Semua rasul yang diutus Allah swt. memiliki misi yang sama yaitu

Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah

Mengingkari Seorang Rasul Berarti Mengingkari Semua Rasul

dakwatuna.com – Iman kepada semua rasul yang diutus oleh Allah swt adalah kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar. Artinya bahwa mengingkari seorang rasul saja merupakan pengingkaran kepada semua rasul. Allah swt berfirman:

كَذَّبَتْ قَومُ نُوْحٍ الْمُرْسَلِيْنَ

“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” [As-Syu’ara [26]: 105]

كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِيْنَ

“Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul.” [As-Syu’ara [26]: 123].

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوْطٍ الْمُرْسَلِيْنَ

“Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul.” [As-Syu’ara [26]: 160].

Sudah sama-sama kita ketahui bahwa ummat Nabi Nuh as hanya memiliki seorang Nabi yaitu Nabi Nuh as, namun pembangkangan mereka kepada Nabi Nuh as dianggap oleh Allah swt sebagai pendustaan terhadap semua rasul alaihimussalam. Begitu pula kaum ‘Aad yang mendustakan Nabi Hud as dianggap mendustakan semua rasul as, dan ummat Nabi Luth hanya mendustakan Nabi Luth tapi dinyatakan oleh Allah bahwa mereka telah mendustakan seluruh rasul alaihimussalam.

Mengapa?

  1. Karena semua rasul adalah pembawa risalah dan ajaran yang satu yaitu risalah tauhid [pengesaan terhadap Allah swt dan larangan menyekutukan-Nya dengan apapun atau siapapun].
  2. Juga karena rasul yang diutus lebih awal memberikan kabar gembira akan datangnya rasul sesudahnya, sedangkan rasul yang diutus belakangan selalu membenarkan apa yang disampaikan rasul sebelumnya.

Sehingga pengingkaran kepada seorang rasul saja berarti pengingkaran kepada semua rasul alaihimussalam.

Kekafiran Orang Yang Mengingkari Seorang Rasul dan Ancaman Azab Baginya

Dengan demikian maka orang yang mengaku beriman kepada rasul namun mengingkari atau mendustakan rasul yang lain berarti:

  1. Mendustakan Allah swt yang telah mengutus rasul yang diingkarinya.
  2. Mendustakan rasul yang ia imani sendiri, karena rasul tersebut membawa misi yang sama dengan rasul yang didustakan, dan karena rasul tersebut membenarkan rasul yang didustakan atau memberi kabar gembira akan kedatangannya.

Allah swt berfirman tentang Nabi Isa as:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

Dan [ingatlah] ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan [datangnya] seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad [Muhammad].”  Maka tatkala Rasul itu [Muhammad] datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” [As-Shaf [61]: 6].

Nabi Isa alaihissalam sendiri menolak apa yang diyakini oleh orang-orang Nasrani yang menuhankan dirinya:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ. مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Dan [ingatlah] ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allah?”.  Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku [mengatakannya]. Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku [mengatakan]nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. [Al-Maidah [5]: 116-117].

Tentang vonis kafir terhadap mereka yang mengaku beriman kepada sebagian rasul saja Allah swt berfirman:

إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يُّفَرِّقُوْا بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَّنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَّيُرِيْدُوْنَ أَن يَّتَّخِذُوْا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً أُولئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ حَقّاً وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara [keimanan kepada] Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian [yang lain]”, serta bermaksud [dengan perkataan itu] mengambil jalan [tengah] di antara yang demikian [iman atau kafir], merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. [An-Nisa [4]: 150-151].

Ada tiga kelompok manusia terkait iman kepada para rasul:

Pertama, mereka yang beriman kepada Allah swt dan semua rasul yang diutus oleh-Nya. Merekalah orang-orang yang diakui keimanannya oleh Allah swt.

Kedua, mereka yang mengingkari Allah dan semua rasul utusan Allah. Mereka adalah orang-orang kafir yang atheis yang hanya mempercayai materi dan kehidupan di dunia saja.

Ketiga, mereka yang mengaku beriman kepada Allah dan mengaku beriman kepada sebagian rasul-rasul Allah swt namun mengingkari rasul tertentu yang diutus oleh Allah swt, seperti orang-orang Yahudi yang mengingkari kerasulan Isa dan Muhammad alaihimassalam dan orang-orang Nasrani yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. Mereka merasa dengan bersikap demikian telah mengambil jalan tengah antara iman dan kafir dan jalan tengah ini dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah swt. Padahal harapan mereka hanyalah angan-angan belaka, karena Allah dengan tegas memvonis mereka dengan kekafiran yang sebenar-benarnya. [dkwt]

download

tirto.id - Rasul merupakan manusia terpilih yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya.

Hal inilai yang membedakan rasul dengan manusia pada umumnya.

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah SWT yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.

Mengimani rasul-rasul Allah SWT merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan.

Sebagai perwujudan iman tersebut, kita wajib menerima ajaran yang dibawa rasul-rasul Allah Swt. tersebut.

Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah al-quran berikut ini:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اٰمِنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَالۡكِتٰبِ الَّذِىۡ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَالۡكِتٰبِ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلَ مِنۡ قَبۡلُ‌ؕ وَمَنۡ يَّكۡفُرۡ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓٮِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيۡدًا

Yaaa ayyuhal ladziina aamanuuu aaminuu billaahi wa Rasuulihii wal Kitaabil lazii nazzala 'alaa Rasuulihii wal Kitaabil laziii anzala min qabl; wa mai yakfur billaahi wa Malaaa'ikatihii wa Kutubihii wa Rusulihii wal Yawmil Aakhiri faqad dalla dalaalam ba'ii

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya [Muhammad] dan kepada Kitab [Al-Qur'an] yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh". [QS.Ani-Nisa: 136].

Baca juga: Sifat Mustahil & Jaiz Rasul: Apa Arti dan Maknanya?

Tugas Rasul-Rasul Allah

Para rasul dipilih oleh Allah SWT dengan mengemban tugas yang tidak ringan, di antara tugas-tugas rasul itu adalah sebagai berikut dilansir dari situs Kementerian Agama [Kemenag]:

1. Mengajarkan ketauhidan.

Rasul membimbing kaumnya untuk meyakini dan mengesakan [menauhidkan] Allah Swt. Cara menauhidkan Allah meliputi tiga aspek, yaitu; tauhid zat, sifat dan af’al [perbuatan].

Tauhid zat adalah meyakini bahwa zat Allah SWT. tidak tersusun atas bagian-bagian, baik internal maupun eksternal, dan tidak ada yang menyamai atau menyerupai zat-Nya.

Tauhid sifat adalah menyakini bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Sifat-sifat Allah tidak sama dan tidak serupa [tasybih] dengan sifat makhluk, sifat-sifat Allah juga tidak baru [muhdas].

Sementara tauhid af’al [perbuatan] adalah meyakini bahwa Allah SWT adalah zat yang menciptakan semesta alam dan seluruh perbuatan hamba-Nya.

2. Mengajarkan kepada manusia cara-cara beribadah.

3. Menjelaskan hukum-hukum Allah, baik berupa perintah-perintah maupun larangan-Nya.

4. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

5. Memberikan kabar gembira bagi umat yang taat dan patuh kepada Allah SWT dan memberikan kabar berita bagi yang melanggar perintah Allah SWT.

6. Memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari atau keteladanan yang menjadi panutan dalam perbuatan. Allah berfirman dalam AlQur’an:

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Laqad kaana lakum fii Rasuulil laahi uswatun hasanatul liman kaana yarjul laaha wal yawmal Aakhira wa azkaral laaha kasiiraa

"Sungguh, telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah". [QS. Al-Ahzab: 21].

Allah SWT mengutus para rasul sebagai suri teladan, artinya teladan dalam kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Islam, teladan dalam ketabahan memegang prinsip, teladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim, dan teladan dalam setiap akhlak mulia.

Hikmah Beriman kepada Rasul-Rasul Allah SWT

Pentingnya orang Islam beriman kepada rasul bukan tanpa alasan. Selain karena diperintahkan oleh Allah SWT, juga ada manfaat dan hikmah yang dapat diambil dari beriman kepada rasul.

Di antara manfaat dan hikmah beriman kepada rasul sebagai berikut:

  1. Makin sempurna imannya.
  2. Terdorong untuk menjadikan contoh dalam hidupnya.
  3. Terdorong untuk melakukan perilaku sosial yang baik.
  4. Memiliki teladan dalam hidupnya.
  5. Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
  6. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya.

Baca juga:

  • 5 Nabi dan Rasul Ulul Azmi Beserta Mukjizatnya
  • Mengenal Sifat Wajib Rasul & Artinya yang Harus Dicontoh Umat Islam

Baca juga artikel terkait TUGAS RASUL atau tulisan menarik lainnya Dhita Koesno
[tirto.id - tha/fds]


Penulis: Dhita Koesno
Editor: Fitra Firdaus

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề