Objek wisata yang digunakan untuk menyimpan alat-alat pembuat bahan pakaian

Oleh Liputan6 pada 06 Mar 2004, 09:15 WIB

Diperbarui 06 Mar 2004, 09:15 WIB

Perbesar

Liputan6.com, Jakarta: Kawasan Tanabang, Jakarta Pusat, memang dikenal sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar. Berbagai pelaku bisnis tekstil dari berbagai daerah maupun sejumlah negara berkumpul di sini. Tapi, tak banyak orang mengetahui jika kawasan tersebut juga sebagai salah satu obyek wisata di Jakarta. Hal itu disebabkan adanya Museum Tekstil. Tempat yang menyimpan berbagai alat pembuat maupun hasil tekstil dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Terletak di tengah kota tepatnya di Jalan K.S. Tubun Nomor 4, Jakarta Pusat, museum ini mudah dijangkau. Para wisatawan dengan mudah dapat memilih berbagai jenis angkutan transportasi dalam kota yang menuju museum tersebut. Tapi, layaknya di kota besar, waktu yang ditempuh untuk bisa sampai di museum tersebut lumayan lama. Pasalnya, kemacetan kerap mewarnai perjalanan menuju museum tersebut. Di sisi lain, museum yang memiliki tiket masuk paling mahal sekitar Rp 2.000 per orang ini buka untuk umum sejak Selasa hingga Ahad. Terlepas dari waktu tempuh, museum ini mengoleksi kain tradisional seperti kain batik, ikat pelangi, peralatan batik, dan tenun dari berbagai daerah. Mengenai kain tradisional, museum ini mengoleksi sekitar 1.500 kain tradisonal. Setiap tiga bulan sekali, kain-kain yang ditampilkan selalu berubah. Selain aneka ragam jenis bahan, museum ini juga mengoleksi teknik pengolahan, warna, motif dan komposisi yang menjadi ciri tersendiri dari tekstil Indonesia. Koleksi tekstil modern karya perancang busana terkemuka juga ditampilkan museum ini. Sejatinya, keberadaan museum ini membuktikan jika Indonesia adalah salah satu negara penghasil tekstil tradisional terbesar di dunia.

Pada dasarnya Museum Tekstil adalah sebuah cagar budaya yang khusus menangani tugas-tugas pengumpulan, pengawetan, dan pameran karya seni yang erat dengan pertekstilan di Tanah Air. Tak heran, jika pengunjung dapat melihat cara pembuatan produk tekstil dari berbagai daerah, termasuk kain batik. Bahkan, para pengunjung juga dapat mengikuti pelatihan pembuatan kain batik tulis selama empat hari dengan uang kursus sekitar Rp 150 ribu per orang. Sedangkan untuk pembuatan jumputan tiap peserta dikenakan uang pelatihan sebesar Rp 100 ribu per hari. Selain itu, para pengunjung juga dapat berbelanja hasil tekstil di sebuah art shop di museum tersebut.

Asal tahu saja, museum yang menempati gedung megah yang dibangun pada abad ke-19 ini resmi berdiri sejak 28 Juni 1976. Gedung ini mulanya adalah rumah pribadi seorang warga negara Prancis, yang kemudian dijual pada seorang konsul Turki. Pada 1942, gedung ini kembali dijual pada Karel Cristian Cruq. Tapi, pada masa perebutan kemerdekaan. Gedung ini sempat dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat [BKR]. Usai pertempuran fisik, gedung ini dihuni Lie Sion Phin 1947 yang kemudian dikuasai Departemen Sosial.[ORS/Inka Prawirasasra dan Effendi Kassah]

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

percepatan merupakan turunan dari besaran pokok apa​

2. Apa saja akibat orang yang tidak bertanggung jawab terhadap masyarakat?​

1. Sebutkan manfaat orang yang mau bertang- gung jawab!​

7. Bu Arin berjualan kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti gula, teh, beras, dan lain- lain di halaman rumahnya. Usaha Bu Arin disebut.....​

gays mau nanya, yg putih putih disamping bibir itu cara ilangin nya gimna ya? insecure banget..

Jawaban:

museum tekstil

maaf kalau salah

Jawaban:

museum tekstil

Penjelasan:

semoga membantu follow ya nanti aku follback jadikan sebagai terbaik like dan ranting 5 sebanyak-banyaknya

Jakarta, Jakarta Barat, Museum

Museum Tekstil Jakarta menempati bangunan bergaya kolonial di atas tanah luas di tepi jalan K.S. Tubun No.4 yang sangat sibuk di hampir sepanjang waktu. Jalan yang juga dikenal sebagai Jl. Petamburan di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat ini, lalu lintasnya sangat padat, sehingga kadang sulit bagi pengunjung untuk menemukan pintu gerbangnya. Indonesia pantas memiliki sebuah museum tekstil yang baik, dan Museum Tekstil Jakarta merupakan usaha ke arah sana. Menenun merupakan karajinan tangan paling tua yang tetap bertahan, dan mulai dikenal sejak jaman Neolitikum, sekitar 12.000 tahun lalu. Prinsip menenun digunakan orang purba untuk membuat gubug tempat berteduh. Prinsip menenun juga dipakai membuat benda yang diperlukan sehari-hari, seperti misalnya keranjang bambu. Pemakaian bahan-bahan bukan alami-lah yang barangkali kemudian melahirkan pola dasar kain dan pakaian untuk pertama kalinya. Bukanlah sebuah kebetulan jika istilah tekstil berasal dari kata Latin 'texere' yang berarti "menenun". Kondisi Gedung Museum Tekstil saat itu masih dalam keadaan kusam dan memerlukan penyegaran. Tiket masuknya masih Rp.2.000, sangat murah. Dengan jumlah pengunjung yang relatif sedikit, penghasilan bulanan Museum Tekstil ini akan selalu sulit untuk secara mandiri membiayai perawatan gedung dan untuk membayar gaji pegawai. Meski demikian masih bisa ada penghasilan dari kegiatan lain yang diselenggarakan oleh Museum Tekstil Jakarta, seperti menyelenggarakan kursus Batik, atau menyewakan gedung museum untuk acara budaya, pameran, dan acara lainnya. Mengelola museum memerlukan kreativitas dan inovasi agar bisa bersaing mendatangkan pengunjung. Sebuah dokumentasi foto kuno di Museum Tekstil Jakarta memperlihatkan tiga orang gadis yang mengenakan pakaian tradisional dari Jawa. Ada pula busana dan aksesoris tradisional asal Sulawesi Selatan yang menjadi koleksi Museum Tekstil Jakarta. Harga pakaian kadang menjadi faktor pembeda antara yang mampu dan mau beli dan yang tidak. Ada yang suka pakaian sederhana walau harta berlimpah. Ada yang uang pas-pasan namun gemar pakaian mahal. Penampilan, karenanya, sering menyesatkan. Museum Tekstil Jakarta memiliki koleksi berupa beka bulu asal Kabanjahe, Karo. Dibuat dari kapas, benang sintetis, pewarna kimia, dan plastik. Jenisnya tenun ikat lungsi, pakan tambahan, dengan motif kepala panah, zigzag dan belah ketupat. Dipakai sebagai selendang, atau ikat kepala dengan busana adat pada acara muda-mudi atau guro-guro, ukuran 163x84 cm. Ajaran agama membuat manusia menutupi tubuh dengan santun dan baik, lalu muncul mode yang dibuat dan disesuaikan dengan cita rasa, sistem nilai dan tradisi setempat. Beberapa kebudayaan menambahkan warna kepada kain dengan pewarna alami dari tetumbuhan. Kebudayaan yang maju memakai pewarna buatan dengan jenis warna hampir tanpa batas. Menenun juga telah menjadi jauh lebih canggih. Kini orang bisa membuat kain dengan 1000 benang dalam setiap inci persegi, yang membuatnya menjadi terasa lebih lembut, dan karenanya menjadi lebih mahal. Tingkat ketelitian dan kehalusan kain atau pakain bisa menentukan status pemakainya, setidaknya buat mereka yang percaya dengan itu. Di halaman samping Museum Tekstil Jakarta terdapat prasati yang menjelaskan sejarah singkat bangunan museum. Gedung bergaya Art Deco ini dibangun pada abad 19 sebagai rumah pribadi orang berkebangsaan Perancis. Kemudian rumah lalu dijual ke Konsul Turki bernama Abdul Aziz Almussawi Al Katiri. Lalu pada 1942 beralih ke Dr. Karel Christian Ceuq. Sebuah poster memperlihatkan ragam pakaian etnik yang dikenakan oleh wanita Jakarta dan masih digunakan dalam kesempatan tertentu hingga saat ini. Ada pula koleksi pakaian sepasang pengantin dengan warna dominan ungu dan kuning keemasan dengan tutup kepala bergaya Jawa, serta koleksi batik sepanjang 130 meter dengan aneka motif yang merupakan cikal bakal batik terpanjang di dunia [400 meter] kreasi dari Batik Komar. Pada masa revolusi, Gedung Museum Tekstil Jakarta digunakan oleh BKR. Tahun 1947, gedung ini ditempati oleh Lie Sion Pin, yang lalu menjualnya ke Kementrian Sosial pada 1952. Gedung lalu diserahkan ke Pemerintah DKI Jakarta pada 25 Oktober 1975, dan peresmiannya menjadi Museum Tekstil Jakarta dilakukan Tien Soeharto pada 28 Juni 1976.

Gedung Museum Tekstil Jakarta berada di tanah seluas 2.000 m2, dan ada pepohonan yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna tekstil alam, baik dari daun, bunga mau pun tangkainya. Museum juga menyimpan peralatan tenun tradisional serta alat pembuat Batik. Sebuah tempat teduh di bawah pohon besar rindang, yang berada di sayap kiri museum.

Alamat Museum Tekstil Jakarta berada di Jalan KS Tubun Nomor 4, Tanah Abang, Jakarta Barat. Telp: 021-5606613. Lokasi GPS : -6.18793, 106.80963, Waze. Jam buka : 09:00 - 16:00; Jumat 09:00 - 11:30; Sabtu dan Minggu 09:00 - 13:00. Senin tutup. Harga tiket masuk : Rp.2000. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Barat, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta.

Penulis: Bambang Aroengbinang, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Januari 10, 2021.

Tulis Komentar

Ketik dulu, lalu klik "Masuk ..." atau "Posting".

Page 2

Jakarta, Jakarta Barat, Museum

Museum Bank Mandiri

Museum Bank Mandiri Jakarta lokasinya berada di daerah Kota, tepatnya di ujung Jl. Pintu Besar Selatan selewat Jl. Gajah Mada. Letak museum berseberangan dengan halte Bus TransJakarta Kota, dan bisa diakses melalui lorong bawah tanah yang nyaman arah dari Stasiun Besar Kota jika berkunjung dengan naik KA Komuter Jabodetabek. Museum Bank Mandiri menempati gedung tua empat lantai yang anggun di Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat. Gedung ini sebelumnya dimiliki oleh Nederlandsche Handel-Maatschappij [NHM] atau Factorij Batavia. NHM dinasionalisasi oleh pemerintah pada tahun 1960 dan menjadi kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan Urusan Ekspor Impor. Dengan berdirinya Bank Ekspor Impor Indonesia [BankExim] pada 31 Desember 1968, gedung itu pun menjadi kantor pusat Bank Exim. Kemudian dengan meleburnya Bank Exim dengan Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya dan Bank Pembangunan Indonesia ke dalam Bank Mandiri pada tahun 1999, maka gedung tersebut menjadi aset Bank Mandiri. Bangunan setinggi dan sekokoh gedung Museum Bank Mandiri yang juga sangat luas itu kini jarang dibangun di Jakarta yang makin sempit, apalagi di tempat-tempat lain di Indonesia. Kepraktisan, manfaat fungsional, dan efisiensi biaya lebih menjadi perhatian ketimbang memperhatikan seni arsitektur dan keagungan sebuah bangunan. Meskipun bukan orang bank, benda-benda yang dipajang di Museum Bank Mandiri Jakarta itu tetap menarik untuk dilihat, setidaknya karena belum pernah sekali pun dalam hidup berkesempatan melihat benda-benda seperti itu. Seperti sebuah buku besar perbankan yang sudah menguning karena berumur tua yang disimpan di lantai satu. Ada sebuah karya instalasi menarik dipajang di ruangan bawah gedung Museum Bank Mandiri. Instalasi ini menggambarkan suasana romantis kota Jakarta pada jaman dahulu kala. Ada keindahan, ketertiban dan citarasa ketika melihat foto-foto kuno. Berbeda dengan keadaan Jakarta sekarang ini yang semrawut, tak ada disiplin, miskin ketertiban. Berbagai mesin dan peralatan antik dunia perbankan yang kini sudah tidak digunakan lagi bisa dilihat di Museum Bank Mandiri, diantaranya dipasang berjejer berpenutup kaca dan diletakkan di atas meja-meja kecil. Kemajuan teknologi sedikit banyak membawa perubahan ketrampilan dan daya ingat, dan membuat orang malas untuk berpikir dan mengingat. Museum menjadi tempat yang baik untuk masuk ke lorong waktu masa lampau. Itu yang saya rasakan ketika melihat koleksi buku Tabungan Nasional [TABANAS] tahun 70-an di sebuah ruang museum yang menggugah kenangan. Warna buku itu khas sekali, sehingg dengan mudah saya mengenalinya. Ketika itu semangat untuk menabung benar-benar dipacu. Gedung Museum Bank Mandiri sangat besar dan luasnya bangunan, sehingga tak semua ruangannya dipakai sebagai museum. Masih ada cukup banyak yang dibiarkan kosong. Bangunan setinggi dan sekokoh ini sudah jarang dibangun di Jakarta dan kadang manfaat fungsional dan efisiensi biaya lebih diperhatian ketimbang seni arsitektur bangunan. Naik ke lantai atas lewat tangga, ada gadis remaja mengamati monitor kameranya setelah memotret dinding kaca ukir berwarna yang sangat indah. Kaca patri itu ada di tangga diantara lantai satu dan lantai dua Museum Bank Mandiri. Selain tangga, di beberapa titik di ruangan museum juga disediakan juga lift bagi pengunjung. Sederetan koleksi lukisan elok berbagai ukuran saya lihat di sebuah ruangan di Museum Bank Mandiri Jakarta. Di museum ini ada sebuah ruangan pertemuan yang dulu biasa digunakan oleh para pejabat tinggi Bank Mandiri, dilengkapi dengan meja kayu berbentuk lonjong besar. Di ruangan dan meja rapat ini, persoalan-persoalan penting mengenai dunia perbankan pernah dibahas, diperdebatkan dan diputuskan. Pejabat tinggi datang pergi, dan ruang rapat setia menjadi saksi berbagai drama yang terjadi di setiap pertemuan. Di bagian tengah belakang Museum Bank Mandiri terdapat area bermain untuk anak-anak. Area ini merupakan tempat terbuka yang menjadi sumber oksigen dan peneduh bagi penduduk gedung. Di dekatnya ada toko cindera mata yang lumayan besar, menawarkan tanda kenang dan tanda kunjung dengan harga yang cukup terjangkau bagi kebanyakan orang.

Museum Bank Mandiri Jakarta merupakan museum perbankan pertama di Indonesia. Gedung dirancang oleh arsitek J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde, dengan arsitektur bergaya Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik. Gedung mulai dibangun pada 1929 dan diresmikan 14 Januari 1933 oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10.

Alamat Museum Bank Mandiri berada di Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat, Telp. [021] 690 2000, . Lokasi GPS : -6.13808, 106.813459, Waze. Jam buka : Selasa s/d Minggu: 09.00 - 16.00, Senin dan hari libur nasional tutup. Harga tiket masuk : dewasa: Rp.2.000. Grup 20 orang: Rp 1.000. Nasabah dengan kartu ATM, pelajar, mahasiswa dan anak gratis. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Barat, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta.

Penulis: Bambang Aroengbinang, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Januari 10, 2021.

Tulis Komentar

Ketik dulu, lalu klik "Masuk ..." atau "Posting".

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề