tegak.

Sehingga arti dari Pithecanthropus erectus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Manusia ini meurut para ahli kemampuan berpikirnya masih rendah karena volume otaknya 900 cc. Sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc.

Jika dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern.

Dieprkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta - 600.000 tahun yang lalu atau pada zaman batu tua [paleolithikum].

Ciri-ciri dari Pithecanthropus erectus antara lain:

  • Tulang rahang dan gigi besar serta kuat
  • Tinggi badan sekitar 165-170 sentimeter
  • Berbadan dan berjalan tegak
  • Kening menonjol
  • Tidak berdagu

Baca juga: Kehidupan Manusia Purba di Indonesia pada Zaman Prasejarah

Fosil jenis Pithecanthropus yang lain ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada 1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum melebihi usia 5 tahun.

Koenigswald memberi nama Pithecanthropus mojokertensis dan Pithecanthropus robustus. Ciri-ciri Pithecanthropus mojokertensis, yaitu:

  • Berbeadan tegak
  • Tidak memiliki dagu
  • Bentuk kening menonjol
  • Tinggi badan sekitar 165-180 sentimeter
  • Volume otak sekitar 750-1.300 cc
  • Tulang rahang dan geraham cukup kuat
  • Tulang tengkorak cukup tebal dan bentuknya lonjong

shutterstock.com Ilustrasi manusia Homo sapiens

Homo wajakensis atau Homo sapiens

Di dekat Wajak [Tulungangung] ditemukan sebuah tengkorak yang disebut Homo wajakensis. Jenis manusia purba ini memiliki tinggi 130-210 sentimeter, dengan berat badan sekitar 30-150 kilogram.

Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya menonjol dan dahi yang masih menonjol. Manusia ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu.

Cara hidup jenis Homo ini mengalami kemajuan dibandingkan jenis sebelumnya. Mereka membuat alat dari batu maupun tulang. Binatang-binatang buruannya berhasil ditangkap, dikuliti, lalu dibakar.

Umbi-umbian merupakan jenis makanan dengan cara dimasak. Meski masih sangat sederhana, hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam berpikir dibandingka jenis manusia purba sebelumnya.

Baca juga: Fosil Manusia Purba Pertama yang Ditemukan di Indonesia

Homo soloensis

Von Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali 11 fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo.

Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya.

Koenigswald menilai hasil temuannya ini bahwa makhluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia.

Makhluk ini oleh Koenigswald disebut Homo soloensis atau manusia dari Solo.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề