Mengapa Sangiran menjadi salah satu situs sejarah yang penting?

Dua petugas melakukan rekontruksi fosil hewan purba di laboratorium Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah [18/1]. Rekonstruksi dilakukan untuk mengembalikan bentuk asli fosil. ANTARA/Hasan Sakri Ghozali

TEMPO Interaktif, SEMARANG  -Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran [BPSMPS], Harry Widianto mengatakan, Situs Sangiran akan menjadi pusat kajian evolusi manusia dan kajian manusia purba terbesar di Asia.

Saat ini, BPSMPS terus mengembangkan Museum Sangiran yang terletak di Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen. Museum ini dilengkapi dengan Pengembangan meliputi penyempurnaan ruang museum yang representatif, laboratorium, ruang audio visual, ruang animasi, ruang seminar, home stay untuk peneliti, gardu pandang, pusat penjualan sovenir, serta perkantoran balai pelestarian. "Pembangunan pengembangan ini akan selesai Oktober 2011. Rencananya diresmikan Presiden," kata Harry, Ahad [17/10].

Di museum ini, kata Harry, pengunjung akan memperoleh informasi proses evolusi manusia dan peradaban manusia purba sampai manusia modern secara utuh. "Tidak hanya melihat fosil, tapi juga melihat perkembangan manusia purba melalui audio visual dan animasi". ujarnya.

Dari gardu pandang, pengunjung akan melihat hamparan kawasan situs Sangiran seluas 56 kilometer persegi yang terdiri dari 22 desa yang terbagi dalam empat kecamatan dan dua kabupaten, yakni Sragen dan Karanganyar.

Saat ini, pengembangan Situs Sangiran masih terkonsentrasi di klaster Krikilan tempat museum. Namun pengembangan serupa akan dilakukan di klaster Ngebung, Bukuran, dan Dayu. "Rencana detil pengembangan tiga kluster yang lain sudah jadi," tambah Harry yang kini merupakan satu-satunya pakar manusia purba di Indonesia.

Dijadikannya Sangiran sebagai pusat kajian manusia purba dan kajian evolusi manusia terbesar di Asia karena di situs ini ditemukan fosil peninggalan manusia purba  dari 2,4 juta tahun silam. Tak hanya fosil manusia, tapi juga fosil berbagai binatang, alat produksi yang digunakan dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan situs-situs manusi purba di Cina seperti Zhudian, Yuanmo dan Longhupa yang hanya menyajikan peninggalan purba kurang dari dua juta tahun.

Terpisah, Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, Suhardi, mengatakan, pengembangan Situs Sangiran sebagai wisata sejarah dan arkelologi juga masuk dalam rencana pembangunan daerah jangka menengah Provinsi Jawa Tengah. "Kami akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sangiran bukanhanya pada pelajar dan peneliti, namun juga masyarakat umum," ujarnya. "Sangiran adalah potensi besar bagi dunia pariwisata".

SOHIRIN

Sangiran menjadi salah satu obyek wisata pilihan di Solo, merupakan situs prasejarah yang penting dalam menggambarkan evolusi manusia. Situs ini berlokasi kira-kira 15 km dari Kota Solo tepatnya di lembah sungai Solo, kaki gunung Lawu. Secara admnistrasi, Situs Prasejarah Sangiran berada di Kabuptaen Sragen. Pada tahun 1996 Situs Prasejarah Sangiran ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO.

Situs ini ada ketika seorang antropplogi, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald melakukan penelitian di area ini. Hasil penggalian situs menemukan fosil nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus. Selain itu juga terdapat sekitar 60 fosil Meganthropus palaeojavanicus di situs ini. Sampai sekarang 100 fosil Homo erectus ditemukan di Sangiran dan jumlah ini merupakan 50% dari populasi Homo erectus di dunia.

Di Situs ini juga terdapat museum Sangiran. Berisi banyak replika manusia purba yang menggambaran sejarah manusia purba sejak 2 juta tahun lalu sampai 200.000 juta tahun yang lalu. 13.086 koleksi fosil manusia purba ada di museum ini. Di dalam museum pengunjung dapat menikmati audio visual mengenai sejarah ditemukannya situs Sangiran, proses evolusi dan proses terbentuknya alam.

Situs Sangiran layak dilkunjungi dan akses ke sana lebih mudah dari Kota Solo. Pengunjung cukup naik bus umum dari Terminal Tirtonadi. Bisa juga ditempuh menggunakan sepeda motor atau mobil.

Museum Purbakala Sangiran. ©2016 merdeka.com/arie sunaryo

JATENG | 4 Desember 2021 13:26 Reporter : Shani Rasyid

Merdeka.com - Sangiran, begitulah namanya terpampang di buku-buku sejarah. Tempat yang berada di Kabupaten Sragen itu merupakan salah satu lokasi ditemukannya fosil manusia purba di Indonesia.

Tak hanya di Indonesia, situs penemuan fosil manusia purba Sangiran juga terkenal di dunia. Di mata dunia Internasional, situs manusia purba ini mampu menyumbangkan pengetahuan penting mengenai bukti-bukti evolusi manusia, evolusi fauna, evolusi kebudayaan, dan juga lingkungan yang terjadi berjuta-juta tahun yang lalu.

Tak heran pada tahun 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Lantas seperti apa perkembangan situs manusia purba itu dari waktu ke waktu? Dan hal apa yang bisa dipelajari dari situs tersebut? Berikut selengkapnya:

2 dari 4 halaman

©2016 merdeka.com/arie sunaryo

Mengutip Wikipedia, Situs Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling pada tahun 1883 saat melakukan kegiatan eksplorasi. Peneliti sejarah purbakala Eugene Dubois sebenarnya juga pernah melakukan penelitian di Sangiran, namun tidak terlalu intensif karena penelitannya kemudian dipusatkan di daerah Trinil, Ngawi.

Dikutip dari Kemdikbud.go.id, nama Situs Sangiran mulai dikenal saat seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald melakukan penelitian pada tahun 1934. Waktu itu ia menemukan alat-alat batu hasil budaya manusia purba yang diperdagangkan oleh warga.

Oleh warga, alat-alat itu terkenal dengan sebutan “balung buta”. Selanjutnya pada tahun 1936 akhirnya ditemukan fosil manusia purba pertama di Sangiran. Tahun demi tahun, penemuannya makin banyak seperti fosil manusia, fosil hewan, alat tulang, dan alat batu.

3 dari 4 halaman

©2016 merdeka.com/arie sunaryo

Hasil penggalian Von Koeningswald beserta timnya kemudian disimpan pada sebuah bangunan yang ia dirikan bersama Toto Marsono di Sangiran. Sementara itu koleksi-koleksi penting dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenreich.

Namun baru pada tahun 1988 sebuah situs museum dan konservasi laboratorium lokal sederhana didirikan di tempat itu. Pada tahun 2011, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuka museum itu untuk umum.

Kini, Museum Sangiran hadir dengan tiga ruang utama: ruang pertama berisi diorama yang berisi tentang kehidupan manusia purba di Sangiran sekitar 1 juta tahun yang lalu, ruang kedua berisi fosil-fosil yang ditemukan dan juga sejarah eksplorasi di situs tersebut, dan ruang ketiga berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah Sangiran.

4 dari 4 halaman

©2016 merdeka.com/arie sunaryo

Seiring berjalannya waktu, kehadiran Museum Purbakala Sangiran nyatanya belum memberi dampak signifikan bagi kehidupan ekonomi warganya. Oleh karena itu Sangiran dicetuskan menjadi sebuah desa wisata.

Selain museum purbakala, di desa wisata itu terdapat banyak UMKM yang menjajakan berbagai kerajinan lokal seperti ikat kepala, baju lurik, kapak batu, kaligrafi bambi, dan masih banyak lagi. Alhasil pada Oktober 2021 kemarin Desa Wisata Sangiran masuk dalam 50 desa wisata terbaik di Indonesia.

“Desa Wisata Sangiran ini kelasnya dunia karena sudah diakui UNESCO dan menjadi situs tertua yang sudah ada 1,8 juta tahun lalu. Di ini wisata yang ditawarkan berbasis sejarah dan budaya,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dikutip dari Sragenkab.go.id.

[mdk/shr]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề