Seniman yang memiliki kota kelahiran Cirebon 1910 yaitu

Gallery C

Memasuki dasawarsa 1950-an, Indonesia terseret dalam arus Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua negara adidaya yang memiliki perbedaan tajam dalam hal pemerintahan, ideologi ekonomi, dan militer. Sementara sejumlah Negara memutuskan untuk tidak memihak ke salah satu dari dua negara adidaya tersebut. Di dalam negeri, terjadi polarisasi yang memuat perdebatan identitas atau kepribadian nasional dalam seni dan budaya Indonesia. Di satu pihak kubu Lembaga Kebudayaan Rakyat [Lekra] yang dibentuk pada 1950 menempatkan Kerakyatan sebagai landasan visional, sementara di pihak lain membayangkan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia [universalisme] yang secara bertahap bermula dari Surat Kepercayaan Gelanggang dan kubu Manifes Kebudayaan. Di kubu yang lain seniman-seniman muslim berkumpul dalam sebuah wadah lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia [Lesbumi].

Seniman-seniman yang tergabung dalam Lekra memformulasikan "realisme" ke dalam konsep yang membayangkan terciptanya integrasi sosial antara seniman dengan rakyat dengan penerapan poros 1 – 5 – 1, yaitu: 1 asas "politik sebagai panglima"; 5 pedoman penciptaan, yaitu meluas dan meninggi, tinggi mutu ideologi dan tinggi mutu artistik, memadukan tradisi dengan kekinian revolusioner, memadukan kreativitas individu dengan kearifan massa, memadukan realism revolusioner dengan romantisme revolusioner dan 1 cara kerja yaitu turun ke bawah [turba]. Metode yang dilakukan juga harus dilakukan oleh seniman adalah "metode tiga sama": sama kerja, sama makan dan sama tinggal dengan kaum petani, terutama buruh dan petani miskin. Sebagai tandingannya, corak seni lukis abstrak dihujat sebagai bentuk neokolonialisme dan Barat. Ketua Partai Komunis Indonesia [PKI] D.N. Aidit ketika itu mengatakan: "Abstraksionisme dilapangan sastra dan seni adalah bagian dari bentuk-bentuk agresi kebudayaan imperealis yang dilakukan melewati aparat-aparat seperti USIS, Pusat Kebudayaan Amerika, Field Service, Peace Corps dan lain-lain."

Narasi Konflik dan Perdebatan Besar ini akan menunjukkan bagaimana dasawarsa 1950-1965 membuat seniman terkotak dalam arus-arus besar ideologi; dalam sebuah perdebatan besar dalam menentukan arah kebijakan budaya di bawah bayang-bayang Perang Dingin.

Kategori ini memuat tokoh-tokoh dari Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon.

3 subkategori di kategori ini ditampilkan berikut ini. Terdapat 3 subkategori seluruhnya dalam kategori ini.

  • Wakil Bupati Cirebon‎ [5 H]

  • Wakil Wali Kota Cirebon‎ [3 H]

  • Wali Kota Cirebon‎ [3 H]

Kategori ini memiliki 114 halaman, dari 114.

  • Aan Rohanah
  • Abdullah Abbas
  • Ismeth Abdullah
  • Adib Alfikri
  • Saleh Afiff
  • Ahmad Satori Ismail
  • Arief Natadiningrat
  • Ason Sukasa
  • Atet Wiyono
  • Mpok Atiek

  • Barda Nawawi Arief
  • Irish Bella
  • Sam Budigusdian
  • Pitradjaja Burnama
  • Ali Bustomi
  • Buya Yahya

  • Marissa Christina
  • Claudia Emmanuela Santoso

  • Dianda Sabrina
  • Rokhmin Dahuri
  • Datuk Kahfi
  • Dedi Supardi
  • Chitra Dewi
  • Dunidja

  • Elang Kusnandar
  • Emon Bratadiwidjaja
  • Endang Setyawati Thohari
  • Ahem Erningpradja
  • Eti Herawati

  • Gerrit Faulhaber
  • Gina Fizriya

  • Ali Geno

  • H. Subrata
  • Haryadi Suadi
  • Hasan Alwi
  • Heri Sulistianto
  • Sri Heviyana
  • Charly van Houten

  • Imron Rosyadi [politikus, lahir Desember 1961]
  • Insyaf Supriadi

  • Saira Jihan

  • Aboeng Koesman
  • Affandi
  • Kuntara

  • Sri Lintang

  • Madsuni
  • Maqdis Shalim Alfarisi
  • Maruto Nitimihardjo
  • Cindy May McGuire
  • Yogie Suardi Memet
  • Mochammad Insyaf Supriadi
  • Moehamad Soeparno
  • Mohamad Kusnaeni
  • Mohammad Ali [guru besar UPI]
  • Mohammad Syahrif
  • Muhammad Abdullah Syukri
  • Djoko Munandar

  • Nana Sujana
  • Narji
  • Nasrudin Azis
  • Nining Indra Shaleh
  • Arifin C. Noer
  • Toto Nurwanto

  • Pangeran Madrais
  • Pangeran Walangsungsang
  • Permadi Arya
  • Sunjaya Purwadi Sastra
  • Wianda Pusponegoro

  • Boy Syahril Qamar
  • Nurul Qomar

  • Raden Dita Manggala
  • Cecep Reza
  • Norbertus Riantiarno

  • A.M. Saefuddin
  • Said Aqil Siroj
  • Adiyaman Amir Saputra
  • Satori [politikus]
  • Selly Andriany Gantina
  • Herrie Setyawan
  • R. Mas Sewaka
  • Sjarifuddin Baharsjah
  • ST Burhanuddin
  • Kaboel Suadi
  • Peggy Melati Sukma
  • Sunan Gunung Jati
  • Thomas Suratno
  • Alam Surawidjaja
  • Catherine Surya
  • Bambang Suryo Aji
  • Ricky Karanda Suwardi
  • Ahmad Syaikhu

  • Tadjus Sobirin
  • Tarmin Hariadi
  • Tasiya Soemadi
  • Taufik Hidayat [militer]
  • Tjun Tjun
  • Toto Sudarto Bachtiar
  • Agus Triyono

  • Umi Dachlan

  • Vicky Kalea

  • Wahyu Tjiptaningsih
  • Djair Warni
  • Kardaya Warnika
  • Wastum
  • Nani Widjaja
  • Candra Wijaya
  • Rendra Wijaya

  • Yanuar Prihatin
  • Yogie S Memet
  • Yogie S. Memed
  • Yudha Khan
  • Dewi Yull

  • Helmy Faishal Zaini
  • Muhammad Zuhal

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kategori:Tokoh_dari_Cirebon&oldid=12071539"

Nasib Tenaga Honorer yang Tak Pernah Menentu

Oleh Panji Prayitno pada 20 Nov 2018, 05:00 WIB

Diperbarui 20 Nov 2018, 05:00 WIB

Perbesar

Wong Artha pelukis asal Cirebon melukis dengan menggunakan jari tangan mengaku lebih bebas dalam setiap obejk yang akan dilukis. Foto [Liputan6.com / Panji Prayitno]

Liputan6.com, Cirebon - Gerakan jari tangan yang lihai serta terampil dari Wong Artha mampu menghasilkan sebuah karya seni yang berbeda.

Wong Artha merupakan satu dari seniman lukis di Cirebon yang menggunakan jari tangan sebagai pengganti kuas. Goresan tinta lukis yang dibuatnya sendiri mampu mengeksplorasi karya impresionis nya.

Selain berbeda, melukis dengan menggunakan media tangan menjadi kepuasan tersendiri.

"Di situ saya dituntut bagaimana memanfaatkan tiga bagian tubuh dalam satu titik menjadi sebuah karya. Indera perasa atau tangan, hati serta dua otak kanan kiri," kata Wong kepada wartawan, Senin [19/11/2018].

Menurutnya, melukis dengan menggunakan jari tangan lebih bebas dan memuaskan. Dia menyebutkan, jika menggunakan koas, pelukis harus menggunakan beberapa teknik.

Seperti teknik sapuan, konsep dan adukan cat hingga tingkat kehalusan dalam setiap goresan. Di mengaku, melukis dengan menggunakan jari tangan lebih bebas dan imajinatif.

Dia menuturkan, aksi melukis dengan jari tangan tersebut dilakukan secara spontan. Bahkan, aksinya cukup menarik perhatian masyarakat dalam setiap kegiatan.

"Melukis seperti ini saya bebas berimajinasi sesuai pikiran hati dan keinginan dari objek yang akan saya lukis dengan tanggan sendiri. Cat lukis juga tidak perlu diaduk dahulu," ujar dia.

Perbesar

Wong Artha pelukis asal Cirebon melukis dengan menggunakan jari tangan mengaku lebih bebas dalam setiap obejk yang akan dilukis. Foto [Liputan6.com / Panji Prayitno]

Dia mengaku menekuni seni lukis menggunakan jari tangan selama empat tahun. Tercatat, jumlah karyanya mencapai 100 dengan harga Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.

Tidak hanya di Indonesia, karya Wong Artha juga laku dan terjual oleh kolektor di luar negeri. Seperti Singapura, Belanda dan China.

"Tema lukisan jari tangan saya lebih ke abstrak, sosial tradisi karena dilakukan spontan dan langsung terbeli bahkan dirumah saya sendiri saja tidak simpan," ujar dia.

Pada kesempatan tersebut, Wong mengaku karyanya terinspirasi dari maestro seni lukis Indonesia asal Cirebon Affandi Koesoema. Bagi dia, Affandi adalah salah satu sesepuh seniman lukis yang menginspirasi.

"Saya anggap kakeknya pelukis apalagi Affandi adalah putera daerah dan saya lahir di Cirebon," ujar dia.

Dia meyakini karya semua karya seni yang ada di Indonesia tidak memiliki batasan. Oleh karena itu, Wong mengatakan karya lukisnya tidak memiliki pakem tertentu.

Wong mengaku pernah melukis dengan menggunakan bahan lain selain cat yakni serbuk genteng dan tanah liat. Menurut dia, tidak ada kesulitan untuk berkarya.

"Bisa karena terbiasa memang ada eksperimen dulu dan pernah gagal tapi ketika ditekuni ketemu hasilnya bagus dan itu jadi identitas tersendiri," tutur Wong.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

  • Panji PrayitnoAuthor
  • Harun MahbubEditor

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề