Rasa empati (merasakan apa yang dirasakan orang lain) apa yang ada brainly

Aksi simpati untuk Rohingya. ©2017 merdeka.com/imam buhori

SUMUT | 5 Februari 2021 08:30 Reporter : Ani Mardatila

Merdeka.com - Simpati sering digunakan untuk menggambarkan berbagi rasa sakit emosional seseorang. Saat merasa kasihan pada seseorang, Anda merasakan simpati. Anda merasa sedih mereka mengalami kemalangan. Perasaan ini bisa terhadap individu atau kelompok.

Anda tidak perlu terbiasa dengan pengalaman negatif. Anda bisa bersimpati pada orang yang rumahnya terbakar, meski belum pernah mengalami situasi serupa.

Selain simpati, dikenal juga istilah empati. Arti kedua kata ini terkadang saling tertukar saat digunakan seseorang. Menurut Kamus Oxford, perbedaan utama antara empati dan simpati adalah bahwa simpati melibatkan suatu tingkat penilaian atau evaluasi, simpatisan berasumsi bahwa mereka tahu apa yang mungkin dirasakan orang lain, dan kemudian memperluas pengalaman emosional itu dengan rasa kasihan, misalnya.

Sedangkan arti kata empati berikut akan diuraikan di bawah ini beserta apa itu simpati secara lengkap sehingga Anda akan mengetahui perbedaannya:

2 dari 4 halaman

Simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain.

Pengertian lain simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain.

Dibandingkan dengan rasa kasihan, simpati menyiratkan rasa kesamaan yang lebih besar bersama dengan keterlibatan pribadi yang lebih mendalam. Namun, simpati, tidak seperti empati, tidak melibatkan perspektif bersama atau emosi bersama, dan meskipun ekspresi wajah simpati menunjukkan kepedulian dan perhatian, mereka tidak menunjukkan kesusahan bersama.

3 dari 4 halaman

Agar orang mengalami simpati terhadap orang lain, beberapa elemen diperlukan yaitu sebagai berikut seperti yang dilansir dari Skills You Need:

Anda harus memperhatikan orang lain.

Teralihkan membatasi kemampuan kita untuk merasakan simpati.

©2012 Merdeka.com

Tingkat kemalangan orang lain

Persepsi kita tentang tingkat kemalangan akan menentukan tingkat simpati. Misalnya, seseorang dengan goresan di lututnya akan mendapatkan simpati yang lebih sedikit daripada orang lain dengan patah kaki.

Kita juga lebih cenderung bersimpati terhadap seseorang yang tampaknya mendapatkan kemalangan mereka bukan karena akibat ulah mereka.

Anak yang jatuh saat berlari ke arah orang tua akan mendapatkan simpati yang lebih besar daripada anak yang melakukan sesuatu yang secara khusus dilarang, dan sebagai akibatnya jatuh.

Tingkat simpati juga mungkin dipengaruhi oleh keadaan tertentu.

Kita umumnya cenderung lebih bersimpati terhadap seseorang yang secara geografis lebih dekat daripada seseorang di belahan dunia lain. Ini adalah kedekatan spasial .

Kita juga lebih simpatik terhadap orang-orang yang lebih seperti kita [ras, agama,dll]. Ini disebut kedekatan sosial.

Selain itu, kita juga lebih cenderung bersimpati jika pernah mengalami situasi yang sama secara pribadi dan merasa sulit. Namun, terus-menerus menghadapi situasi yang sama atau serupa akan mengurangi simpati.

Misalnya, pertama kali kita melihat gambar atau mendengar tentang gempa bumi, kita mungkin termotivasi untuk menyumbangkan uang untuk meringankan penderitaan. 

Namun, jika ada gempa bumi lain di tempat lain beberapa hari kemudian, kita mungkin merasa kurang simpatik, situasi yang terkadang disebut sebagai kelelahan karena belas kasih.

Simpati itu bawaan, tetapi juga dipelajari

Anak-anak berusia 12 bulan diamati menunjukkan perilaku simpatik, misalnya memberikan mainan kepada orang tuanya tanpa disuruh, atau menangis saat bayi lain menangis. Ini adalah respon simpatik yang sangat mendasar. Beberapa anak secara inheren lebih sosial dan simpatik.

Namun, seiring anak belajar dan berkembang, kemampuan mereka untuk merasakan simpati juga berkembang saat mereka belajar dari orang tua dan orang lain di sekitar mereka. Mengingat bahwa remaja sering digambarkan menunjukkan perilaku egois, tampaknya kemampuan untuk bersimpati terus berkembang sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, dan mungkin juga hingga dewasa.

Artinya, Anda dapat mengembangkan kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan simpati bahkan setelah dewasa.

4 dari 4 halaman

Pernahkah Anda mendengar ungkapan “menempatkan diri pada posisi orang lain”? Idiom ini menggambarkan empati. Ini adalah kemampuan untuk membayangkan diri berada dalam situasi yang sama dengan orang lain. Kebalikan dari empati adalah perasaan jauh atau apatis.

Tidak seperti simpati, empati membutuhkan pengalaman, perasaan, atau emosi bersama. Tidak mungkin merasakan empati untuk posisi yang tidak dapat dikaitkan.

Apa perbedaan antara Empati dan Simpati? Pada dasarnya, emosi. Empati berarti  mengalami  perasaan orang lain. Itu berasal dari bahasa Jerman Einfühlung, atau '"perasaan ke dalam". Ini membutuhkan komponen emosional untuk benar-benar merasakan apa yang dirasakan orang lain. Di sisi lain, simpati berarti  memahami  penderitaan orang lain. Ini lebih bersifat kognitif dan menjaga jarak tertentu. 

Jadi, empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri mengalami perasaan yang sama dengan orang tersebut.

[mdk/amd]

Mungkin kita sering baca di berita atau media sosial kalau dunia ini membutuhkan lebih banyak empati. Kita sering dengar cerita teman tentang atasannya yang galak dan tidak mau mengerti kondisi orang lain, suami istri yang sudah tidak bisa mengerti satu sama lain, orang tua yang mengekang anak remajanya, dan si anak remaja yang membenci orang tuanya.

Masalah dalam hubungan manusia yang terjadi di dunia ini, semua terjadi karena tidak adanya rasa empati. Kita terjebak dalam “keakuan” yang menganggap bahwa diri kita lebih benar dibandingkan orang lain. Akhirnya kita menjadi manusia yang penuh dengan ego.

Definisi empati

Apa itu empati? Empati adalah kemampuan untuk bisa mengerti atau memahami apa yang orang lain rasakan secara emosional. Singkatnya, empati membantu kamu membayangkan diri kamu berada di posisi orang lain atau melihat dari kacamata orang lain.

Edward Bradford Titchener, seorang psikolog dari Inggris, adalah sosok yang memperkenalkan konsep empati pada tahun 1909, sebagai terjemahan dari kata bahasa Jerman Einfuhlung yang berarti ‘memasuki perasaan orang lain’

Mengutip dari website dosenpsikologi.com, Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan bahwa pada dasarnya empati adalah kemampuan untuk mengerti emosi-emosi yang dirasakan oleh orang lain. Goleman juga mencatat bahwa ada tingkatan yang lebih dalam mengenai pengertian, pendefinisian dan reaksi terhadap kepedulian serta kebutuhan yang mendasari reaksi serta respon emosional lainnya.

Lima elemen kunci dari empati menurut Daniel Goleman:

1. Understanding others

Merasakan perasaan dan perspektif orang lain, juga mengamati apa yang dipedulikan orang lain.

2. Developing others

Bereaksi terhadap kebutuhan orang lain, membantu mereka mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.

3. Having a service orientation

Mendahulukan kepentingan orang lain

4. Leveraging diversity

Menerima bahwa semua orang berbeda dan membawa perbedaan di dalam satu kelompok

5. Political awareness

Merasakan dan menanggapi arus emosi dalam suatu kelompok dan mengenali arus hubungan kekuatan di dalamnya. Singkatnya, kita mampu memahami emosi dan kepentingan dalam suatu kelompok tertentu.

Banyak terjadi salah kaprah bahwa empati sama dengan simpati. Pada kenyatannya ada perbedaan signifikan dari dua konsep tersebut.

Empati adalah konsep yang merujuk kepada reaksi kognitif dan emosional dari seseorang yang mengobservasi pengalaman orang lain. Sementara simpati merujuk kepada rasa ketertarikan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Contohnya seperti berikut:

Pukul 10 malam, kamu sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Kamu duduk di dalam mobil, terlindungi dari hujan yang mengguyur kota. Di lampu merah, kamu melihat seorang anak kecil sedang menjajakan dagangannya. Badannya basah kuyup dan ia terlihat menggigil. Hatimu terenyuh, tergerak untuk memanggil anak tersebut, menawarinya tumpangan ke rumah atau memberikannya payung kesayanganmu.

Kamu sedang merasakan empati terhadap anak itu. Ada rasa belas kasih dan keinginan untuk menolong.

Kemudian dari kejauhan kamu melihat seorang pemuda berlari menghampiri anak kecil tersebut. Pemuda itu memberikan jas hujan miliknya, memakaikannya kepada sang anak, dan memberikan beberapa lembar uang. Melihat kejadian tersebut, hatimu terasa hangat dan senyum tersimpul di bibirmu.

Kamu sedang merasakan rasa simpati terhadap pemuda yang sudah menolong anak kecil tersebut.

Paham perbedaannya? :]

Empati adalah kunci harmoni

Pada kenyataannya memang tidak semua orang memiliki tingkat empati yang sama. Ada yang mudah untuk berempati dengan orang lain, dan ada pulang yang kesulitan untuk bisa menempatkan diri di posisi orang lain.

Ketika kamu kesulitan melatih empati, bukan berarti kamu tidak bisa sama sekali. Butuh waktu dan usaha untuk mengerti cara pandang orang lain, menyelami perasaan mereka dan menyamakan frekuensi pola pikir kita dengan mereka.

Mencoba memahami realita hidup orang lain sangat penting untuk pengembangan diri kita dan hubungan dengan orang lain. Kenapa? Karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan dibutuhkan orang lain dalam kehidupan. Berkomunikasi dan memahami keadaan emosi satu sama lain adalah kunci untuk menjaga hubungan sosial itu.

Memiliki kemampuan berempati adalah kunci dari segala harmoni di dunia.

Ingat ya, sulit melatih empati bukan berarti tidak bisa sama sekali.

Cara sederhana untuk meningkatkan empati adalah dengan memiliki ketajaman dalam mengamati serta mempelajari orang lain lewat empat hal ini:

  1. Fokus kepada emosi yang ditunjukkan orang lain. Tanya diri kamu pertanyaan seperti: Apa yang dia rasakan? Seperti apa hari mereka?
     
  2. Belajar untuk menjadi active listener dengan membiarkan orang lain menyelesaikan kalimat/argumen/opininya.
     
  3. Coba pahami keadaan emosional dan motivasi mereka dari pernyataan yang dilontarkan. Apa pengalaman hidup yang mereka lalui, yang membuat mereka memiliki pola pikir tersebut.
     
  4. Lakukan kontak mata. Kamu akan bisa melihat emosi seseorang dengan jelas lewat kontak mata. Melakukan kontak mata selama percakapan juga bisa membuat kamu terlihat sebagai orang yang bisa dipercaya.
     
  5. Utarakan opini dan perasaan kamu dengan baik. Seringkali kita nggak sadar kalau kita sering menemukan persamaan dengan orang lain lewat perasaan-perasaan jujur yang terlontar dalam setiap percakapan.

Tipe-tipe empati dan cara melatihnya

Psikolog Daniel Goleman dan Paul Ekman membagi konsep empati menjadi tiga kategori:

Cognitive Empathy

Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan apa yang mereka pikirkan. Empati kognitif memungkinkan kita menjadi komunikator yang baik dengan menyampaikan informasi melalui cara yang tepat untuk menjangkau orang tersebut.

Kamu bisa membangun kemampuan empati kognitif dengan tidak terlalu cepat menilai orang lain. Kamu bisa melatih dirimu mempelajari keseluruhan bahasa tubuh seseorang seperti gerakan fisik, tatapan mata, ekspresi wajah. Ketika kamu berinteraksi dengan seseorang, pelajari respon mereka terhadap pendapat atau sikap yang kamu berikan. Melakukan hal ini bukan hanya membantu kamu memahami orang lain dan kepribadian mereka, tapi juga bagaimana mereka memandang pikiran dan kepribadian kamu.

Emotional Empathy

Empati emosional juga dikenal sebagai empati afektif, atau empati yang erat hubungannya dengan perasaan dan emosi orang lain. Ketika kamu memiliki empati emosional, kamu akan bisa merasakan rasa sakit yang orang lain alami.

Mendalami kemampuan empati emosional berarti kamu ingin mendalami emosi seseorang sampai dalam level yang paling terdalam. Kamu bisa meningkatkan kemampuan empati emosional dengan belajar menjadi pendengar yang baik.

Ketika seseorang memberitahumu tentang perjuangan hidup, keresahan dan kekhawatiran mereka, dengarkan baik-baik. Tahan keinginan kamu untuk memberikan solusi atau berbagi pengalaman pribadi kamu. Fokuskan diri kamu untuk memahami bagaimana dan mengapa: BAGAIMANA emosi yang dirasakan oleh orang tersebut dan MENGAPA ia merasakan emosi itu.

Latih diri kamu untuk bertanya ke diri sendiri: “Kapan saya pernah merasakan emosi dan perasaan yang sama? Apa yang saya pikirkan waktu itu?”

Contoh:

Seseorang mengatakan “Hari ini aku presentasi dan berjalan buruk”

Mungkin kamu tidak pernah mengalami presentasi yang berjalan buruk, tapi kamu pasti pernah merasa gagal karena tidak berhasil melakukan sesuatu – misalnya gagal masuk Universitas impian atau gagal interview di perusahaan incaran. Kamu bisa mengkoneksikan emosi yang sama – bahwa kamu juga pernah gagal.

Untuk bisa menguasai empati emosional, kamu harus bisa terkoneksi secara emosi. Kamu betul-betul merasakan emosi yang orang lain rasakan.

Compassionate Empathy

Empati welas kasih bisa dibilang merupakan level empati tertinggi setelah kognitif dan emosional, karena empati ini melampaui sekadar memahami orang lain atau berbagi perasaan dengan mereka, melainkan sudah menggerakan kita untuk mengambil tindakan untuk membantu semampu yang kita bisa.

Bagaimana empati kognitif, emosional dan welas kasih dapat berkesinambungan?

Bayangkan seorang teman baru saja kehilangan anggota keluarga.

Kamu akan merasa kasihan dan sedih atas kejadian yang menimpa temanmu. Empati emosional akan membantu kamu memahami perasaan teman sehingga kamu tidak banyak bertanya tentang detil kejadian, melainkan mendampinginya dalam keadaan sulit tersebut.

Empati welas kasih akan menggerakkanmu untuk menyediakan makanan, membantu menerima tamu yang datang ke rumah duka atau bersih-bersih rumah.

Apa saja manfaat positif empati?

1. Membangun relasi dengan orang lain

Manfaat empati yang paling utama adalah membangun relasi sosial dengan orang lain. Orang lain akan merasa dimengerti oleh kamu dan dengan sendirinya akan menjadi lebih nyaman dan dekat denganmu.

2. Meningkatkan perilaku tolong-menolong

Melatih diri memiliki sikap empati berarti meningkatkan perilaku tolong-menolong di kehidupan sehari-hari. Ketika kamu bisa berempati terhadap orang lain, keinginan kamu untuk membantu orang lain akan lebih tinggi.

3. Membentuk moral yang baik

Memiliki empati berarti memiliki rasa kasih terhadap orang lain. Empati membantu kamu untuk mengidentifikasi sikap atau perilaku yang baik untuk dilakukan, selalu dengan moral yang dianut.

4. Membantu mengatur ego diri

Memiliki kemampuan berempati berarti mampu berpikir di luar dari kepentingan diri sendiri. Dengan begitu, kamu akan belajar untuk melihat kepentingan orang lain di samping kepentingan diri sendiri.

Tapi … ternyata empati berlebihan juga tidak baik

Yes, betul banget! Empati yang berlebihan bisa menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, seperti menelantarkan diri sendiri.

Rasa empati yang berlebihan bisa membuat kamu mengorbankan banyak hal termasuk kehidupan dan keuangan kamu. Empati berlebihan juga bisa menimbulkan rasa lelah, baik itu secara fisik maupun mental. Kamu akan terlalu banyak merasakan dan memikirkan kesedihan dan emosi yang dialami oleh orang lain.

Atur rasa empati kamu terhadap orang lain dengan sewajarnya karena kamu harus bisa membatasi kepentingan, perasaaan dan keinginan diri sendiri, serta tidak mencampurkannya dengan orang lain.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề