Sebelum Rasulullah hijrah suku suku yang ada di Madinah senantiasa bermusuhan sebelum adalah

Jakarta -

Hijrah yang terjadi pada tahun 622 Masehi atau 13 tahun setelah kenabian menyimpan banyak cerita. Salah satunya perubahan nama kota Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW datang.

Perintah hijrah tercantum dalam beberapa ayat Al Quran, salah satunya surat An-Nisa ayat 97

إِنَّ ٱلَّذِينَ تَوَفَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ ظَالِمِىٓ أَنفُسِهِمْ قَالُوا۟ فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُوا۟ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ قَالُوٓا۟ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةً فَتُهَاجِرُوا۟ فِيهَا ۚ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Arab latin: Innallażīna tawaffāhumul-malā`ikatu ẓālimī anfusihim qālụ fīma kuntum, qālụ kunnā mustaḍ'afīna fil-arḍ, qālū a lam takun arḍullāhi wāsi'atan fa tuhājirụ fīhā, fa ulā`ika ma`wāhum jahannam, wa sā`at maṣīrā

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, [kepada mereka] malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri [Mekah]". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke kota Madinah dilakukan sembunyi-sembunyi. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam [PAI] SMP-8 dari Dr Marzuki, MAg, terjadi perubahan nama kota Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW datang.

"Kota Madinah sebelumnya bernama Yatsrib. Kota yang punya sebutan Madinatun Nabi [Masjid Nabi] atau Al-Madinah Al-Munawwarah [Kota yang Bercahaya] ini dikenal setelah masuknya Islam," tulis dosen PKn dan Hukum FIS UNY ini.

Selain perubahan nama kota Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW datang, kondisi sosial masyarakat juga berubah. Sebelumnya, terjadi perebutan kekuasaan antara kaum Yahudi dengan suku Aus dan Khazraj di Madinah.

Konflik terjadi akibat perbedaan agama antara kelompok yang bertikai. Aus dan Khazraj menyembah berhala [watsani] sedangkan Yahudi adalah Ahlul Kitab dan percaya keesaan Tuhan. Meski bertikai, Aus dan Khazraj tidak asing dengan kepercayaan Yahudi.

"Keadaan ini menyebabkan mereka lebih mudah memahami ajaran keagamaan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dibanding penduduk Makkah, misal akan datangnya seorang Nabi," tulis Marzuki.

Masuknya Islam membawa dampak positif selain perubahan nama pada kota Madinah sebelum hijrah. Islam menyatukan semua kelompok masyarakat sehingga tak ada lagi yang mendominasi.

Dengan kondisi masyarakat yang lebih stabil, pemerintahan di kota Madinah berjalan lebih baik. Hasilnya politik dan ekonomi bisa berkembang membawa kemakmuran bagi masyarakatnya.

Simak Video "Arab Saudi Kini Bebas Karantina dan Masker"



[row/erd]

Nabi Muhammad mengganti nama Yastrib dengan Madinah.

Kamis , 23 Jan 2020, 00:02 WIB

//warungsantri.com

Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad. Foto: Masjid Nabawi atau Masjid Nabi adalah masjid pertama yang dibangun di kota Madinah.

Rep: Imas Damayanti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,  MADINAH -- Sebelum bergulirnya waktu mengantarkan Madinah dengan kejayaan Islamnya, sejarah panjang membungkus Kota Nabi tersebut. Dalam buku al-Madinah al-Munawwarah fi al- Tarikh: Dirasah Syamilah karya Abdussalam Hasyim Hafidz, Kota Madinah sebelum Islam diisi oleh penduduk yang berasal dari tragedi yang menimpa pada masa Nabi Nuh AS. Diceritakan bahwa sebagian umat Nabi Nuh itu tenggelam terbawa banjir besar, termasuk putra Nabi Nuh, Kan'an.Sebagian yang selamat ikut serta dalam bahtera kapal Nabi Nuh selama 1 tahun 10 hari. Setelah selamat, terdapat salah seorang pengikut Nabi Nuh bernama Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail melancong ke sebuah tempat. Kejadian ini bertepat pada tahun 2600 SM dan nama tempat yang dilanconginya itu pun dikenal dengan nama Yatsrib.Dinamai Yatsrib karena merujuk pada orang pertama yang mendatangi tempat tersebut. Yatsrib kemudian dikenal sebagai nama kota yang pada zaman hijrah Rasulullah diganti namanya menjadi Madinah.  Kendati demikian, nama Yatsrib yang diabadikan menjadi sebuah kota semakin populer dan dikenal banyak orang-orang Arab pada masa itu maupun masa seterusnya.Selain para pengikut Nabi Nuh, Kota Madinah sebelum Islam juga pernah diisi sejumlah kekuatan politik, salah satunya dari Dinasti Amalekit. Meski kekuasaan dinasti ini berpusat di Mesir, mereka sesungguhnya mempunyai kekuatan yang tersebar di berbagai wilayah Arab lainnya, antara lain Suriah, Yaman, Makkah, dan juga Yatsrib.Kekuasaan Dinasti Amalekit ini mendiami Kota Yatsrib setelah pengikut Nabi Nuh bermigrasi ke Juhfah. Adapun para klan dari Dinasti Amalekit yang mendiami Yatsrib antara lain bani Sa'ad, bani Haf, bani Mathar, bani al-Azraq, hingga bani Ghaffar. Dinasti Amalekit yang memiliki kultur dan corak kebudayaan Mesir yang kental turut sedikit banyak memengaruhi kebudayaan Kota Yatsrib.Sejumlah sejarawan mengatakan, nama Yatsrib sendiri merupakan serapan dari bahasa Mesir kuno, yakni Etropis. Nama Yatsrib juga sering diidentikan dengan nama Theba. Namun, argumen tersebut ditolak dengan kuat karena sebelum Dinasti Amalekit datang, terdapat pengikut Nabi Nuh yang lebih dulu tinggal di sana. Ini pun diperkuat dengan adanya salah se orang pengikut yang bernama Yatsrib.Dalam kesehariannya, kaum Amalekit di Yatsrib digambarkan gemar bercocok tanam, membangun rumah, dan membangun bentengbenteng pertahanan. Adapun bahasa yang digunakan oleh mereka adalah bahasa Arab badui dengan dialek al- Mudhdhari.Dinasti Amalekit menduduki wilayah Yatsrib dalam masa yang cukup lama, yakni hingga tahun kedua Masehi. Hingga akhirnya pada zaman Nabi Musa AS, kekuasaan Dinasti Amalekit berakhir dan digantikan oleh para pengikut Nabi Musa, yaitu kaum Yahudi.Eksistensi Nabi Musa dan kaum Yahudi selain di Mesir juga merambah ke wilayah Arab lainnya. Selain Yatsrib, wilayah lainnya yang ikut dirambah adalah Palestina. Menurut Yasin Ghadhbar pada 1994, adapun kaum Yahudi yang dimaksud adalah semua yang memeluk ajaran Nabi Musa, termasuk di dalamnya bani Israil yang merupakan anak-anak keturunan Nabi Yakub.Kendati demikian, dalam sejarahnya, pada tahun pertama hingga kedua Masehi itu juga, kaum Yahudi dari sejumlah wilayah Arab, seperti Mesir, Suriah, hingga Palestina, bermigrasi ke Yatsrib guna menghindari dominasi Kerajaan Romawi.Beberapa klan dari kaum Yahudi yang bermigrasi ke Kota Yatsrib yakni bani Qaynuqa, bani Nadhir, bani Quraydha, dan bani Yahdal. Hingga tahun 70 Masehi, orang-orang Yahudi yang menetap di Yatsrib merupakan gabungan antara pengikut Nabi Musa yang telah mengalahkan Dinasti Amalekit dan orang-orang Yahudi yang eksodus dari Palestina.Menariknya, meski bahasa ibu kaum Yahudi ini adalah bahasa Ibrani, mereka memelajari dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa seharihari di Yatsrib. Dalam tesis Philip K Hitty yang kemudian dibukukan dengan judul The History of Arabs, Arab bukanlah entitas agama tertentu. Arab adalah entitas kebudayaan yang mana mereka dipersatukan oleh bahasa, agama, dan tidak hanya oleh agama. Dengan demikian, Arab bukanlah monopoli agama tertentu.

Selain kaum Yahudi, suku Arab dari kaum Aws dan Khazraj juga datang ke Yatsrib. Hal ini dilatarbelakangi peristiwa banjir besar di Yaman. Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Madinah sebelum Islam diwarnai oleh beragam perbedaan budaya dan agama.

Baca Juga

Pada masa Rasulullah, perbedaan itu disatukan dalam sebuah perjanjian bernama Piagam Madinah yang menjamin kebebasan tersebut.

Sebelum berganti nama menjadi Madinah, kota ini disebut Yastrib.

Rabu , 10 Oct 2018, 17:24 WIB

taufik rachman

madinah

Rep: Syahruddin el-Fikri Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah pada 22 September 622, nama kota itu adalah Yatsrib. Ada yang berpendapat, nama Yatsrib berasal dari bahasa Ibrani atau Aram.

Pendapat lain menyatakan, nama itu adalah sebutan bagi masyarakat Arab selatan. Yang pasti, kota oase itu sudah berdiri sejak zaman kuno. Ptolemius pada abad ke-2 mencacat kota itu dalam karya geografinya dengan nama Yethroba. Nama yang sama juga digunakan oleh Stephen dari Bizantium [hidup pada abad ke-6 M] dalam kamus geografinya.

Sebelum dikuasai oleh masyarakat Arab Islam, penduduk Yatsrib terdiri dari dua suku dominan, yaitu Arab dan Yahudi. Kedua bangsa itu datang ke Yatsrib setelah penduduk yang terdahulu dari suku Amaliqah punah. Suku-suku Yahudi terkemuka di sana adalah Bani Quraizah, Bani Nadir, dan Bani Qunaiqa.

Mereka membangun permukiman, pusat-pusat kegiatan ekonomi, dan benteng-benteng pertahanan untuk berlindung diri dari serangan suku Nomad di sekitar Yatsrib. Atas upaya mereka, secara bertahap, Yatsrib menjadi kota penting.

Sementara itu penduduk Arab, seperti disebutkan dalam Ensiklopedi Islam, berasal dari wilayah selatan yang berpindah setelah jebolnya Bendungan Maarib. Mereka berasal dari suku Aus dan Khazraj.

Suku-suku di Yatsrib tidak mengenal persatuan. Masing-masing suku dipimpin oleh kepala suku yang memikirkan kepentingan sukunya sendiri. Ini mengakibatkan terjadinya persaingan untuk memperoleh pengaruh yang besar di wilayah tersebut.

Tidak jarang terjadi ketegangan di antara suku-suku itu, bahkan peperangan.


Dari segi ekonomi dan politik, masyarakat Yahudi Yatsrib tergolong yang paling kuat. Tanah-tanah subur di oase Taima, Fadak, Wadi al-Qura berada di bawah kekuasaan mereka. Dari segi jumlah pun, masyarakat Yahudi lebih banyak daripada suku-suku Arab.

Pada sekitar tahun 610 hingga 620 M, ketegangan antara suku-suku Arab dan Yahudi meningkat tajam. Peperangan terbesar terjadi pada tahun 618 yang dikenal dengan Perang Bu'as. Peperangan tersebut menyadarkan orang-orang Arab bahwa peperangan justru membawa kerugian. Sehingga suku Aus dan Khazraj bersatu di bawah pimpinan Abdullah bin Muhammad.

Tahun 621, sebanyak 10 orang suku Khazraj dan dua orang suku Aus menemui Nabi di Makkah dan menyatakan diri masuk Islam. Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib tahun 622, kota itu diubah namanya menjadi al-Madinah al-Munawwarah. Nabi kemudian mempersaudarakan umat Islam Makkah dan Madinah berdasarkan ikatan akidah Islamiyah.

Rasulullah SAW juga mempersatukan seluruh penduduk Madinah, baik Muslim, Yahudi maupun penyembah berhala berdasarkan ikatan sosial politik dan kemanusiaan. Hal itu ditetapkan dalam Piagam Madinah dengan prinsip-prinsip kebebasan beragama, toleransi, persamaan, persaudaraan, dan tolong-menolong.

  • peradaban islam
  • kota madinah

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề