Membentak dan menyakiti fisik maupun perasaan anak yatim disebut

Kunci Jawaban PAI Kelas 5 SD Halaman 57: Apa yang Dimaksud dengan Menghardik Anak Yatim?/Buku PAI Kelas 5 Revisi 2017 /

PORTAL PEKALONGAN - Berikut kunci jawaban PAI kelas 5 SD, Jelaskanlah kisah teladan Nabi Daud a.s. adalah materi yang akan kita pelajari di artikel ini, pada pelajaran 6 Mari Belajar al-Qur’an Surat al-Ma’un.

Adik-adik kelas kelas 5, kita akan belajar mengenai PAI kelas 5 halaman 57 Ini kunci jawaban PAI kelas 5 SD mengenai pertanyaan Apa yang dimaksud dengan menghardik anak yatim? Jelaskan.

Artikel ini akan mengulas kunci jawaban PAI kelas 5 SD pelajaran 6, yang bersumber dari buku PAI Kelas 5 revisi 2017, tentang pertanyaan Apa yang dimaksud dengan menghardik anak yatim? Jelaskan.

Baca Juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 1 SD Halaman 41: Sebutkan Sifat Terpuji Nabi Idris AS

Contoh kunci jawaban PAI kelas 5 SD ini, membantu orang tua mendampingi kalian belajar dari rumah.

Jadi, sebelum melihat kunci jawaban PAI kelas 5 SD ini, alangkah baiknya mencoba mengerjakan sendiri. Dapat juga bertanya kepada orang tua.

Adik-adik, berikut pembahasan materi PAI kelas 5 SD halaman 57.

Baca Juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 5 SD Halaman 47: Jelaskanlah Kisah Teladan Nabi Daud AS

1. Siapakah pendusta agama menurut surat al-Ma’un?

Sumber: Buku PAI Kelas 5 Revisi 2017

anak yatim ini adalah sosok yang lemah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar ilmu tafsir dan hukum Islam Prof Dr KH Ahsin Sakho Muhammad menyebut masalah anak yatim ini disebut dalam Alquran sudah menjadi perhatian sejak masa awal-awal periode Mak kah. Yatim merupakan definisi bagi anak yang ditinggalkan oleh bapaknya saat usia kecil hingga akhil baligh.

"Nabi berada di sisi orang-orang yang menanggung anak yatim," ujar Kiai Ahsin Sakho belum lama ini,

Hal itu mengacu pada ungkapan Sahl bin Saad RA yang menyebut Rasulullah SAW pernah bersabda, "Aku dan orang yang menanggung anak yatim [kedu dukannya] di surga seperti ini, kemudian Beliau SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah Nabi, serta agak merenggangkan keduanya."

Dengan adanya anak yatim, Kiai Ahsin Sakho menyebut Allah ingin mengetahui siapa di antara keluarganya yang akan menanggung mereka. Sejauh mana masyarakat Muslim peduli pada mereka.

Anak yatim tidak hanya membutuhkan bantuan untuk masalah fisik, seperti pakaian, makanan, minuman, dan tempat tinggal. Mereka juga membutuhkan curahan kasih sayang. Dia meminta umat Islam untuk memperlakukan anak yatim sebagaimana anak sendiri, tidak dibedakan. Jangan sampai anak yatim ini merasa disakiti.

Dalam Alquran surah al- Ma'un ayat 1-3, Allah bersabda, "Tahukah kamu [orang] yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." Menjadi sebuah dosa besar bagi umat Islam yang memakan harta anak yatim, sementara anak yatim ini adalah sosok yang lemah.

Ia pun menyebut Nabi SAW merupakan contoh nyata dari kehidupan seorang anak yatim. Di usia belia, Nabi telah kehilangan ayah tercintanya dan hi dup berpindah-pindah dari satu sau dara ke saudara yang lain. Nabi merasakan bagaimana perasaan getir dan terombangambing se plama hidup. Karena pengalamannya, Nabi menjadi contoh bagi umat Islam.

Dalam HR Thabrani, Ra su lullah SAW pernah bersabda, "Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan engkau mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan keinginanmu akan tercapai." 

Sabtu , 16 Nov 2013, 06:19 WIB

Puluhan anak mengikuti memperingati Hari Anak Yatim Nasional di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Kamis [14/11]. [Republika/Adhi Wicaksono]

Rep: c72 Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,  “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
[QS ad-Dhuha [93] :9]Salah satu tuntunan yang ditekankan dalam upaya memuliakan yatim ialah menghindari perlakuan sewenang-wenang, baik berupa fisik maupun nonfisik. Larangan tersebut tertera jelas dalam surah ad-Dhuha di atas.Ketua Yayasan Dinamika Umat Ustaz Hasan Basri Tanjung mengatakan, menghardik dapat diartikan sebagai sebuah kata verbal dan nonverbal. Hardikan dengan verbal artinya seseorang menghardik anak yatim dengan kata-kata kasar, mengejek, dan menghina mereka.Sedangkan, hardikan dengan nonverbal artinya menghardik anak yatim dengan menzalimi secara tindakan atau perbuatan. Sekalipun bertutur kata lembut, tak pernah memberikan makan dan pakaian yang layak bagi anak yatim.Menghardik dengan perbuatan pun dilakukan bagi mereka yang bertanggung jawab memelihara anak yatim, tetapi memakan hartanya. Mereka seharusnya mampu bertanggung jawab dengan pendidikan dan pertumbuhannya hingga dewasa.Hasan pun menegaskan rujukan larangan tindakan lalim terhadap yatim pada surah ad-Dhuha di atas. Dalam surah tersebut dikisahkan juga Nabi Muhammad SAW yang menjadi anak yatim. Dia menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap anak yatim. Lantaran, yatim berada dalam lindungan-Nya. Perbuatan sewenang-wenang itu, ungkap Hasan, di antaranya, ucapan kasar, mencaci maki, mengabaikan keberadaan, hingga tidak peduli dengan kesusahan mereka. Dia mengutip pernyataan sosok pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, yang menyatakan percuma saja shalat, tetapi tidak dapat memuliakan anak yatim. Begitu juga dengan menelantarkan anak yatim sama saja dengan mendustakan agama.Hasan menukilkan surah al-Ma’un. Surah tersebut memosisikan mereka yang menghardik yatim dengan pendusta agama. Celaka bagi mereka yang shalat, tetapi tidak peduli dengan anak yatim piatu. Dengan memelihara anak yatim piatu maka seorang Muslim, kesalehan individu, dan sosial bisa teraih.Para pelaku kesewenang-wenangan terhadap yatim, ujar Hasan, akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Ini, antara lain, ditegaskan di surah an-Nisaa’ ayat 10. Allah mengganjar mereka yang memakan harta yatim secara lalim, sebenarnya menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala neraka.Kedua, menghina anak yatim sama saja dengan menempuh jalan ke neraka. Karena, dengan menyakiti hati anak yatim, apa pun doa anak yatim akan dikabulkan oleh Allah SWT. “Doa baik dan buruk yatim akan dikabulkan,” katanya.  Dosen Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ustaz Ahmad Ilyas Ismail mengatakan, memuliakan anak yatim merupakan kewajiban setiap Muslim. Kewajiban tersebut bersifat sosial dan berlaku bagi sesama manusia.Sehingga, bagi mereka yang bertindak kasar, baik dengan menghardik maupun perbuatan buruk lainnya, akan mendapatkan balasan yang sangat berat. Seperti penegasan surah al-Ma’un di atas, celaka bagi mereka yang shalat, tetapi menelantarkan anak yatim. “Ini bukan lantas berarti tidak shalat sama sekali,” katanya.Menghardik tidak hanya kata-kata kasar, tetapi juga mengganggu mereka secara psikologis. Artinya, mereka bisa saja memberikan makan, tetapi dengan cara tidak santun dengan melemparnya. Begitu juga bagi keluarga yang bersedia memelihara mereka, tetapi justru menggunakan harta anak yatim untuk kepentingan pribadi.Seharusnya, papar Ahmad, sebagai keluarga dan orang yang telah bersedia bertanggung jawab menjaga dan mendidik anak yatim, harus bisa menjaga harta yang dibawa anak tersebut. Setelah dewasa, mereka berkewajiban menyerahkan kembali harta milik anak tersebut.Tetapi, jika mereka tetap bersikeras memakan harta tersebut, mereka termasuk dalam golongan yang melakukan dosa besar. Simak ayat kedua surah an-Nisaa’ berikut.“Dan, berikanlah kepada anak-anak yatim yang sudah dewasa harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh tindakan menukar dan memakan itu adalah dosa yang besar,”.Ahmad melanjutkan, Islam mendorong umatnya agar dapat mencintai anak yatim piatu. Sehingga, mereka mendapatkan balasan yang baik berupa kasih sayang dan kebaikan dari Allah SWT.

Menurutnya, sebaik-baik rumah adalah yang di dalamnya terdapat anak yatim piatu. Mereka tidak hanya memberikan rumah yang layak, tetapi juga pendidikan dan kesehatan layaknya seorang anak kandung.

Siapakah pendusta agama menurut surat al-Maun? Kunci jawaban Agama Islam kelas 5 pelajaran 6 halaman 57.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Simak dan pelajari kunci jawaban buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 5 pelajaran 6 halaman 56 dan 57. Siapakah Pendusta Agama Menurut Surat Al-Maun?

Pada pelajaran 6, siswa kelas 5 diajarkan surah Al Maun. Surah Al-Ma'un adalah surah ke-107 dalam Al-Qur'an.

Surah ini tergolong surah Makkiyah atau yang diturunkan di Makkah, terdiri atas 7 ayat.

Allah Swt mengawali surat ini dengan pertanyaan “Tahukah kamu [orang] yang mendustakan agama?”

Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Allah SWT seperti berikut.

Belajar. [Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013]

Orang yang mendustakan agama itu mempunyai ciri sebagaimana berikut:

1. Orang yang menghardik anak yatim. Menghardik maksudnya membentak atau menyakiti fisik maupun perasaannya. Misalnya mengatakan kepada mereka “Hei anak
yatim”.

2. Orang yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Kemudian Allah SWT mengemukakan orang yang celaka, yaitu:

a. Orang yang lalai dari Salatnya

b. Berbuat ria [mempertontonkan amal perbuatan baiknya kepada orang lain], dan

c. Orang yang enggan [menolong dengan] memberikan bantuan barang berguna.

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 7 Kelas 4 SD/MI Subtema 1 Halaman 2 3 4 5 6 7 8 10 & 11, Keragaman Suku Bangsa

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 5 Kelas 2 SD Berikan Centang untuk Benda yang Dapat Diukur dengan Jangka Sorong

Sikap terpuji apa sajakah yang dapat diambil dari ayat di atas?

Sikap terpuji yang dapat diambil dari ayat di atas dan perlu kita amalkan ialah:

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Pontianak

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề