Prinsip dasar hubungan manusia dengan alam menurut al-quran adalah....... *

Sumber: eneabbagas.com
Dutaislam. Com - Keadaan lingkungan global yang kian hari semakin memburuk tidak terlepas dari berbagai faktor, seperti persoalan sampah, eksploitasi alam berlebihan, penggundulan hutan dan lain-lain. Akibatnya, banjir menerpa, longsor, kebakaran hutan serta polusi udara menderu di mana-mana. Permasalahan tersebut dewasa silih berganti terjadi di negeri ini. Dewasa ini, alam sedang sakit hingga tidak bersahabat lagi dengan penduduk bumi. Faktornya adalah ulah manusia sendiri yang sering menggumbar nafsu hewani, tak berpikir akan kesadaran lingkungan.

Padahal, spirit menjaga lingkungan sama halnya dengan menjaga jiwa, akal dan agama. Prinsip dasar serta gagasan ekologi terkait memelihara, memanfaatkan dan melestarikan alam untuk kehidupan generasi seterusnya, sesuai dengan prinsip dasar dalam Islam [dharuratul khomsi].

Prinsip dasar ekologi secara substansi memiliki landasan teologis. Sehingga, gagasan tentang ekologi berpusat pada hubungan Tuhan, manusia dan alam. Manusia yang diciptakan Tuhan dengan disertai akal pikiran dapat memahami hubungan tersebut dengan baik. Dengan berbekal akal pikiran, manusia menangkap segala bentuk pengetahuan. Ia dapat belajar dari fenomena-fenomena yang terjadi dengan mengamatinya. Kemudian, ia mengambil tindakan dari kesimpulan yang dihasilkan dari pengamatannya. Salah satu fenomena yang menarik diperhatikan adalah serentetan musibah yang diduga berkaitan erat dengan manusia. Di dalam kajian teologis atau sains dijelaskan ada hubungan klausalitas antara manusia dan alam. Bahkan, terdapat hubungan dengan Tuhan juga. Segala fenomena yang terjadi memiliki keterkaitan hubungan antara Tuhan dengan alam, alam dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia.

Al-Quran dan Lingkungan

Allah SWT menciptakan alam semesta sebagai medan untuk manusia hidup. Manusia dapat merasakan kenyamanan hidup di alam ini, bergantung pada usahanya dalam memanfaatkan alam. Jika manusia memperlakukan alam ini semena-mena, maka yang akan terjadi adalah Ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan alam.

Kesemena-menaan manusia bisa berbuntut pada munculnya  bencana. Terdapat  empat  konsep  penting  yang  harus dipahami untuk membangun pemahaman agama [Islam] terhadap  ekologi  atau  lingkungan  yaitu  taskhir  [penundukan],  ‘abd  [kehambaan], khalifah  [pemimpin]  dan  amanah  [dipercaya].

Keempat konsep tersebut muncul  berdasarkan konsep tujuan penciptaan alam semesta dan manusia. Pemahaman akan keempat konsep tadi akan menghantarkan pada suatu pandangan yang komprehensif tentang relasi manusia dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan di sini meliputi segala hal yang berada di sekitar manusia, baik hewan, tumbuhan dan lain-lain. Sebagai muslim, dasar-dasar etika lingkungan merupakan cerminan dari fungsi manusia sebagai khalifah di bumi. Hal itu tergambarkan dalam firman Allah Surat al-Baqarah ayat 30.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".[Q.S Al Baqarah : 30]. Ayat di atas menjelaskan bahwa kekhalifahan  menuntut  adanya  interaksi  antara  manusia dengan makhluk lain, termasuk dengan alam. Manusia sebagai bagian dari alam semesta [kosmos] telah diciptakan ALlah SWT agar menjadi wakil Tuhan-Nya. Dalam hal ini, manusia diberikan tanggungjawab untuk mengelolah dan memanfaatkannya serta menjaga potensi alam ini.Dengan  alam  pula manusia berproses dan memperoleh pengetahuan dari Tuhan. Oleh karena itu membahas hubungan antara manusia, alam, dan Allah SWT sebagai pencipta tidak dapat dipisahkan. Tugas manusia sebagai khalifah adalah memberikan pengayoman dan pemeliharaan terhadap segala untuk mencapai tujuan penciptaannya. Sebab, Allah SWT membuat aturan atau hukum itu muaranya adalah kemaslahatan bagi umat manusia dan lingkungan di sekitarnya. Selain itu juga, hukum yang ditetapkan untuk menghindari adanya kerusakan. Dengan kata lain, keberlangsungan hidup manusia dan alam sangat berkaitan dengan pola serta perbuatan manusia sebagai khalifah di bumi. Maka, meskipun manusia sebagai poros utama, ia tidak boleh berbuat seenak saja dalam memperlakukan alam.

Dalam memperlakukan alam, manusia punya tanggungjawab dalam menjaganya. Sikap eksploitatif dan serakah sangat bertentangan dengan amanat manusia sebagai khalifah. Sebab, manusia dan alam mempunyai hubungan simbiosis dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Pengrusakan terhadap alam bisa mengakibatkan bumerang terhadap kehidupan manusia sendiri.[dutaislam/in]

Artikel dutaislam.com



Demikian penjelasan Relasi Mnausia dan Lingkungan dalam Al-Quran. Adapun tafsir ayat-ayat lingkungan, silahkan baca di artikel berikutnya.

Baca: Tafsir Ayat-Ayat Lingkungan 

UNAIR NEWS – Apa yang dipelajari di UKM kerohanian bukan hanya soal ketuhanan. Melainkan pula, tentang hidup bersama di masyarakat. Salah satu anggota UKM Budha Irene Sugiarto mengatakan, pelajaran ketuhanan tidak cukup sekadar menambah ilmu. Namun juga, mesti berbuat baik.

Dia mencontohkan, dalam agamanya, Buddha berasal dari bahasa sansekerta [Budh] yang berarti menjadi sadar, kesadaran sepenuhnya, bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati,dan  mematuhi. Buddha sendiri berarti seseorang yang telah mencapai penerangan atau pencerahan sempurna dan sadar akan kebenaran kosmos serta alam semesta.

Dharma mengandung empat makna utama yaitu doktrin ; hak, keadilan, kebenaran ; kondisi ; barang yang kelihatan atau phenomena. Sehingga Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menggunakan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Tenang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan yang disebabkan ketidakpuasan.

Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, filsafah kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya. Semua karakter luhur di atas tentu mesti diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

“Kami diajarkan untuk bisa menjadi seseorang yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Salah satu program kerja kami adalah baksos, ini merupakan salah satu contoh kepedulian terhadap lingkungan sekitar,” urai dia.

Pada kesempatan berbeda, Ketua UKM Kerohanian Islam Affan Muhammad Andalan mengutarakan, slogan kampus excellence with morality adalah simbol keseimbanga. Antara ranah akademik dan non akademik. Yang kalau ditelaah lebih lanjut [ketentuan dalam Statuta Universitas Airlangga, PP No. 30 Tahun 2014] ternyata moralitas yang dirujuk ialah yang berdasarkan nilai agama.

“Karena Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, maka tentu hubungan makhluk dengan pencipta dan hubungan makhluk dengan sesama makhluk sama-sama diatur. Itulah yang kami pelajari di UKM,” kata pria yang biasa disapa Affan tersebut.

Alquran menjelaskan, tujuan penciptaan manusia tak lain untuk beribadah kepada Tuhan. Di sisi lain, banyak pula ayat-ayat yang menyerukan agar bersikap baik atau akhlaqul karimah dengan sesame manusia, bahkan menjadi rahmat bagi semesta alam [rahmatan lil alamin].

Almarhum Prof. Dr. Kuntowijoyo mengatakan, pandangan yang ternyata sesuai dengan pemahaman Al-Quran surat Ali Imran ayat 110. Yakni, kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membawa misi humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Yang pertama ialah “ta’muruna bil ma’ruf”, yang diartikan sebagai misi humanisasi yaitu misi yang memanusiakan manusia, mengangkat harkat hidup manusia, dan menjadikan manusia bertanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakan.

Yang kedua ialah “tanhauna‘anil Munkar ” yang diartikan sebagai misi liberasi. Yaitu, misi membebaskan manusia dari belenggu keterpurukan  dan ketertindasan. Yang ketiga ialah “ Tu’minuna Billah”, diartikan sebagai misi transedensi. Yaitu, manifestasi dari misi humanisasi dan liberasi yang diartikan sebagai kesadaran ilahiyah yang mampu menggerakkan hati dan bersikap ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan.

“Kegiatan-kegiatan  kami diantaranya ada kajian-kajian keislaman, pembinaan baca Alquran dan peringatan hari besar Islam. Yang jelas, semua bersandar pada semangat Islam,” ungkap mahasiswa jurusan Ilmu Hukum itu.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề