Pendekatan yang berfungsi untuk melihat dari segi sosial peristiwa yang dikaji adalah

 Jawablah Pertanyaan dibawah ini

1. Jelaskan pentingnya mempelajari ilmu sejarah? dan bagaimana menurut saudara tentang sejarah sebagai pendidikan moral?

 Jawab.

 a. Pentingnya mempelajari Ilmu Sejarah

 Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah bangsa ataupun sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam sepanjang zaman. Sejarah dapat mengingatkan dan kemudian menyadarkan kita pada suatu potensi sekaligus kelemahan yang kita miliki. Mempelajari sejarah senantiasa akan selalu meningkatkan derajat kemanusiaan kita dari waktu ke waktu. [Wahyudhi, Johan.2014:Hal 14].

Oleh karena itu, sejarawan perlu mempelajari ilmu sejarah sebelum berbicara sejarah. Keberadaan ilmu-ilmu sosial lain sangatlah penting terutama dalam membantu mengungkap latar belakang sosial dari suatu masyarakat dalam suatu kurun waktu di mana peristiwa itu terjadi. Peristiwa sejarah merupakan bagian dari sebuah peradaban tidak mungkin tanpa masyarakat.

Ilmu-ilmu sosial yang disebut sebagai ilmu kemanusiaan bertugas mencari hukum-hukum  yang berlaku secara empiris baik dalam manusia secara individu maupun dalam kemasyarakatan. Ciri yang paling menonjol yaitu objek kajiannya adalah seputar manusia berikut segala aspek kehidupannya, mencakup ciri-ciri khasnya, tingkah lakunya baik peroranagn maupun kelompok dalam lingkup mikro maupun maksro serta banyak aspek lainnya [C.verhaak dan R. Haryono Imam, 1989:66].

b. Sejarah Sebagai Pendidikan Moral

Sejarah sebagai pendidikan moral menyajikan berbagai fakta masa lampau, mengenai aktivitas manusia yang patut dijasikan contoh dan kebenaran yang akhirnya selalu menang melawan kejahatan. Melalui kajian sejarah, manusia mampu menentukan mana yang baik dan buruk, benar dan salah berani dan takut, maupun pendidikan moral lainnya. Keberanian para pejuang pergerakan dan perang kemerdekaan merupakan kajian sejarah yang banyak memberikan pendidikan moral pada generasi sekarang [Sardiman.2007:18].

Sejarah yang diajarkan melalui pelajaran kewarganegaraan di sekolah maupun dulu lewat penataran P-4 pada masyarakat mempunyai maksud agar pancasila menjadi tilak ukur benar dan salah, baik dan buruk, berhak dan tidak, merdeka dan terjajah, cinta dan benci, dermawan dan pelit, serta berani dan takut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara [Kuntowijoyo.2005:26].

Jika pendidikan moral harus berbicara benar salah, dan sastra hanya bergantung pada imajinasi pengarang, maka sejarah harus berbicara dengan fakta. Tanpa fakta, sejarah tidak boleh bersuara. Biarlah terjadi dialog dinamis antara pendidikan moral, sastra dan sejarah. Kegunaan sejarah meliputi kegunaan intrinsik dan ekstrinsik.

Kegunaan intrinsik berkaitan dengan kegunaan sejarah sebagai ilmu yaitu secagai cara mengethui masa lampau. Sedangkan kegunaan ekstrinsik adalah sebagai pendidikan moral, sebagai pendidikan politik dan pendidikan penalaran [Tim Tentor Master.2020:]

2. Mengapa kajian metodologi sejarah dalam melakukan penelitian sejarah sangat penting? dan bagaimana kaitan metode dan metodologi dalam penelitian sejarah?.

Jawab:

a. Pentingnya Kajian metodologi sejarah dalam melakukan penelitian sejarah

Berbicara tentang metodologi berarti berkaitan erat dengan masalah teori. Teori dalam disiplin ilmu sejarah sering juga disebut kerangka referensi. Kerangka referensi kadang kala juga dinamakan skema referansi atau presuposisi atau personal equation yang merupakan suatu perangkat kaidah yang memandu sejarawan dalam menyelidiki masalah yang akan diteliti dalam menyusun bahanbahan yang telah diperolehnya dari analisis sumber dan juga dalam mengevaluasi hasil penemuannya. Kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya metode sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan metodologi ialah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah.” Seorang sejarawan yang ingin mengatahui suatu sejarah tertentu, ia akan menempuh secara sistematis prosedur penyelidikan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, pengumpulan bahan-bahan sejarah baik dari arsip-arsip dan perpustakaan-perpustakaan [di dalam atau di luar negeri], wawancara dengan tokoh-tokoh tertentu untuk menjaring informasi selengkap mungkin]. Seorang sejarawan harus dilengkapi pula dengan pengetahuan metodologis atau pun teoretis bahkan juga filsafat.

Metodologi sebagai ilmu tentang metode tidak dapat dipelajari tanpa mengangkat masalah kerangka teoretis dan konseptual karena pendekatan sebagai pokok metodologi hanya dapat dioperasionalisasikan dengan bantuan seperangkat konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis itu. Hal ini dapat dilakukan dengan meminjam pelbagai alat analisis dari ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, politikologi, dan sebagainya.7 Menurut Alfian [1987], meskipun Berkhofer menganjurkan para sejarawan meminjam teori-teori, konsep-konsep, dan teknik-teknik ilmu sosial, peminjaman demikian tidak dimaksudkan agar “pakaian” sejarah menjadikannya ilmu sosial akan tetapi hanya untuk membuatnya menjadi ilmiah belaka.

Manusia, baik secara individual maupun secara kolektif adalah kompleks, studi mengenai manusia sebagai makhluk sosial mengharuskan orang mengenal konsep-konsep dan teori-teori ilmu sosial dan manusia dapat dikaji sebagai entitas analitik melalui suatu kerangka konseptual.8 Menurut Sartono Kartodirdjo, permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah adalah masalah pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan

Untuk dapat melaksanakan  penelitian sejarah, harus memahami terlebih dahulu metode sejarah. Metode sejarah adalah langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian sejarah. Secara umum, langkah-langkah penelitian sejarah adalah penentuan tema,heuristik [pengumpulan sumber], Verifikai [kritik sumber]. interpretasi [penafsiran] dan historiografi [penulisan sejarah]. Dengan mengerti metode-metode tersebut, diharapkan mampu merekonstruksi sejarah dengan baik.

Kritis dalam membaca dan cermat dalam  menganalisis bacaan sejarah adalah konsep yang benar dalam membaca sejarah sehingga sejarah berfungsi sebagai ilmu bukan hanya sebagai dongeng belaka yang semakin lama semakin membosankan. Hal 68.

Penelitian sejarah dapat kita mulai dari hal-hal yang paling dekat dengan kita, seperti arah sekolah kita, sejarah kampung kita, sejarah daerah kita dan sebagainya. Kita juga dapat melakukan penelitian tentang tema-tema khusus seperti sejarah kepercayaan di daerah-daerah kita, sejarah perkembangan teknologi, sejarah peranan daerah kita dalam revolusi kemerdekaan.

b. kaitan metode dan metodologi dalam penelitian sejarah

Kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya metode sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan metodologi ialah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah.” Seorang sejarawan yang ingin mengatahui suatu sejarah tertentu, ia akan menempuh secara sistematis prosedur penyelidikan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, pengumpulan bahan-bahan sejarah baik dari arsip-arsip dan perpustakaan-perpustakaan [di dalam atau di luar negeri], wawancara dengan tokoh-tokoh tertentu untuk menjaring informasi selengkap mungkin]. Seorang sejarawan harus dilengkapi pula dengan pengetahuan metodologis atau pun teoretis bahkan juga filsafat.

Metodologi sebagai ilmu tentang metode tidak dapat dipelajari tanpa mengangkat masalah kerangka teoretis dan konseptual karena pendekatan sebagai pokok metodologi hanya dapat dioperasionalisasikan dengan bantuan seperangkat konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis itu. Hal ini dapat dilakukan dengan meminjam pelbagai alat analisis dari ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, politikologi, dan sebagainya.

Menurut Sartono Kartodirdjo, permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah adalah masalah pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan. 7 Saefur Rochmat. Op. Cit., hlm. 55 8 Ibrahim Alfian. Op. Cit., hlm.415 Irwan Abbas - Memahami Metodologi Sejarah Antara Teori dan Praktik Jurnal ETNOHISTORI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2014 36 Maksudnya dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan dan lain sebagainya. Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang digunakan. jenis pendekatan yang digunakan adalah:

1. Pendekatan Sosiologis Dalam mengungkapkan peristiwa masa lalu, di dalamnya terungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Pada sejarah sosial, pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial dan sebagainya.

2. Pendekatan Antropologis Dalam kajian antropologis biasanya mencakup pelbagai dimensi kehidupan, sering diklasifikasikan berdasarkan cabang-cabang antropologi sosial, antropologi politik, dan antropologi budaya.

3. Pendekatan Politikologis [Ilmu politik] Sejarah konvensional adalah sejarah yang identik dengan politik. Jalannya sejarah ditentukan kejadian politik [polity], perang, diplomasi dan tindakan tokoh-tokoh politik.

3. Mengapa dalam penelitian sejarah memerlukan fakta, generalisasi dan sumber sejarah?.  

Pengertian yang pada saat ini diterima secara umum, kata Sejarah [history] berarti salah satu dari tiga hal berikut ini: [1] pencarian [inquiry]; [2] sasaran-sasaran/objek dari pencarian tersebut; dan [3] catatan dari hasil-hasil pencarian tersebut. Berdasarkan pengertian itu, maka sejarah mengandung arti: kejadian-kejadian yang dibuat manusia atau yang memengaruhi manusia; perubahan atau kejadian yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lainnya. Perbuatan menyejarah adalah perbuatan yang mempunyai arti yang lebih dari pada biasanya sehingga  patut mendapat tempat di dalam sejarah sebagai catatan peristiwa. Sejarah juga berarti seluruh totalitas dari pengalaman manusia dimasa lampau. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengertian sejarah adalah: 1. fakta-fakta atau kejadian-kejadian itu adalah hasil dari kemauan bebas manusia [manusia mempunyai kemauan bebas]; kemerdekaan dari kemauan manusia adalah pengertian dasar dari sejarah; 2. kejadian-kejadian/perbuatan-perbuatan manusia tersebut untuk dapat menjadi bahan yang sebenarnya dari sejarah haruslah bersifat konkrit, ialah terbatas pada waktu dan tempat tertentu; sejarah bersifat untuk = singular = particular = individual = kejadian-kejadian yang bersifat unik/individual.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengertian sejarah adalah:

1. fakta-fakta atau kejadian-kejadian itu adalah hasil dari kemauan bebas manusia [manusia mempunyai kemauan bebas]; kemerdekaan dari kemauan manusia adalah pengertian dasar dari sejarah;

2. kejadian-kejadian/perbuatan-perbuatan manusia tersebut untuk dapat menjadi bahan yang sebenarnya dari sejarah haruslah bersifat konkrit, ialah terbatas pada waktu dan tempat tertentu; sejarah bersifat untuk = singular = particular = individual = kejadian-kejadian yang bersifat unik/individual. Meskipun begitu sejarah juga membicarakan apa yang disebut “fakta-fakta yang bersifat umum” [general facts], yang berarti keumuman-keumuman atau generalisasi-generalisasi, misalnya: orang-orang Romawi adalah bangsa yang mempunyai bakat alam dalam bidang politik/pemerintahan”, Kota kota pantai utara Jawa pada abad XVI merupakan kota berkebudayaan Islam, dan semacamnya.

3. Akan tetapi fakta-fakta yang dihadapi oleh sejarah adalah cukup luas di dalam arti dan bakatnya, sehingga meliputi juga fakta-fakta yang kompleks tertentu yang membentang [terjadi selama] dalam suatu tempat dan waktu yang panjang, misalnya: pergerakan-pergerakan di dalam sejarah [Renaissance, Revolusi Perancis, dsb.], pemerintahan-pemerintahan, lembaga-lembaga [politik, sosial, ekonomi, agama, dsb.], hukum-hukum, cara-cara hidup, adat kebiasaan [fakta yang bersifat umum].

4. Jelaskan bagaimana hipotesis dalam sejarah dan fungsi hipotesis bagi sejarah?

Hipotesis adalah “eksplanasi sementara”, terhadap masalah yang bersifat praduga atau “perkiraan yang dibuat karena fakta-fakta yang ada tidak bisa dianggap sebagai hasil penelitian yang kesimpulannya bisa dipertanggung jawaban kebenarannya. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menciptakan suatu digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 32 gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji disebut teori. Hipotesis sejarah barangkali tidak hanya digunakan dalam meneliti data-data yang disediakan oleh sumber, karena sumber itu sendiri terdapat beberapa masalah yang luas, seperti kredibilitas, kejujuran tekstual, interpretasi, dan lain-lain. Agar mudah memahami hipotesis dalam sejarah maka perlu didiskusikan beberapa macam hipotesis.

Ada dua macam hipotesis, yaitu Hipotesis eksplanatori. Bertujuan untuk menerangkan fenomena dan mengetahui dengan pasti sebab atau sebab-sebab, dan hipotesis deskriptif, yang bertujuan untuk menyediakan kerangka untuk mengatur pengelompokan dan penyajian data.

Hipotesis Eksplanatori

a. Seeking the reasons of thing [mencari penybab satu hal] Manusia tidak pernah puas dalam menghadapi suatu keadaan, ia tidak berhenti pada kebenaran dan kekaguman, ia ingin mengetahui mengapa dan apa sebabnya, ia mencoba bahwa kenyataan kehidupan sehari-hari bersama-sama dalam hubungan sebab dan akibat. Dorongan hati manusia berakar dalam hipotesis, dan mendorong untuk mencari penyebab suatu hal.

b. Dangers of Hypotesis [bahaya hipotesis] Tidak ada kemajuan penelitian ilmiah tanpa adanya hipotesis. Akan tetapi ada bahayanya. Seringkali ada kecenderungan para peneliti untuk memutar balikkan prosedur, dengan membuat fakta yang pantas sebagai pengganti kedalam hipotesis, yang seharusnya simembuat hipotesis yang pantas kedalam fakta. Pengarang hipotesis eksplanatori mungkin akan memihak pada kreasinya sendiri, menunggu benar-benar berisi Disproved Hypnothsis, untuk membuat kesimpulan diluar kumpulan fakta yang terbatas.mengoreksi sikap yang salah ini adalah sikap ketelitian disiplin dan kejujuran intelektual.

c. [membantah hipotesis] Suatu keadaan dimana hipotesis akhirnya dibantah, bukanlah merupakan kepentingan untuk menyatakan bahwa hal ini sudah gagal atau tidak berguna. Jaringan hasil dari teori yang salah barangkali merupakan suatu keuntungan, bukan kerugian.

Hipotesis Desktriptif.

Hipotesis deskriptif adalah suatu asumsi, tidak dibuat untuk menjelaskan fenomena, tetapi sebagai kerangka atau pusat acuan untuk data-data yang terpencar, untuk memberikan mereka pertalian dan arti. Hipotesis deskriptif yang dapat dipertanggung jawabkan mempunyai tempat yang terbatas, dan dalam kenyataan seringkali dibutuhkan dalam menulis sejarah. Cara berfikir dalam sejarah barangkali dapat dengan eksplanatori atau deskriptif. Dalam setiap kasus, sifat kekhususannya merupakan karakter praktis. Cara berfikir hipotesis ini diperlukan untuk memudahkan dan melaksanakan riset.

Kegunaan hipotesis Sejarah 

a. Tidak akan pernah ada kerangka hipotesis atau kerangka pandangan yang lahir tanpa sebelumnya mempelajari dan menganalisa dengan seksama data-data yang digunakan.

b. Tidak pernah ada kerangka hipotesis tanpa sekurang-kurangnyasumbangan beberapa alasan yang mungkin. Dalam memilih alasan-alasan harus dipertimbangkan dengan tepat. Pada saat yang sama, hanya tingkat kemungkinan yang kecil, suatu saat, mungkin dapat membenarkan salah satu alasan dalam membantu teori sementara. Waktu dan kemajuan riset akan menentukan apakah suatukemugkinan [probabiliti] cenderung tumbuh menjadi isi dan berkembang kedalam satu kepastian.

c. Hipotesis yang menjadi tandingan fakta tunggal yang tetap harus ditinggalkan. Tetapi aturan ini tidak harus merupakan interpretasi yang terbatas.

d. Penggunaan hipotesis yang berbeda untuk problem yang sama pada waktu yang sama, dapat dihindarkan.

e. Mungkin suatu keharusan, bahwa hipotesis tidak membolehkan melihat naratif atau argumen, meskipun hal itu merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Kadangkadang sejarawan mulai dengan hipotesis untuk membicarakan tentang masa lampau hanya sebagai kemungkinan dan berakhir dengan membicarakannya sebagai faktafakta yang ditampilkan.

f. Yang lebih kompleks, banyak bagian dari fakta-fakta berurusan dengan keperluankeperluan yang memperhatikan kepada hioptesis yang diberikan. Perhatian khusus diperlukan dalam hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui akibat-akibat yang tidak diketahui, dan dengan melalui manusia dapat diketahui bahwa sebab-sebab yang bebas dapat menghasilkan akibat-akibat yang sungguh berbeda.

g. Besar kemungkinan hipotesis diajukan untuk term-term dalam kesatuan konsep untuk semua item dalam kumpulan fakta yang sudah diuji. Conjectur [Pendugaan] Konjektur tidak jauh berbeda dengan hipotesis. Keduanya sering digunakan dalam pengertian yang sama dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sesungguhnya mereka berada dalam arti. Biasanya konjektur adalah mengenai fakta-fakta atau fenomena individual, sedangkan hipotesis meliputi jangkauan yang lebih luas dan penting, meliputi fakta-fakta.

5. Jelaskan kedudukan dan fungsi teori dalam sejarah! dan bagaimana kajian teori spekulatif dan kritis dalam sejarah?

Kedudukan dan fungsi teori dalam sejarah

Teori merupakan komponen dasar dalam penelitian, dan seabagai salah satu tanda atau bukti dari sebuah penelitian yang bersifat ilmiah. Teori merupakan kumpulan atau seperangkat konsep, pengertian atau penjelasan yang disusun secara sisitematis, sehingga dari teori ini bisa digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan suatu fenomena atau kejadian tertentu. Kemudian fungsi dari teori itu sendiri adalah teori bisa menjadikan sebuah fenomena atau objek yang kompleks atau sulit untuk difaham, dengan adanya teori maka fenomena tersebut menjadi mudah untuk kita fahami, memudahkan untuk dihasilkannya makna atau penjelasan yang baik, teori bisa dimungkan akan dihasilkannya data dan penggolongan subyek dalam penelitian, dengan adanya teori peneliti bisa menyimpulkan apa yang difahami dan diteliti hingga menyimpulkan hasil penelitian yang didapatkan dari data-data lapanganm, teori bisa dijadikan acuan atau pedoman untuk mempredikasi fakta atau kejadian yang akan datang.

Dari fungsi-fungsi teori diatas bisa ditarik kesimpulan, bahwa kedudukan teori dalam sebuah penelitian adalah: teori sebagai konsep atau metode yang digunakan dalam sebuah penelitian, dan bisa membantu peneliti dalam mendeskripsikan data-data yang dihasilkan dari lapangan, teori menjadi acuan atau pedoman dalam penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Semisal ketika seorang peneliti meneliti tentang “ peneyesuaian diri pada janda dan duda yang menikah diusia lanjut”. Maka sebelum kita membahas tentang variabel-variabel yang menjadi tema dalam sebuah penelitian, terelbih dahulu kita harus mengetahui dan memhami tentang teori-teori apa saja yang menjadi kajian untuk mendeskripsikan atau membahas tema yang diteliti. Sehingga terjadi kesesuain dalam laporan atau kajian penelitian antara teori dengan variabel-variabel dalam pembahasan.

Filsafat sejarah terdiri dari tiga unsur, yang pertama adalah makna sejarah itu sendiri. Sejarah dapat diartikan sebagai peristiwa, dapat pula diartikan sebagai cara manusia memandang peristiwa masa lalu tersebut. Dua unsur lainnya adalah sejarah spekulatif dan sejarah kritis. Artikel ini akan membahas seputar sejarah spekulatif dan sejarah kritis. 

Dalam perenungan filsafat spekulatif terdapat tiga hal yang selalu ditanyakan: Irama atau pola macam apa yang terjadi dalam proses sejarah? Apakah ‘motor’ yang menggerakkan proses sejarah? Apakah sasran akhir yang dituju dalam proses sejarah?

Pengetahuan Aposteori dan Apriori

Dalam sistem spekulatif diketahui dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan aposteori dan pengetahuan apriori. Pengetahuan aposteori adalah pengetahuan yang didapat dari pengalaman. Pengamatan yang mencerap kenyataan melalui indra ini menghasilkan suatu pengetahuan.

Kritik Terhadap Filsafat Sejarah Spekulatif

Filsafat sejarah spekulatif pada dasarnya merupakan garapan yang berbeda dengan studi sejarah, meski sama-sama mempelajari masa lalu. Dari sejarawan dan dari filsuf muncul beberapa kritik mengenai filsafat sejarah spekulatif. Berikut kritik tersebut

Kebenaran sistem spekulatif tidak dapat dipastikan kebenarannya, dalam memeriksa kebenarannya kita akan menemui pro-kontra, hasil dari unsur kesewenang-wenangan [bias manusia].

Sistem spekulatif bersifat metafisik, dalam sifat metafisiknya maka kebenarannya tidaklah harus bersesuaian dengan kenyataan namun lebih kepada kesesuaiannya dengan sistem yang dibuatt. Sistem spekulatif tidak ilmiah, pada akhirnya dua hal pertama menunjukkan bahwa sistem spekulatif tidaklah bersifat ilmiah karena tidak dapat diuji kebenarannya dan justru bersifat di luar fisik.

Filsafat Sejarah Kritis

Filsafat sejarah kritis adalah unsur ketiga dalam filsafat sejarah. Setelah kita lihat mengenai sejarah spekulatif maka kita beralih pada kajian filsafat sejarah kritis. Filsafat sejarah kritis berurusan pada bagaimana kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar mengenai masa lalu. Dan bagaimana sifat pengetahuan tersebut. Hal ini membawa kita pada tiga tahap yang diteliti mengenai pengetahuan terhadap masa silam yaitu 1] apakah pernyataan mengenai masa lalu itu benar? 2] apakah pernyataan yang benar tersebut dapat diterangkan/dijelaskan? 3] Apakah keterangan tersebut memadai agar pernyatan tersebut dapat diterima?

Selain terhadap kebenaran tersebut filsafat sejarah kritis juga terkait masalah moralita atau baik-buruknya suatu peristiwa masa lalu. Hal ini amat terkait dengan filsafat etika. Dan tidak lepas dari hal ini, filsafat sejarah kritis akan juga mempertanyakan pengaruh moralitas kita [saat ini] dalam memandang masa lalu.

Referensi:

Wahyudhi, Johan. 2014. Ilmu Sejarah sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media Group.

Sadiran.2007.Sejarah SMA Kelas X. Yudhistira

Kuntowijoyo.2005.Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka

Tim Tentor Master. 2020.Wangsit pawang Soal Sulit HOTS SBMPTN SOSHUM 2021. Jakarta: Grasindo.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề