Mengapa dirinya lebih besar atau lebih baik dari orang lain disebut?

Jakarta -

Takabur adalah sikap mental dan perbuatan yang merasa dirinya lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai, atau lebih segalanya dan memandang orang lain lebih rendah. Seseorang yang memiliki sikap dan perbuatan takabur atau sombong adalah mutakabbir.

Lawan dari perilaku takabur yakni tawaduk, yang berarti rendah hati.

Allah melarang manusia untuk sombong. Hal itu berdasarkan firman Allah dalam Surat Luqman ayat 18:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ - ١٨

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia [karena sombong] dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." [QS Luqman ayat 18].

Berikut tentang Takabur:


1. Jenis Takabur

Dalam buku Be Smart Pendidikan Agama Islam [PAI] oleh Tuti Yustiani, takabur secara umum terbagi menjadi dua:

a. Takabur Batin

Takabur batin adalah sifat dalam jiwa yang tidak terlihat dan melehat dalam hati. Seperti sifat merasa besar dan lebih pandai.

b. Takabur Lahir

Takabur lahir adalah perbuatan dan tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan atau menyepelekan orang lain. Takabur lahir sebenarnya merupakan perwujudan dari takabur batin.

2. Ciri-ciri Takabur

Ciri-ciri takabur adalah suka memuji diri sendiri, meremahkan orang lain, mencela, atau menghina orang. Selain itu suka membesar-besarkan kesalahan orang lain meski hanya kesalahan sepele.

Takabur merupakan salah satu sikap tercela, terlarang, dan harus dihindari. Pelakunya akan rugi di dunia dan akhirat.

Seseorang yang takabur tidak akan menyadari kekurangan yang dimilikinya. Hal itu dapat merusak pergaulan dengan sesama. Selain itu takabur dapat menghalangi seseorang masuk surga.

Sebab takabur akan menghalangi seseorang dengan sifat orang-orang mukmin. Dia tidak sanggup tawadhu, tidak meninggalkan dengki, iri, dan benci serta tidak mampu menahan amarah dan menerima nasihat, tidak mau menghentikan penghinaan dan pelecehan terhadap orang lain.

Tidak ada makhluk yang hina melainkan memang dia akan mencari-cari kehinaan itu. Di antara keburukan takabur adalah perasaan tidak mau mencari ilmu, tidak perlu menerima kebenaran dan tidak perlu tunduk kepada kebenaran.

Bisa saja pengetahuan didapatkan orang yang sombong. Tapi dia tetap tidak mau tunduk kepada kebenaran.

Hal ini sesuai Firman Allah Surat An Naml ayat 14:

وَجَحَدُوْا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ اَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَّعُلُوًّاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ ࣖ - ١٤

"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini [kebenaran]nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."

Sudahkah sahabat hikmah meninggalkan sikap takabur?

Simak Video "Silaturahmi Senior Golkar Usai Peresmian Masjid Baru di Markas Partai"


[Gambas:Video 20detik]
[nwy/erd]

Merdeka.com - Kebutuhan seseorang untuk pengakuan orang lain tanpa sadar membuatnya merasa menjadi lebih hebat dan meninggikan diri dibanding orang lain. Salah satu hal yang mungkin terjadi ketika seseorang merasa dirinya lebih hebat dibanding orang lain dan butuh pengakuan adalah munculnya sebuah hal yang biasa disebut megalomania.

Megalomania atau penyakit kepribadian narsisistik merupakan salah satu masalah mental yang menyebabkan seseorang sangat memusatkan perhatian pada diri sendiri. Dilansir dari Underpress, masalah ini membuat seseorang merasa lebih hebat dibanding orang lain seperti misalnya lebih pintar, kaya, berpengaruh, atau berbagai hal lainnya.

Seseorang yang mengalami megalomania biasa disebut dengan megalomaniak. Pada orang-orang ini, kecenderungan yang muncul adalah mereka merasa diri lebih hebat dan besar dibanding orang lain dan cenderung terobsesi dengan kekuasaan dan perhatian dari orang lain.

Masalah ini sendiri biasanya tidak digolongkan muncul secara mandiri namun merupakan gejala dari kondisi patologis. Megalomania ini cenderung muncul bersamaan dengan gangguan bipolar, inferioritas kompleks, dan paranoid.

Seorang megalomaniak, cenderung tampak dengan karakteristik mereka yang tidak bisa melihat kenyataan. Masalah ini disebut muncul lebih banyak pada pria, walau begitu tidak tertutup kemungkinan bahwa hal ini juga bisa dialami wanita.

2 dari 5 halaman

Terdapat beberapa tingkatan perkembangan seseorang dalam mengalami megalomania. Pada awalnya, masalah kejiwaan ini tidak mudah dikenali namun seiring waktu bakal tampak makin jelas. Lebih jauh, hal ini bisa berakibat pada depresi dan juga munculnya demensia.

Tingkat pertama : Mulai muncul tanda pertama dari masalah kesehatan ini. Seseorang bakal mulai merasa ingin tampak dibanding orang lain dan menunjukkan kepribadian mereka yang menginginkan penghormatan atau pengakuan.

Tingkat kedua: Seseorang mulai menampakkan perkembangan penyakit dan menunjukkan gejala yang lebih jelas untuk dihargai dan dihormati orang lain.

Tingkat ketiga: Kondisi megalomania yang dialami seseorang semakin serius baik secara fisik dan mental. Lebih lanjut, percobaan bunuh diri bisa terjadi dan mungkin berkembangnya demensia.

3 dari 5 halaman

Megalomania secara klinis sering disebut sebagai gejala dari penyakit seperti masalah manic depressive atau gejala paranoid. Dua masalah kesehatan ini bisa mendorong munculnya megalomania pada seseorang.

Cukup sering masalah kesehatan ini berkembang menjadi skizofrenia dan sejumlah masalah saraf lainnya. Pada jangka panjang, megalomania ini bisa menyebabkan kerusakan otak.

4 dari 5 halaman

Terdapat sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko megalomania. Salah satu hal yang bisa menyebabkan munculnya hal ini adalah karena faktor tuntutan orangtua yang cukup tinggi. Hal kedua yang dapat menyebabkan masalah ini adalah kecanduan obat-obatan dan alkohol.

Selain karena perilaku tersebut, masalah kesehatan berikut juga bisa menyebabkan megalomania:- skizofrenia- neurosis atau masalah mental- trauma moral masa kecil- trauma otak

- munculnya sifilis

Patut diketahui juga bahwa terdapat risiko berkembangnya masalah ini ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini terutama dapat muncul pada hasrat berlebihan seseorang terhadap kesempurnaan dan kepemimpinan.

5 dari 5 halaman

Secara umum, gejala megalomania yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

- berubahnya penilaian terhadap diri sendiri baik secara kemampuan fisik dan mental- narsisme- perubahan mood yang sering- meningkatnya aktivitas- ketidakpedulian terhadap pendapat orang lain- perilaku agresif pada orang lain- gejala insomnia

- hanya terpusat pada pikiran diri sendiri

Ketika sejumlah gejala tersebut kamu alami, mungkin kamu sudah menuju perilaku megalomania. Ketika terjadi kondisi tersebut, segera konsultasi dengan psikiater atau psikolog untuk mengatasi masalah tersebut. [mdk/RWP]

Baca juga:
Sederet Manfaat Mengejutkan Di Balik Kebiasaan Menonton Film Horor
5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan Ketika Mengalami Serangan Panik di Tempat Kerja
3 Hal Tak Terduga yang Bisa Jadi Penyebab Utama Kamu Mengalami Insomnia
Jangan Biasa Menggunakan Gawai untuk Membuat Anak Menjadi Diam
Kecanduan Gawai Bisa Buat Emosi Anak Tidak Stabil
Manfaat Kesehatan bagi Tubuh dan Mental yang Bisa Kamu Peroleh dari Memancing

Merasa dirinya benar adalah hak semua orang. Akan tetapi jika hal itu berlebihan dan merasa benar sendiri, bahkan sempurna maka akan berbahaya, baik terhadap dirinya sendiri maupun juga terhadap orang lain. Siapapun sebenarnya selalu berada pada proses, yakni proses menuju kesempurnaan. Tidak ada orang yang sempurna, terbebas dari sifat lupa dan salah.

Setiap hari orang diwajibkan menjalankan shalat lima waktu. Dalam shalat itu ada doa yang harus dibaca, yaitu agar diberi petunjuk. Kalimat itu berbunyi : 'Ihdinas Shiraathal mutaqiem.' artinya tunjukilah kami ke jalan yang benar. Memahami bunyi doa itu, seharusnya siapapun masih merasa memerlukan petunjuk. Atau dalam kata lain, yang bersangkutan seharusnya memposisikan diri pada keadaan terbuka, atau tidak tertutup rapat oleh karena sudah berada atau menjadi yang paling benar.

Dalam ajaran Islam, hanya nabi saja yang maksum, artinya terjaga dari kesalahan. Manusia lainnya, siapapun orangnya, masih berpeluang untuk melakukan kesalahan dan lupa. Kesalahan itu bisa terjadi pada hati, ucapan, dan bahkan juga perbuatan. Memelihara hati bukan pekerjaan mudah. Seseorang tanpa sebab menduga orang lain berbuat salah, berprasangka buruk, membenci, hasut, dan semacamnya. Perbuatan itu adalah salah dan bisa saja muncul dari hati seseorang, tanpa disadari.

Suasana batin atau hati itu berlanjut pada perbuatan lisan. Dengan mudah mengatakan bahwa orang lain berbuat salah, menyimpang, bodoh, dan atau merugikan. Mengeluarkan perkataan, yang sesungguhnya tidak perlu, sedemikian mudah bagi siapapun, sehingga tidak terasa dan atau tidak disadari oleh yang bersangkutan. Padahal mengatakan yang demikian itu adalah salah, merugikan diri sendiri, dan bahkan akan mencelakakan orang lain.

Tidak saja hati dan ucapan salah yang seringkali mudah dilakukan oleh seseorang, tetapi juga perbuatan. Dikiranya orang lain salah, padahal kekeliruan itu justru ada pada dirinya sendiri. Hal demikian itu terjadi oleh karena dirinya sendiri telah merasa benar dan bahkan paling benar. Perasaan paling benar itu anehnya juga terkait dengan kegiatan agama. Misalnya, seseorang merasa bahwa shalatnya, puasanya, zakatnya, dan lain-lain sudah paling benar. Padahal shalat itu harus dilakukan dengan khusu', dan hingga sampai pada tingkat khusu', bagi siapapun, sebenarnya bukan perkara mudah.

Mungkin saja bacaan dan gerakan shalat seseorang sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh gurunya. Tetapi bukankah shalat itu seharusnya sempurna, yaitu menyangkut perbuatan hati, ucapan, dan gerakan jasmaninya. Sekedar membenarkan ucapan dan gerakan yang seharusnya dilakukan, kiranya tidak terlalu sulit. Namun sebaliknya, menata hati agar benar-benar bahwa apa yang disuarakannya sampai pada sasaran yang dituju adalah bukan perkara mudah. Menyadari hal itu semua, kiranya tidak tepat jika seseorang merasa paling benar sendiri. Seharusnya, semua merasa sedang berada pada jalan menuju kebenaran, atau memperoleh kasih sayang Allah dan Rasul-Nya.

Perasaan bahwa dirinya sendiri belum berada pada tingkat sempurna dan menyadari masih banyak kekeliruan itulah yang menjadikan orang lain tidaklah tepat dihakimi sesat. Seharusnya, diajak saja secara bersama-sama memperbaiki diri sendiri. Pekerjaan memperbaiki diri sendiri ternyata tidak sederhana dan juga tidak mudah. Itulah sebabnya, Islam mengajarkan agar menjaga diri sendiri dan keluarganya harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengajak orang lain. Terasa kurang tepat, ketika dirinya sendiri belum selesai dan apalagi sempurna, sudah terlalu jauh menyesatkan orang lain. Wallahu a'lam

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề