Saturday, 10 Oct 2020 20:54 WIB
Ilustrasi peristiwa hijrah -- Nabi Muhammad mengajarkan umatnya hijrah
IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Ketika berbagai cobaan dan ujian silih berganti dialami umat Islam, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Perihal tempat untuk hijrah ini, Allah SWT telah memberitahukan Rasulullah.
Dalam buku berjudul Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Martin Lings mengungkapkan, Nabi SAW sudah mengetahui bahwa Yastrib adalah lahan subur di antara dua jalur batu-batu hitam yang beliau lihat dalam mimpinya. Beliau juga tahu bahwa tibalah waktunya untuk hijrah.
Sementara itu, Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran menuliskan, Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” [Shahih Muslim: 2272].
Rasul pun memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Adapun Rasul SAW, rencananya akan menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Sebab, Rasul mengetahui, yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri beliau, dan bukan kaum Muslimin.
Kaum Quraisy pun menyiapkan strategi untuk melakukan penangkapan terhadap Rasul SAW. Namun, rencana kaum Quraisy ini diketahui oleh Nabi SAW. Saat itu, Rasulullah sendiri memang masih tinggal di Makkah dan kaum Muslim sudah tidak ada lagi yang tinggal, kecuali sebagian kecil. Sambil menunggu perintah Allah SWT untuk berhijrah, Nabi SAW menemui Abu Bakar dan memberitahukannya untuk bersiap hijrah ke Madinah.
“Dan, katakanlah, Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah [pula] aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.”[Al-Isra [17]: 80].
Di sinilah, sebagaimana dipaparkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Hayatu Muhammad [Sejarah Hidup Muhammad], dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya demi kebenaran, keyakinan, dan keimanan.
Untuk mengelabui kaum Quraisy, Rasulullah memutuskan akan menempuh jalan lain [rute yang berbeda] dari jalur yang biasa digunakan penduduk Makkah untuk menuju Madinah. Rasulullah SAW memutuskan akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.
Padahal, Abu Bakar sudah menyiapkan dua ekor unta sebagai kendaraan yang akan dipergunakan Nabi SAW pada saat berhijrah. Hijrah ini dilakukan semata-mata untuk menyelamatkan dakwah dan akidah Islam serta kaum Muslimin.
Rute yang ditempuh Rasul itu adalah setelah keluar dari rumah beliau, jalan yang ditempuh adalah Gua Tsur, berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah. Sedangkan Madinah berada di sebelah utara Makkah. Langkah ini diambil untuk mengelabui kafir Quraisy. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari.
Selanjutnya, beliau mengambil jalur ke arah barat menuju Hudaibiyah, arah sebelah timur desa Sarat. Kemudian, menuju arah Madinah dan berhenti di sebuah kawasan di al-Jumum dekat wilayah Usfan. Lalu, bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan Ummul Ma'bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah.
Selanjutnya, beliau menuju Thanniyat al-Murrah, Mulijah Laqaf, Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir, hingga tiba di Dzu Salam. Di sini, beliau memutar ke arah barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan berhenti di daerah Quba. Di sinilah beliau mendirikan Masjid Quba, yaitu Masjid pertama yang didirikan Rasul SAW.
Setelah dari Quba, atau sekitar satu kilometer dari Quba, beliau bersama umat Islam lainnya, melaksanakan shalat Jumat. Untuk memperingati peristiwa itu, dibangunlah masjid di lokasi ini dengan nama Masjid Jumat. Setelah itu, barulah Rasul SAW menuju Madinah.
Jumat, 24 Sep 2021, 11:02:35 WIB - 13973 View
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Tabligh PP Muhammadiyah mengadakan Kajian Kamis Pagi #27 secara virtual pada hari Kamis [23/09/2021] dengan tema “Pelajaran dari Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW”. Kajian tersebut menghadirkan Ustadz Akhmad Arif Rifan, S.H.I., M.S.I.
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad didasari oleh ancaman pembunuhan dari kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah. Dalam sebuah riwayat disebutkan kaum-kaum kafir Quraisy merencanakan pembunuhan kepada Nabi Muhammad karena memang tidak ada lagi cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah selain membunuhnya. Alasan lain dari hijrahnya Rasulullah ialah guna mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan aqidah ke wilayah-wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam rangka menyadarkan, membebaskan, dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah.
Ustadz Akhmad Arif Rifan selaku narasumber menggunakan Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum sebagai rujukan pada pembahasan hijrah Nabi Muhammad SAW. Pada kitab tersebut disebutkan bahwa Allah SWT memberi kabar kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril mengenai rencana pembunuhan tersebut sekaligus juga mengizinkan Rasulullah untuk meninggalkan Mekkah. “Jangan sampai bermalam di tempat tidurmu”, dalam Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum menjelaskan mengenai waktu hijrah Rasulullah yang terjadi ketika malam hari.
Nabi Muhammad SAW tiba di kota Madinah pada tahun 622 M. Kehadiran Nabi Muhammad dan umat Islam di kota Madinah menandai zaman baru bagi perjalanan dakwah Islam. Umat Islam mendapat perlindungan dari penduduk Madinah sehingga tidak banyak mengalami gangguan lagi dari kaum kafir Quraisy.
Dengan diterimanya Nabi Muhammad dan umat Islam oleh masyarakat Madinah, maka Nabi SAW memberikan gelar kepada umat Islam Madinah dengan sebutan Kaum Anshar, yakni kelompok masyarakat yang menjadi penolong. Sementara umat Islam yang berasal dari Mekkah disebut dengan Kaum Muhajirin. Hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan cara membangun masyarakat baru sesuai ajaran Islam.
“Beliau [Nabi Muhammad SAW] diusir dari Mekkah, dengan mereka merencanakan pembunuhan kepada Rasulullah SAW maka secara tidak langsung mereka tak menginginkan Rasulullah. Sehingga Rasulullah pada akhirnya meninggalkan kota Mekkah. Sebelum melakukan perjalanan hijrah ada ungkapan dari Rasulullah tentang betapa beliau mencintai kota Mekkah, ungkapan tersebut bahkan sampai membuat Abu Bakar Ash-Shiddiq terharu” tutur Ustadz Akhmad Arif Rifan.
Sebagai pemimpin Rasulullah tak menghiraukan rasa cintanya kepada kota Mekkah dan tetap melakukan perjalanan Hijrah menuju Madinah [Yastrib]. Hal ini membuktikan jiwa besar Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin. Nabi Muhammad mengesampingkan perasaan pribadinya demi tujuan dakwah dan kemaslahatan umat Islam. “Bahwa pendidikan dalam Islam itu tidak hanya untuk menjadikan seorang menjadi muslim, melainkan nilai-nilai Islam bertujuan dalam membentuk seorang menjadi muslim yang sejati dalam skala individu sekaligus dalam skala umat, skala kolektif” tambah Ustadz Akhmad Arif Rifan. [syq]
[//suaramuhammadiyah.id/2021/09/23/hikmah-peristiwa-hijrah-rasulullah/]
SHUTTERSTOCK / Sony Herdiana
Makam Baqi di dekat Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
KOMPAS.com - Pada tahun 622, Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah setelah melakukan perjalanan panjang dari Mekkah.
Kehadiran Nabi Muhammad di Madinah menandai era baru bagi perjalanan dakwah Islam.
Hijrah Nabi ke Madinah tentu bukan sebuah kebetulan. Rasulullah mendapatkan perintah hijrah dari Allah, sebelum akhirnya mengimbau para sahabatnya untuk melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi menuju Madinah.
Adapun alasan Madinah menjadi tujuan hijrah, bukan kota lain, adalah karena Madinah memiliki beberapa keutamaan. Misalnya penduduknya yang ramah dan berpengalaman dalam berperang, serta lokasinya yang strategis untuk menjaga dakwah Islam.
Selain perintah Allah, berikut beberapa alasan Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Baca juga: Asal-usul Nama Kota Madinah
Perjalanan Nabi dari Mekkah ke Madinah didasari oleh adanya perlawanan besar dari kaum kafir Quraisy.
Kaum kafir Quraisy adalah kabilah penyembah berhala keturunan Ibrahim dari bangsa Arab yang menetap di wilayah Kota Mekkah.
Ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam di Mekkah, kaum Quraisy melakukan perlawanan besar-besaran.
Kekejaman kaum Quraisy di Mekkah semakin membesar setelah wafatnya dua pelindung Nabi, yaitu istrinya, Khadijah, dan pamannya Abu Thalib.
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa kaum Quraisy melakukan berbagai cara untuk menyakiti Nabi Muhammad dan berniat membunuhnya guna menghentikan dakwahnya.
11 Januari 2022 05:41
Pertanyaan
Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus!
Jawaban terverifikasi
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Surabaya
31 Januari 2022 14:33