Mengapa tanggal pertempuran Surabaya dijadikan momentum untuk memperingati kontribusi Pahlawan kita

Pertempuran di Surabaya merupakan perang antara rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda dan tentara sekutunya, Inggris. Belanda dan Inggris berusaha merebut kembali kemerdekaan Indonesia usai Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Mulanya, pada 31 Agustus 1945, pemerintah Indonesia mengeluarkan maklumat yang berisi anjuran kepada masyarakat untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di seluruh penjuru tanah air. Hal itu kemudian membuat Belanda dan Inggris marah.

Puncaknya adalah ketika insiden bendera terjadi di Hotel Yamato di Surabaya. Saat itu Belanda mengibarkan bendera kebangsaannya [Merah Putih Biru] di tiang yang berada di lantai teratas Hotel Yamato. Pengibaran bendera Belanda tanpa izin itu membuat pemuda-pemuda di Surabaya geram.

Meraka lalu memaksakan diri untuk naik ke lantai paling atas Hotel Yamato lalu merobek kain biru di bendera Belanda itu, sehingga tinggal warna merah putihnya saja, setelah itu bendera tersebut dikibarkan kembali. Pertempuran kecil pun terjadi secara berulang di beberapa titik di Jawa Timur.

Akhirnya Indonesia dan Belanda serta Inggris sepakat untuk gencatan senjata. Namun sayang terbunuhnya salah satu Jenderal Inggris, Brigjen Mallaby, membuat mereka marah dan membatalkan gencatan senjata.

Itulah cerita awal pertempuran antara seluruh rakyat Surabaya melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia. Namun pernahkah kalian berpikir mengapa Hari Pahlawan ditetapkan pada 10 November? Yuk simak ulasannya.

1. Inggris mengultimatum Indonesia untuk menyerah

Pasca-terbunuhnya Mallaby, Mayor Jenderal Robert Mansergh kemudian menggantikan Mallaby sebagai pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur.

Robert Mansergh kemudian mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang telah ditentukan, mereka juga diminta untuk menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.

Batas ultimatumnya adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan atau milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR [Tentara Keamanan Rakyat] juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.

Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

2. Perang Terbesar Pasca-kemerdekaan

Peperangan antara rakyat Indonesia dan tentara Inggris serta sekutunya pun pecah di Surabaya. Peperangan ini adalah yang pertama dan terbesar sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan beberapa bulan sebelumnya.

Selain disebut sebagai peperangan terbesar, peperangan yang dipimpin oleh Bung Tomo serta sejumlah Kiyai ini disebut sebagai perang terberat selama masa revolusi. Bagaimana tidak tentara Inggris yang dilengkapi senjata modern seperti tank dan kapal perang memperkirakan bisa menguasai Surabaya dalam waktu tiga hari. Tapi faktanya perang Surabaya berlangsung hingga lebih dari 100 hari.

3. Jadi Inspirasi Seluruh Penjuru Negeri

Gigihnya arek-arek Suraboyo ternyata berhasil menggugah daerah lain yang ada di penjuru tanah air. Sejumlah wilayah yang juga diserang oleh Kompeni Belanda beserta sekutunya mendapat perlawanan sengit dari rakyat Indonesia.

Sejumlah wilayah yang ikut melawan penjajah yang berniat merebut kemerdekaan Indonesia antaranya terjadi di Jakarta pada tanggal 18 November; di Semarang pada 18 Novemberl; di Riau 18 November; di Ambarawa tanggal 21 November; di Bandung 6 Desember; dan di Medan pada 6 Desember.

4. Korbankan Ribuan Nyawa di Surabaya

Ada beberapa versi mengenai jumlah korban yang gugur selama perang berlangsung di Surabaya. Sejumlah sumber menyebutkan korbannya berada di kisaran 6.000 sampai 16.000 orang di pihak Republik Indonesia, sementara dipihak musuh diperkirakan hanya mencapai 600 hingga 2.000 prajurit.

*Foto diambil dari Wikipedia.

Page 2

Peringatan Hari Pahlawan 10 November untuk mengingat pertempuran Surabaya yang terjadi pada 1945.

Peristiwa tersebut diawali insiden perobekan Bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato pada 19 September 1945.

Kemudian Presiden Soekarno memerintahkan untuk gencatan senjata pada 29 Oktober 1945. Pertempuran kembali pecah pada 30 Oktober 1945.

Saat itu rakyat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris. Pada pertempuran tersebut, jumlah kekuatan tentara sekutu sekitar 15.000 pasukan.

Sekitar 6000 rakyat Indonesia pun gugur dalam pertempuran di Surabaya itu. Pertempuran tersebut terjadi selama tiga minggu.

Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 itu pun ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959.

Keputusan itu ditetapkan oleh Presiden Soerkarno. Kala itu Soekarno memutuskan juga menetapkan hari nasional bukan hari libur. Salah satunya yakni Hari Pahlawan 10 November.

Berdasarkan buku Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempor 10 November karya Abdul Waid pertempuran itu dipicu dengan sejumlah hal.

Peristiwa itu bermula setelah terjadinya kekalahan Jepang, kemudian rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.

Sejarah Hari Pahlawan:

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, situasi Indonesia belum stabil, saat itu Indonesia masih bergejolak terutama antara rakyat dan tentara asing.

Hari Pahlawan 10 November merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah negara Republik Indonesia.

Karena pada 10 November 1945 terjadi pertempuran besar pascakemerdekaan, yang dikenal juga sebagai pertempuran Surabaya.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.

Gerakan pengibaran bendera tersebut meluas ke seluruh daerah-daerah, salah satunya di Surabaya.

Pada pertengahan September, tentara Inggris mendarat di Jakarta dan mereka berada di Surabaya pada 25 September 1945.

Tentara Inggris tergabung dalam AFNEI [Allied Forces Netherlands East Indies] datang bersama dengan tentara NICA [Netherlands Indies Civil Administration].

Tugas mereka adalah melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, sekaligus mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan.

Hal ini memicu kemarahan warga Surabaya, mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera Merah Putih.

Mereka protes dengan berkerumun di depan Hotel Yamato dan meminta bendera Belanda diturunkan lalu kibarkan bendera Indonesia.

Pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan berakhir meruncing, karena Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut.

Hingga mengakibatkan Ploegman tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato pun terjadi ricuh.

Sejumlah warga ingin masuk ke hotel, tetapi Hariyono dan Koesno Wibowo yang berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih.

Kemudian pada 29 Oktober, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata.

Namun keesokan harinya, kedua pihak bentrok dan menyebabkan Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris, tewas tertembak hingga mobil yang ditumpanginya diledakan oleh milisi.

Melalui Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Mallaby, ia mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan.

Tak hanya itu, mereka pun meminta orang Indonesia menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas dengan batas ultimatum pada pukul 06.00, 10 November 1945.

Ultimatum tersebut membuat rakyat Surabaya marah hingga terjadi pertempuran 10 November.

Perang antar kedua kubu berlangsung sekitar tiga minggu. Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya antara lain Sutomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.

Makna Hari Pahlawan:

Kisah perjuangan rakyat Indonesia sebelum dan pascakemerdekaan muncul dalam buku sejarah pelajaran sekolah mulai dari SD hingga SMA.

Kisah tersebut tak hanya menunjukkan sejarah negara, melainkan juga mengajarkan keteladanan kepada anak-anak Indonesia, seperti kejujuran, kegigihan, pantang menyerah, dan melakukan kewajiban dan hak.

Untuk bisa mengenalkan makna Hari Pahlawan kepada mereka dari kehidupan sehari-hari.

Seperti mempertahankan kemerdekaan dengan belajar tekun, meraih prestasi di bidang yang diminati, menolong teman yang sedang kesusahan, dan membiasakan untuk mengucapkan terima kasih, maaf, serta tolong kepada orang lain.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề