Sahabat yang berpegang teguh dengan agamanya meskipun dipaksa oleh ibunya adalah

Senin, 18 Oktober 2021 | 17:00 WIB

Senin, 18 Oktober 2021 | 16:00 WIB

Senin, 18 Oktober 2021 | 14:00 WIB

Rabu, 6 Oktober 2021 | 12:00 WIB

Rabu, 6 Oktober 2021 | 08:00 WIB

Rabu, 6 Oktober 2021 | 06:05 WIB

Selasa, 5 Oktober 2021 | 18:00 WIB

Selasa, 5 Oktober 2021 | 16:00 WIB

Selasa, 5 Oktober 2021 | 06:00 WIB

Senin, 4 Oktober 2021 | 19:00 WIB

Senin, 4 Oktober 2021 | 18:00 WIB

Senin, 4 Oktober 2021 | 17:00 WIB

Senin, 4 Oktober 2021 | 16:00 WIB

Senin, 4 Oktober 2021 | 11:00 WIB

Senin, 4 Oktober 2021 | 06:00 WIB

Minggu, 3 Oktober 2021 | 19:00 WIB

Minggu, 3 Oktober 2021 | 18:35 WIB

Minggu, 3 Oktober 2021 | 09:00 WIB

Sabtu, 2 Oktober 2021 | 16:00 WIB

Sabtu, 2 Oktober 2021 | 15:00 WIB

Page 2


Dalam awal kemunculan agama islam, bagi siapa saja yang menyatakan dirinya adalah pemeluk islam, maka kaum Quraisy akan dengan tegas menyatakan perang kepadanya dan melakukan penyiksaan keji kepada orang tersebut. Terlebih jika orang itu adalah budak mereka.


Amar beserta ayah dan ibunya yang telah masuk islam disiksa hingga melewati batas toleransi kemanusiaan. Begitu kejam dan kejinya siksaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy dari bani Makhzum terhadap mereka, hingga membuat ayah dan ibunda Amar meninggal. Sementara Amar yang tidak sanggup menahan sakitnya kekejaman mereka, akhirnya ia memenuhi keinginan mereka agar ia bisa terlepas dari siksaan mereka yaitu meninggalkan islam.


Meskipun Amar secara lisan telah mengatakan hal yang menyatakan dirinya telah murtad, namun hatinya masih teguh dalam memegang islam. Hatinya hancur dan meratapi perkataan yang telah ia ucapkan demi untuk bisa terhindar dari siksaan.


Dari peristiwa Amar ini, Allah berfirman sebagaimana tertulis dalam QS An Nahl ayat 106. Dan beberapa riwayat menyebutkan bahwa siksaan yang di alam Amar pada tahap sangat kejam hingga membuatnya tidak menyadari apa yang telah ia ucapkan.


Rasulullah SAW yang mendengar kabar perihal keluarga Amar yang disiksa dengan keji oleh Bani Makhzum, datang mengunjungi tempat penyiksaan itu.

Page 3

Inilah hukum dan keutamaan berjamaah

Minggu, 3 Oktober 2021 | 09:00 WIB

Brilio.net - Ammar bin Yasir adalah pria miskin yang tinggal di Makkah. Keislamannya termasuk golongan Assabiqunal Awwalun [generasi pertama]. Sebagai golongan pertama, ia dan keluarga masih kerap mendapatkan siksaan yang kejam dari Quraish. Orang-orang suku Quraish kerap kali memainkan siasat licik.

BACA JUGA :
Kisah Abu Nawas yang berhasil mengakali malaikat kubur

Quraish mengutus Bani Makhzum untuk menyiksa Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya. Setiap hari keluarga Ammar dibawa ke padang pasir yang sangat panas, lalu di siksa selayaknya azab pedih. Dipukuli, disulut dengan besi panas, ditenggelamkan ke dalam air, dan lainnya. Namun siksaan dari Quraish tidak pernah membuat Ammar menjadi takluk dan berpindah agama.


foto: Instagram/@traveller_gokil

BACA JUGA :
Kisah Sayyidina Umar, sahabat Nabi yang mencium istri saat puasa

Kegigihan Ammar membuat Bani Makhzum jengkel. Suatu ketika Abu Jahal datang dan ikut menyiksa keluarga Ammar. Ibu Ammar akhirnya meninggal dunia dengan tusukan tombak tembus di punggungnya. Menyusul sang ibu, ayah Ammar akhirnya juga turut meninggal dunia. Kini hanya tersisa Ammar saja.

Saat Ammar setengah sadar karena berbagai macam siksaan, Ammar dipaksa untuk mengucapkan pujian kepada berhala dan kali itu ia menurutinya. Setelah sadar, Ammar merasa sangat kecewa dan menyesal. Dia menangis dengan keras dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Dengan perasaan takut, ia melapor kepada Nabi. Ammar mulai menceritakan semua kejadian yang ia alami. Ammar sangat takut kalau dirinya saat itu sudah menjadi murtad. Rasulullah seketika mengusap air mata sahabatnya itu seraya berkata," Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu?”.

"Benar, wahai RasuIullah," jawab Ammar.

Sambil tersenyum Rasulullah berkata, "Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi!".

Kemudian Nabi membacakan sebuah ayat Alquran surat An-Nahl: 106. "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman [dia mendapat kemurkaan Allah], kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman [dia tidak berdosa], akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar."

Mendengar ayat itu, Ammar bin Yasir akhirnya lega. Dia bisa tersenyum kembali. Singkat cerita, Ammar bin Yasir akhirnya berhasil dibebaskan oleh Abu Bakar. Ammar bisa menjalani kehidupannya dengan tentram.

Selasa , 17 Jan 2012, 22:00 WIB

Blogspot.com

Ilustrasi

Red: Chairul Akhmad

REPUBLIKA.CO.ID, “Aku adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah,” Demikianlah Sa’ad bin Abi Waqqash mengenalkan dirinya. Ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di tengah-tengah Bani Zahrah yang merupakan paman Rasulullah SAW. Wuhaib adalah kakek Sa’ad dan paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah.

Sa’ad dikenal orang karena ia adalah paman Rasulullah SAW.  Dan beliau sangat bangga dengan keberanian dan kekuatan, serta ketulusan iman Sa'ad. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!”

Keislamannya termasuk cepat, karena ia mengenal baik pribadi Rasulullah SAW. Mengenal kejujuran dan sifat amanah beliau. Ia sudah sering bertemu Rasulullah sebelum beliau diutus menjadi nabi. Rasulullah juga mengenal Sa’ad dengan baik. Hobinya berperang dan orangnya pemberani. Sa’ad sangat jago memanah, dan selalu berlatih sendiri.

Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi orang ketiga dalam deretan orang-orang yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.

Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala.Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah. Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda dengan kisah keislaman para sahabat lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa'ad. “Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok makan. Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad.Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.

Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat Al-Qur’an, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” [QS. Luqman: 15].

Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga."

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash. Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.

Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."

Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”

Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin. Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.

  • kisah para sahabat
  • saad bin abi waqqash

sumber : Dari berbagai sumber

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề