Perang yang dipimpin langsung oleh rasulullah saw yaitu….

Rasulullah Saw bukan saja sebagai pembawa risalah kepada seluruh umat manusia tetapi beliau juga merupakan seorang pemimpin. Sebagai pemimpin bukan saja pemimpin umat, tetapi beliau juga turut serta memimpin perang menghadapi musuh musuh Allah yang ingin menghancurkan umat Islam.

Para ulama berbeda pendapat tentang berapa peperangan yang pernah diikuti oleh Rasulullah. Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa Rasulullah telah mengikuti 27 kali peperangan Ulama yang lain mengatakan 26 kali peperangan dan juga ada yang mengatakan ada 28 kali peperangan.

Akan tetapi yang paling akurat dan rajih adalah pendapat Ibnu Husyam yang mengatakan bahwa Rasulullah telah mengikuti 27 kali peperangan. Seluruh peperangan selama masa hidup Rasul masih dibedakan antara keterlibatan langsung atau hanya mengatur dan mengarahkan pasukan. Peperangan di mana Nabi terlibat langsung hanya di 9 sembilang peperangan. Sementara peperangan lainnya Rasulullah hanya terlibat dalam mengatur dan mengarahkan pasukannya.

Adapun 9 peperangan itu adalah sebagai berikut:

Perang Badar

Perang Badar adalah perang yang pertama kali berkecamuk antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin yang terjadi pada tahun ke 2 Hijriyah. Perang ini juga sering disebut sebagai Perang Agung atau Gazwaatul Kubra atau Yaumul Furqon. Sebutan ini berikan karena perang inilah yang menjadi pemisah kebenaran dengan kebathilan.

Pada perang ini kaum Muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw sementara kaum Quraish Mekkah dan sekutunya dipimpin oleh Amru Bin Husyam Al Mahzumy Al Quraishi. Perang ini dinamakan Perang Badar karena perang tersebut terjadi di sebuah sumur atau Oase yang berada di antara Madinah dan Mekkah.

Pasukan kaum muslimin saat itu hanya 300 orang lebih menggunakan 90 ekor unta. Sementara pasukan kaum Quraish Mekkah mencapai lebih dari 1000 personil menggunakan 200 kuda ditambah dengan unta. Meskipun pasukan keduanya tidak seimbang, namun kemenangan berada pada pihak umat Islam.

Dari kalangan kaum Qurasih 70 orang yang meninggal termasuk panglima perangnya. Sebanyak 70 orang lainnya ditawan. Sementara dari kaum muslimin hanya 14 orang yang meninggal 6 orang dari kaum Muhajirin dan 8 orang dari kaum Anshor.

Perang Uhud

Perang Uhud terjadi pada tahun ketiga setelah Hijrah tepatnya di Jabal Uhud dekat kota Madinah. Perang ini terjadi karena kaum musyrikin dari Mekkah merasa kehilangan kehormatan setelah mereka kalah pada perang Badar. Mereka berusaha membalas dendam dan mengembalikan kehormatannya dengan mendatangi kaum muslimin dan mengacaukannya di Madinah dengan sekutu sekutunya. Apalagi setelah melihat umat Islam dari waktu ke waktu terus bertambah jumlah pengikutnya Kaum musyrikin Mekkah telah membidik beberapa sahabat Nabi yang telah menewaskan keluarga mereka saat perang Badar antara lain Saidina Hamzah.

Pasukan kaum Quraish terdiri dari 3000 personil lebih 200 kuda dan 15 unta yang dikendarai oleh perempuan sebagai pemberi semangat kepada para pasukan. Pasukan Quraish dibawah pimpinan langsung Abu Sufyan yang dikomandoi oleh Khalid bin Walid panglima perang tergagah di Arab kala itu. Sementara personil umat Islam hanya terdiri dari seribu orang, namun 300 di antara mundur dan tidak ikut dalam perang perang tersebut, sehingga jumlah pasukan kaum muslimin hanya 700 orang saja.

Kemenangan telah menghampiri pasukan kaum muslimin, tetapi karena pasukan kaum muslimin tidak mematuhi perintah Rasulullah kaum muslimin menelan kekalahan Beberapa personil yang diperintahkan tidak meninggalkan puncak Jabal Uhud tergiur dengan harta rampasan sehingga mereka melanggar perintah Rasulullah. Dalam kondisi itulah dengan kepiawaian Khalid bin Walid mereka langsung menguasai Jabal Uhud dan pada akhirnya kemenangan berada pada kaum musyrikin. Ada 70 orang yang syahid dari pasukan kaum muslimin sementara dari pihak Quraish hanya 22 orang saja.

Perang Khandak

Perang Khandak merupakan salah satu perang terpenting dan paling seru yang diikuti oleh Rasulullah Saw bersama sahabatnya. Kenapa dikatakan seru karena perang itu berlangsung beberapa minggu dan hampir saja kaum muslimin kalah dalam perang ini. Seandaianya bukan karena pertolongan Allah kaum muslimin akan mengalami kekalahan telak.

Perang ini juga sering disebut sebagai perang ahzab karena terdiri dari beberapa suku antara lain suku Asad suku Salim suku Marra suku Fazarah dan Asyja serta Bani Nadhir. Semuanya bersatu dan bersekutu untuk memerangi kaum muslimin di Madinah, sehingga jumlah pasukannya mencapai 3000 personil.

Adapun bani Quraidhah menjadi pihak ketiga di mana mereka mensuplai logistik yang dibutuhkan oleh pasukan koalisi Bani Nadhir dari suku suku lainnya bersatu dan berusaha membunuh serta menghabisi kaum muslimin di Madinah termasuk Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah mengetahui hal itu ia mengumpulkan sahabat-sahabatnya agar menyusun strategi menghadapi serangan koalisi bani Nadhir dan sekutu sekutunya dengan memerintahkan kepada sahabatnya yang dipimpin oleh Salman Al Farisi untuk menggali parit di sekeliling kota Madinah.

Ada tujuh sahabat yang wafat dalam peperangan ini antara lain Salman Al Farisi yang kuburannya kini diabadikan di lokasi perang itu dalam bentuk mesjid atau dikenal dengan Sab a Masajid tujuh masjid.

Perang Bani Quraidhah

Perang ini terjadi pada tahun kelima hijriah atau hanya beberapa saat setelah Perang Khandak selesai. Menurut riwayat pedang Rasulullah baru saja kering beliau langsung menghimpun pasukannya dan mendatangi Bani Quraidah yang dianggap telah mengkhianati perjanjian sejak Rasulullah tiba di Madinah.

Bani Quradeah menjadi pihak ketiga saat terjadi perang Khandak dengan memberikan dukungan logistik kepada pasukan Bani Nadhir dan sekutunya. Semakin kuatnya keinginan untuk menyelesaikan masalah dengan Bani Quraidhah, Rasulullah memerintahkan kepada seluruh sahabatnya agar segera berangkat ke perkampungan Bani Quraidhah dan melaksanakan sholat Ashar di perkampungan itu. Saidina Ali bin Abi Tholib bertindak sebagai panglima dengan memimpin perjalanan.

Setelah beberapa hari mengepung perkampungan tersebut akhirnya Bani Quraidhah menyerah setelah hampir semua usulan yang disampaikan tidak diterima oleh kaum muslimin. Beberapa ulama mengatakan bahwa perang melawan Bani Quraidhah adalah perintah dari Tuhan melalui Jibril karena menganggap mereka telah melakukan pengkhianatan perjanjian dengan Rasulullah Saw. Perintah itu menghilhami Rasulullah agar segera mendatangi Bani Quraidhah Perang ini berlangsung beberapa hari dan kemenangan berada di pihak kaum muslimin.

Bersambung…bagian II

Miftah H. YusufpatiRabu, 31 Agustus 2022 - 05:15 WIB
Rasulullah mengikuti 27 kali peperangan dan di antaranya beliau memimpin langsung perang tersebut. Foto/Ilustrasi: Ist

Selama masa Islam, Rasulullah SAW mengikuti 27 peperangan, di antaranya beliau menjadi panglimanya atau telibat langsung memimpin dan menyusun strategi dalam pertempuran.

Imam Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim ats-Tsa’labi dalam "Al-Kasyfu wal Bayan ‘an Tafsiril Qur’an" mengatakan bahwa peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah sangat banyak, dan bisa terbagi menjadi dua bagian. Pertama, peperangan yang diikuti oleh Rasulullah. Kedua, peperangan yang tidak diikuti olehnya.

Di sisi lain, perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi atas ghazwah [gazwah] dan sariyah [sariyyah]. Ghazwah adalah perang yang dipimpin oleh Nabi SAW, sedangkan sariyah adalah perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi SAW.

Baca juga: Kisah Perempuan di Perang Uhud yang Mengkhawatirkan Rasulullah

Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat tentang jumlah ghazwah dan sariyah. Menurut ats-Tsa’labi, jumlah peperangan yang diikuti dan dipimpin Rasulullah pada masa hidupnya adalah sebanyak 26 peperangan. Sementara itu, Ibnu Hisyam menyebut ada 27 peperangan.Seluruh peperangan selama masa hidup Rasul masih dibedakan antara keterlibatan langsung atau hanya mengatur dan mengarahkan pasukan. Peperangan di mana Nabi terlibat langsung hanya di 9 sembilan peperangan. Sementara peperangan lainnya Rasulullah hanya terlibat dalam mengatur dan mengarahkan pasukannya.Sembilan jihad yang dipimpin oleh beliau secara langsung adalah Perang Badar al-Kubra, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Bani Quraidhah, Perang Bani Musthaliq, Perang Khaibar, Pembebasan Mekkah, Perang Hunain, dan Perang Tabuk.Dari berbagai peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW, umat dapat mengenal tata krama yang luhur dan etika yang terpuji. Begitu pula, mereka dapat menyerap keyakinan yang lurus, ibadah yang benar, dan kecintaan untuk berjuang di jalan Allah SWT. Maka dari itu, tidak ada kematian yang diidamkan selain gugur sebagai seorang syuhada.Menurut ash-Shallabi, khalayak dapat mengetahui bahwa penerapan hukum perang terjadi secara bertahap. Itu sesuai dengan situasi dan kondisi umat Islam di bawah pimpinan Nabi SAW.Orang-orang kafir sudah sejak semula menunjukkan kebencian terhadap Islam. Mereka bahkan tidak segan-segan menyakiti Rasulullah SAW tatkala beliau masih tinggal di kota kelahirannya, Makkah al-Mukarramah.Kemudian, turunlah izin dari Allah Ta’ala. Nabi SAW dan kaum Muslimin lantas hijrah dari Mekkah ke Madinah al-Munawwarah—dahulu bernama Yastrib. Di kota ini, Rasulullah SAW mengonsolidasi kekuatan umat Islam sembari tetap menghormati keanekaragaman masyarakat setempat.

Baca juga: Amru bin Jumuh: Si Pincang yang Syahid di Perang Uhud

Cara ini berhasil dengan gemilang. Bahkan, orang-orang Madinah tidak lagi menonjolkan rasa bangga yang berlebihan terhadap kabilah masing-masing [sukuisme], seperti ketika Nabi SAW belum hadir di tengah mereka. Kini, mereka lebih senang meleburkan diri dalam identitas sebagai kaum Muslimin, pengikut al-Musthafa SAW.“Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka. [Yaitu] orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, tak lain karena perkataan mereka, 'Tuhan kami hanyalah Allah’” [QS al-Hajj: 39-40].Firman Allah SWT itu secara jelas memberikan izin bagi umat Islam untuk melawan kaum yang telah mengganggu ketenteraman hidup mereka serta menghalangi dari jalan Allah.Kaum Muslimin tidak dibenarkan untuk melakukan penyerangan terlebih dahulu atau, dengan kata lain, mengganggu situasi yang telah damaiAyat yang sama juga menandakan prinsip yang penting. Dalam menjalankan perang, kaum Muslimin haruslah dalam posisi diserang terlebih dahulu. Mereka tidak dibenarkan untuk melakukan penyerangan terlebih dahulu atau, dengan kata lain, mengganggu situasi yang telah damai.Dalam peperangan pun, ada norma-norma yang harus ditegakkan. Ada etika perang ini yang harus dijaga oleh umat Islam. Allah berfirman, yang artinya, "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, [tetapi] jangan kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." [QS al-Baqarah: 190].

Baca juga: Dzikir 70 Sahabat Nabi Saat Perang Uhud: Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil

Nabi SAW telah memberikan arahan yang jelas. Dalam masa perang, umat Islam tidak dibenarkan membunuh orang tanpa hak. Dilarang membunuh anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang yang sedang sakit.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề