Pengetahuan tentang matahari yang menjadi pusat tata surya disebut dengan

Jakarta, Borneo24.com – Matahari merupakan bintang yang menjadi pusat dari tata surya. Seperti bintang yang lain, Matahari merupakan bola gas pijar namun bersuhu tinggi. Suhunya bahkan bisa mencapai 6.000 derajat Celsius. Permukaannya berupa lautan gas yang sangat panas.

Matahari adalah salah satu dari 100 miliar lebih bintang di Bima Sakti. Matahari mengorbit sekitar 25.000 tahun cahaya dari inti galaksi, menyelesaikan satu kali revolusi setiap 250 juta tahun bahkan lebih.

Matahari terletak di jantung tata surya dan menjadi objek terbesar. Jika dilihat dari Bumi, Matahari akan tampak sangat kecil, padahal sesungguhnya ukuran Matahari sangat besar. Matahari memegang 99,8 persen dari massa tata surya dan kira-kira 109 kali diameter Bumi atau sekitar satu juta Bumi menyamai satu Matahari.

Jarak Bumi ke Matahari adalah 93 juta mil. Diperlukan 8 menit 19 detik untuk sinar Matahari sampai melalui ruang dan menyinari planet yang kita huni. Menurut NASA, jika mungkin untuk melakukan penerbangan dengan pesawat sampai menuju Matahari, perjalanan itu akan memakan waktu 26 tahun.

Sejak dulu selalu kita selalu diajarkan bahwa pusat tata surya adalah Matahari. Lantas mengapa Matahari yang dipilih menjadi pusat tata surya kita? Mengapa bukan planet atau benda langit lain yang menjadi pusatnya?

Lalu mengapa matahari yang menjadi pusat tata surya? Sebelum mengetahui alasannya, simak uraian singkat mengenai teori Heliosentrik yang menjadi dasar tentang matahari sebagai pusat tata surya.

Orang yang pertama kali mengatakan bahwa Matahari adalah pusat tata surya adalah Aristarchus of Samos. Ia berargumen klaim Matahari sebagai pusat tata surya bukanlah tanpa alasan.

Dirangkum dari berbagai sumber, Tata surya kita terdiri atas banyak bintang, salah satunya Matahari. Matahari adalah bintang yang memiliki massa dan gravitasi terbesar dibandingkan bintang-bintang lainnya. Sehingga Matahari bisa membuat planet-planet dan benda langit lainnya bergerak mengitari orbitnya.

Teori Heliosentrik

Teori Heliosentrik menyatakan bahwa matahari merupakan pusat tata surya. Sementara bumi bergerak mengelilingi matahari dalam orbit berbentuk lingkaran.

Untuk permasalahan orbit, data yang diperoleh Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun, Copernicus tetap mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak konsentris [mempunyai pusat yang sama].

Teori Heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope II dan diterima oleh gereja.

Di kemudian hari, setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah. Teori Heliosentrik dianggap berbahaya, karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.

Setelah tahun 1960, mulai muncul hipotesis-hipotesis yang muncul untuk memperkuat pernyataan bahwa matahari memang menjadi pusat tata surya di alam semesta ini.

Mengapa Matahari yang Menjadi Pusat Tata Surya? Jelaskan!

Matahari menjadi pusat tata surya karena gaya gravitasi yang dimilikinya. Matahari adalah bintang yang memiliki massa sangat besar.

Massa matahari yang begitu besar inilah yang menjadikan matahari memiliki gaya tarik gravitasi yang besar pula. Gravitasi yang dimiliki matahari diyakini sebesar 28 kali lebih kuat daripada gravitasi yang dimiliki oleh bumi.

Sebab begitu besarnya gaya gravitasi yang dimiliki matahari, matahari mampu menyatukan planet-planet, asteroid, komet, meteor, meteorit dan benda-benda langit lainnya menjadi satu kesatuan.

Meski bukan bintang terbesar, tetapi matahari menjadi bintang paling besar bagi manusia di bumi, karena jaraknya paling dekat dengan bumi.

Cahaya dan panas matahari inilah justru yang menyebabkan adanya kehidupan di bumi. Secara langsung maupun tidak langsung, cahaya dan panas matahari memberikan energi kepada semua makhluk hidup yang tinggal di bumi.

Matahari diperkirakan ada sejak sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Banyak ilmuwan memprediksi Matahari terbentuk dari awan gas dan debu yang berputar raksasa yang dikenal sebagai nebula Matahari.

Ketika nebula runtuh karena gravitasinya, nebula itu berputar lebih cepat dan menjadi cakram. Sebagian besar elemennya ditarik ke tengah sehingga membentuk Matahari. Yang membuat Matahari dapat bertahan seperti sekarang hingga berusia 5 miliar tahun karena memiliki cukup bahan bakar nuklir di dalamnya.

Matahari yang kini berusia sekitar 4,6 miliar tahun sudah hampir separuh jalan hidupnya. Bintang seperti Matahari diperkirakan bersinar selama 10 hingga 20 miliar tahun.

Matahari yang masuk dalam fase tua kemudian akan menjadi bintang raksasa merah. Lapisan luarnya mengembang dan tumpah. Diameter Matahari akan membesar dan diperkirakan mencapai jarak orbit Bumi.

Ini alasannya ketika Matahari menjadi raksasa merah disebut akan menelan Bumi. Sebab saat Matahari membengkak ke diameter maksimum, ia dapat menelan planet-planet terestrial seperti Merkurius, Venus, dan Bumi, atau setidaknya mendorong sisa-sisa dari planet-planet ini ke arah luar orbit. Pada titik itu Matahari bakal membentang 150 kali dari ukurannya saat ini. [***]

Rizky Amalia Senin, 19 Juli 2021 | 07:30 WIB

Matahari sebagai pusat tata surya.

GridKids.id - Matahari adalah pusat tata surya. Matahari merupakan bintang yang menjadi pusat dari tata surya.

Matahari merupakan bola gas pijar namun bersuhu tinggi. Permukaannya berupa lautan gas yang sangat panas.

Diperlukan 8 menit 19 detik untuk sinar Matahari sampai melalui ruang dan menyinari planet yang kita huni, Kids.

Baca Juga: Efek dan Dampak dari Gerhana Matahari Cincin pada Permukaan Bumi, Apa Saja?

Menurut NASA, jika memungkinkan memerlukan waktu 26 tahun untuk bisa sampai ke Matahari dengan mengendarai pesawat.

Matahari memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita.

Jika enggak ada matahari, tumbuhan enggak bisa melakukan fotosintesis, manusia kehilangan sumber daya utama, dunia menjadi gelap gulita, planet-planet enggak akan berjalan sesuai orbitnya.

Matahari sebagai pusat tata surya ternyata bukanlah tanpa alasan, lo. Apa saja, ya?

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Jalur Zonasi, Afirmasi, Prestasi, dan Perpindahan Tugas dalam PPDB Online Tahun 2021

Matahari merupakan bintang yang menjadi pusat dari tata surya. Seperti bintang yang lain, Matahari merupakan bola gas pijar namun bersuhu tinggi. Suhunya bahkan bisa mencapai 6.000 derajat Celsius. Permukaannya berupa lautan gas yang sangat panas.

Matahari adalah salah satu dari 100 miliar lebih bintang di Bima Sakti. Matahari mengorbit sekitar 25.000 tahun cahaya dari inti galaksi, menyelesaikan satu kali revolusi setiap 250 juta tahun bahkan lebih.

Matahari terletak di jantung tata surya dan menjadi objek terbesar. Jika dilihat dari Bumi, Matahari akan tampak sangat kecil, padahal sesungguhnya ukuran Matahari sangat besar. Matahari memegang 99,8 persen dari massa tata surya dan kira-kira 109 kali diameter Bumi atau sekitar satu juta Bumi menyamai satu Matahari.

Jarak Bumi ke Matahari adalah 93 juta mil. Diperlukan 8 menit 19 detik untuk sinar Matahari sampai melalui ruang dan menyinari planet yang kita huni. Menurut NASA, jika mungkin untuk melakukan penerbangan dengan pesawat sampai menuju Matahari, perjalanan itu akan memakan waktu 26 tahun.

Sejak dulu selalu kita selalu diajarkan bahwa pusat tata surya adalah Matahari. Lantas mengapa Matahari yang dipilih menjadi pusat tata surya kita? Mengapa bukan planet atau benda langit lain yang menjadi pusatnya?

Orang yang pertama kali mengatakan bahwa Matahari adalah pusat tata surya adalah Aristarchus of Samos. Ia berargumen klaim Matahari sebagai pusat tata surya bukanlah tanpa alasan.

Tata surya kita terdiri atas banyak bintang, salah satunya Matahari. Matahari adalah bintang yang memiliki massa dan gravitasi terbesar dibandingkan bintang-bintang lainnya. Sehingga Matahari bisa membuat planet-planet dan benda langit lainnya bergerak mengitari orbitnya.

Dengan kata lain, gravitasi yang dimiliki Matahari membuat seluruh planet tetap dalam orbit masing-masing. Alasan mendasar inilah yang membuat Matahari menjadi pusat tata surya.

Matahari menarik planet-planet dengan gaya gravitasinya yang besar sehingga mereka mengitari Matahari sesuai dengan orbitnya.

Di sisi lain planet-planet ini juga memiliki gaya gravitasi yang sama sehingga terjadi gaya tarik-menarik antara Matahari dan planet-planet yang disebut gaya sentripetal dan gaya sentrifugal.

Peran Matahari sebagai pusat tata surya begitu berpengaruh besar dalam keseimbangan tata surya.Jika tak ada Matahari, planet-planet serta berbagai benda langit lainnya akan bergerak lurus tanpa arah. Selain itu, panas yang dihasilkan Matahari menghadirkan suhu yang ideal bagi planet-planet yang ada dalam dalam tata surya.

Apa yang dimaksud dengan matahari sebagai pusat tata surya. Foto: Unsplash

Tata surya merupakan tempat benda-benda langit, seperti planet, komet, asteroid, bulan, dan lainnya yang saling terikat karena gaya gravitasi.

Dalam bahasa Inggris, tata surya disebut dengan solar system. Mengutip jurnal tentang Modul Tata Surya karya Mochamad Erewin Maulana, M.Si, nama solar system diambil dari kata surya karena tata surya mengorbitkan dirinya kepada Matahari atau bintang induk.

Meskipun tata surya terdiri dari berbagai macam benda langit di dalamnya, tetap saja seluruh benda langit tersebut akan mengorbitkan dirinya kepada Matahari.

Bumi juga termasuk ke dalam planet yang mengorbitkan Matahari. Hal ini yang menyebabkan terjadinya revolusi Bumi, sehingga Bumi mengalami berbagai macam dampak. Misalnya, pergantian musim, perbedaan siang dan malam, dan lainnya.

Lantas, mengapa Matahari menjadi pusat tata surya? Mungkinkah Matahari memiliki perbedaan di antara planet lainnya? Berikut penjelasannya, seperti yang dikutip dari jurnal Matahari atau Bumi Sebagai Pusat Tata Surya karya Thoha Firdaus, dkk.

Apa yang dimaksud dengan matahari sebagai pusat tata surya. Foto: Unsplash

Teori tentang Matahari yang menjadi pusat tata surya pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan asal Yunani, Aristarchus. Namun, teori disebut dibantah oleh Aristoteles, seorang filosof.

Aristoteles beranggapan bahwa Bumi yang menjadi pusat dari tata surya. Kemudian, Nicolas Copernicus kembali membaca buku-buku yang ditulis oleh Aristarchus. Setelah itu, teori tentang Matahari menjadi pusat tata surya baru muncul.

Dalam buku yang ditulis oleh Aristarchus, dituliskan bahwa seluruh planet yang ada di tata surya berputar pada Matahari. Hal ini karena Matahari memiliki massa yang lebih besar dari planet lainnya, yakni 99,8 persen.

Lantaran mempunyai massa yang besar, Matahari pun menarik gaya gravitasi di sekitarnya. Hal ini menyebabkan planet-planet mengelilinginya.

Gaya gravitasi yang saling tarik-menarik antara planet dengan Matahari menyebabkan munculnya gaya sentripetal dan gaya sentrifugal.

  • Gaya sentripetal adalah gaya yang membuat benda untuk bergerak melingkar.

  • Gaya sentrifugal adalah efek semu yang ditimbulkan ketika sebuah benda melakukan gerak melingkar.

Apa Peran Matahari sebagai Pusat Tata Surya?

Apa yang dimaksud dengan matahari sebagai pusat tata surya. Foto: Unsplash

Dalam jurnal Matahari Sebagai Pusat Tata Surya karya Rizki Zakwandi, peran Matahari sebagai pusat tata surya memiliki peran penting untuk benda-benda langit di sekitarnya.

Jika tidak ada Matahari yang menjadi pusat tata surya, semua planet yang ada di sekelilingnya akan bergerak lurus tanpa arah. Hal itu karena tidak ada gaya gravitasi dari Matahari.

Tidak hanya itu, Matahari juga menjadi sumber panas yang ada di tata surya. Sumber panas yang dari Matahari menyebabkan planet di sekitarnya mendapatkan suhu yang ideal.

Apabila tidak ada Matahari di tata surya, suhu di sekitarnya menjadi tidak ideal, termasuk suhu yang ada di Bumi.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề