Siapa yang mencetuskan teori fungsionalisme struktural?

Cara penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural yaitu sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan penduduk sebagai sebuah bangun dengan bagian-bagian yang saling mengadakan komunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, hukum budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam manfaat paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, hukum budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis pengetahuan sosial, bukan sebuah mazhab pemikiran.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural yaitu suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam pengetahuan sosial di masa seratus tahun sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap penduduk sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut yaitu hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaan mulanya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik belakang dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan berusaha menemukan kesamaan selang penduduk dengan organisme, sampai berkesudahan berkembang diwujudkan menjadi apa yang dikata dengan requisite functionalism, dimana ini diwujudkan menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk yaitu sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang menciptakan sistem diwujudkan menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika tidak kekurangan yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang diwujudkan menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat yaitu

  • Visi substantif mengenai gerakan sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bangun sosial.

Pemikiran Weber mengenai gerakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai gerakan aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai pertengahan masa seratus tahun, fungsionalisme diwujudkan menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional diwujudkan menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme sampai lebih dari dua setengah masa seratus tahun sejak ia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya menempuh “analytical realism”, maksudnya yaitu teori sosiologi harus memanfaatkan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat dekat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep niskala ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat yaitu organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang meliputi masalah dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem gerakan diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu gerakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem gerakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa macam motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit gerakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Penghabisan dari analisis ini yaitu visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memanfaatkan media tersebut. Analisis ini pada berkesudahan lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaan mulanya Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang guru, Talcott Parson mengutarakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh kepercayaan dan praktik sosial cara melakukan sesuatu budi standard bersifat fungsional bagi penduduk secara keseluruhan maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini berarti sistem sosial yang tidak kekurangan pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlangsung pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang lebih akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bangun , cara melakukan sesuatu budi, gagasan dan kepercayaan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan cara melakukan sesuatu budi yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang menciptakan individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional diwujudkan menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang tidak kekurangan di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton diterangkan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang tidak kekurangan didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, penduduk dan hukum budaya istiadat, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaan mulanya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengutarakan bahwa para berbakat sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu dirumuskan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi keseluruhan mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diteliti dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia yaitu jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang diteliti, dan cerminan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi yaitu kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh.

The middle range theory yaitu teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki beragam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, yaitu lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melakukan tarik dan menyambung, berarti apa yang dia kritik terhadap fungsionalis yaitu jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori belakang di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaan mulanya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu tidak kekurangan konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang tidak kekurangan tidaklah positif tetapi tidak kekurangan negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bangun dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, bangun penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengutarakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan menempuh keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengutarakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest yaitu fungsi yang dikehendaki, laten yaitu yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang tidak kekurangan, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bangun disfungsional akan selalu tidak kekurangan. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dimainkan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori gerakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bangun dan dengan beraninya dia mengutarakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu tidak kekurangan dalam daftar menu bangun. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bangun sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial dapat dihilangkan. Dengan mengakui bahwa bangun sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang hukum budaya istiadat, bangun, dan anomi. Cara melakukan sesuatu budi dirumuskan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau kumpulan tertentu dengan cara lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Kedudukan mereka dalam bangun makamirakat beberapa orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . hukum budaya istiadat menghendaki tidak kekurangannya beberapa macam perilaku yang dicegah oleh bangun sosial. Merton menghubungkan anomi dengan kelainan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bangun akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni kelainan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana tidak kekurangan keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bangun yang teratur, kedinamisan terus berlangsung tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung aci dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak beragam factor. Apapun gagasannya anomi dalam bangun lagi pula yang kaku akan cenderung lebih akbar. Dari sini, Merton tidak berjeda dengan deskripsi tentang bangun , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bangun tersebut. Pengaruh lembaga atau bangun terhadap perilaku seseorang yaitu adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha menunjukkan bagaimana bangun sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang tidak kekurangan dalam penduduk sehingga mereka lebih , menunjukkan kebaikan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang tidak kekurangan Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah tidak kekurangan. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berbeda dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan pengetahuan pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
id.wikipedia.org, civitasbook.com [Ensiklopedia], p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.

Page 2

Fungsionalisme struktural yaitu sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berusaha menafsirkan penduduk sebagai sebuah bentuk dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara semuanya dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang melakukan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam artian paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis pengetahuan sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural yaitu suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam pengetahuan sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis yaitu menganggap penduduk sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya beranjak dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik yang belakang sekali dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan berusaha mendapatkan kesamaan selang penduduk dengan organisme, sampai berkesudahan mengembang dijadikan apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dijadikan panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk yaitu sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bidang – bidang yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dijadikan seimbang. Bidang tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika tidak kekurangan yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang dijadikan sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua bidang dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat yaitu

  • Visi substantif mengenai sikap yang dibuat sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bentuk sosial.

Konsep Weber mengenai sikap yang dibuat sosial ini berjasa dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai sikap yang dibuat aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai menengah zaman, fungsionalisme dijadikan teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dijadikan karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai pakar teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme sampai lebih dari dua setengah zaman sejak ia menyebarluaskan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melewati “analytical realism”, maksudnya yaitu teori sosiologi harus memanfaatkan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan metode ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat dekat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat yaitu organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang meliputi persoalan dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem sikap yang dibuat diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu sikap yang dibuat, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem sikap yang dibuat hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit sikap yang dibuat olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Yang belakang sekali dari analisis ini yaitu visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memanfaatkan media tersebut. Analisis ini pada berkesudahan lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian bidang ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini selisih dari sang guru, Talcott Parson mengetengahkan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara semuanya maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini artiannya sistem sosial yang tidak kekurangan pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berjalan pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang lebih akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bentuk , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional dijadikan bertentangan.
  • Indispensability, bidang standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bidang anggota yang tidak terpisahkan dari semuanya. Hal ini artiannya fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang tidak kekurangan di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang tidak kekurangan didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, penduduk dan budaya, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara semuanya, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengetengahkan bahwa para pakar sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu diberikan ciri utama oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang mengembang lebih akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang disimpankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang disimpankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh.

The middle range theory yaitu teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan semuanya upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki beragam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melakukan tarik dan menyambung, artiannya apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori yang belakang sekali di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri merumuskan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu tidak kekurangan konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang tidak kekurangan tidaklah positif tetapi tidak kekurangan negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bentuk dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negative pada bidang lain.Hal ini dapat dicontohkan, bentuk penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengetengahkan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat ditetapkan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan melewati keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengetengahkan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest yaitu fungsi yang dikehendaki, laten yaitu yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang tidak kekurangan, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bentuk disfungsional akan selalu tidak kekurangan. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dimainkan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari metode. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori sikap yang dibuat dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bentuk dan dengan beraninya dia mengetengahkan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu tidak kekurangan dalam daftar menu bentuk. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bentuk sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan mengakui bahwa bentuk sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang budaya, bentuk, dan anomi. Budaya diberikan ciri utama sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengemudikan perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau kumpulan tertentu dengan metode lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam bentuk makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . budaya menghendaki tidak kekurangannya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh bentuk sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bentuk akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana tidak kekurangan keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bentuk yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung benar dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak beragam factor. Apapun argumennya anomi dalam bentuk apalagi yang kaku akan cenderung lebih akbar. Dari sini, Merton tidak beristirahat dengan deskripsi tentang bentuk , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bentuk tersebut. Pengaruh lembaga atau bentuk terhadap perilaku seseorang yaitu adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha menampakkan bagaimana bentuk sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang tidak kekurangan dalam penduduk sehingga mereka lebih , menampakkan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat mempersiapkan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang tidak kekurangan Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala konsep yang telah tidak kekurangan. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh selisih dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan pengetahuan pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, sepakbola.biz, dan sebagainya.

Page 3

Metode penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural yaitu sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berusaha menafsirkan penduduk sebagai sebuah bentuk dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara semuanya dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang melakukan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam artian paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, yang belakang sekali suatu peristiwanya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural yaitu suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis yaitu menganggap penduduk sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya beranjak dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik yang belakang sekali dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan berusaha mendapatkan kesamaan selang penduduk dengan organisme, hingga berkesudahan mengembang dijadikan apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dijadikan panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk yaitu sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dijadikan seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika tidak kekurangan yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang dijadikan sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua bidang dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat yaitu

  • Visi substantif mengenai sikap yang dibuat sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bentuk sosial.

Konsep Weber mengenai sikap yang dibuat sosial ini berjasa dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai sikap yang dibuat aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga menengah zaman, fungsionalisme dijadikan teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dijadikan karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai pandai teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah zaman sejak ia menyebarluaskan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya yaitu teori sosiologi harus memanfaatkan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan metode ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat dekat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat yaitu organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang meliputi persoalan dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem sikap yang dibuat diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu sikap yang dibuat, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem sikap yang dibuat hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit sikap yang dibuat olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Yang belakang sekali dari analisis ini yaitu visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memanfaatkan media tersebut. Analisis ini pada berkesudahan lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian bidang ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini selisih dari sang guru, Talcott Parson mengetengahkan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial hukum budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara semuanya maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini artiannya sistem sosial yang tidak kekurangan pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berjalan pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang lebih akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bentuk , hukum budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan hukum budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional dijadikan bertentangan.
  • Indispensability, bidang standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari semuanya. Hal ini artiannya fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang tidak kekurangan di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang tidak kekurangan didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, penduduk dan hukum budaya, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara semuanya, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengetengahkan bahwa para pandai sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu diberikan ciri utama oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang mengembang lebih akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang disimpankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang disimpankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh.

The middle range theory yaitu teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan semuanya upaya sistematis yang inklusif untuk mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki beragam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melakukan tarik dan menyambung, artiannya apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori yang belakang sekali di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri merumuskan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu tidak kekurangan konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang tidak kekurangan tidaklah positif tetapi tidak kekurangan negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bentuk dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, bentuk penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki untuk memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengetengahkan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat dipilihkan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Untuk itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengetengahkan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest yaitu fungsi yang dikehendaki, laten yaitu yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang tidak kekurangan, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bentuk disfungsional akan selalu tidak kekurangan. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dimainkan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari metode. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori sikap yang dibuat dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bentuk dan dengan beraninya dia mengetengahkan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu tidak kekurangan dalam daftar menu bentuk. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bentuk sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan mengakui bahwa bentuk sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang hukum budaya, bentuk, dan anomi. Hukum budaya diberikan ciri utama sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengemudikan perilaku yang sama untuk seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau kumpulan tertentu dengan metode lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam bentuk makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . hukum budaya menghendaki tidak kekurangannya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh bentuk sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bentuk akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana tidak kekurangan keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bentuk yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung benar dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan yang belakang sekali suatu peristiwa beragam factor. Apapun argumennya anomi dalam bentuk apalagi yang kaku akan cenderung lebih akbar. Dari sini, Merton tidak beristirahat dengan deskripsi tentang bentuk , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bentuk tersebut. Pengaruh lembaga atau bentuk terhadap perilaku seseorang yaitu adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha memperlihatkan bagaimana bentuk sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang tidak kekurangan dalam penduduk sehingga mereka lebih , memperlihatkan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat mempersiapkan sarana kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang tidak kekurangan Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala konsep yang telah tidak kekurangan. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh selisih dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi hukum budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, sepakbola.biz, dan sebagainya.

Page 4

Metode penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural yaitu sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berusaha menafsirkan masyarakat sebagai sebuah bentuk dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian masyarakat ini sebagai "organ" yang melakukan pekerjaan demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam artian paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, yang belakang sekali suatu peristiwanya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural yaitu suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya beranjak dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik yang belakang sekali dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang masyarakat dengan organisme, hingga beristirahat mengembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat yaitu sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika tidak kekurangan yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk beragam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat yaitu

  • Visi substantif mengenai sikap yang dibuat sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bentuk sosial.

Konsep Weber mengenai sikap yang dibuat sosial ini berjasa dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai sikap yang dibuat aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga menengah zaman, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai pandai teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah zaman sejak ia menyebarluaskan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya yaitu teori sosiologi harus memanfaatkan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan metode ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat dekat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat yaitu organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang mencakup persoalan dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem sikap yang dibuat diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu sikap yang dibuat, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem sikap yang dibuat hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit sikap yang dibuat olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Yang belakang sekali dari analisis ini yaitu visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran memanfaatkan media tersebut. Analisis ini pada beristirahat lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini selisih dari sang guru, Talcott Parson mengetengahkan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi masyarakat , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat, hal ini artiannya sistem sosial yang tidak kekurangan pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berjalan pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bentuk , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini artiannya fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada beragam alternative structural dan fungsional yang tidak kekurangan di dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang tidak kekurangan didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kumpulan, masyarakat dan budaya, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kumpulan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengetengahkan bahwa para pandai sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu diberikan ciri utama oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang mengembang lebih akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang disimpankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang disimpankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh.

The middle range theory yaitu teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif untuk mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki beragam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melakukan tarik dan menyambung, artiannya apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori yang belakang sekali di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri merumuskan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu tidak kekurangan konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang tidak kekurangan tidaklah positif tetapi tidak kekurangan negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bentuk dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, bentuk masyarakat patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki untuk memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengetengahkan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Untuk itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengetengahkan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest yaitu fungsi yang dikehendaki, laten yaitu yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang tidak kekurangan, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bentuk disfungsional akan selalu tidak kekurangan. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dimainkan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari metode. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori sikap yang dibuat dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bentuk dan dengan beraninya dia mengetengahkan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu tidak kekurangan dalam daftar menu bentuk. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bentuk sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan mengakui bahwa bentuk sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang budaya, bentuk, dan anomi. Budaya diberikan ciri utama sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengemudikan perilaku yang sama untuk seluruh anggota masyarakat. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota masyarakat atau kumpulan tertentu dengan metode lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kumpulan untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam bentuk makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . budaya menghendaki tidak kekurangannya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh bentuk sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bentuk akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam masyarakat. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana tidak kekurangan keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bentuk yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung benar dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan yang belakang sekali suatu peristiwa beragam factor. Apapun argumennya anomi dalam bentuk apalagi yang kaku akan cenderung lebih akbar. Dari sini, Merton tidak beristirahat dengan deskripsi tentang bentuk , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bentuk tersebut. Pengaruh lembaga atau bentuk terhadap perilaku seseorang yaitu adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha memperlihatkan bagaimana bentuk sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang tidak kekurangan dalam masyarakat sehingga mereka lebih , memperlihatkan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat mempersiapkan sarana kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari beragam penajabaran yang tidak kekurangan Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala konsep yang telah tidak kekurangan. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh selisih dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, sepakbola.biz, dan sebagainya.

Page 5

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 sampai tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] sampai tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 6

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 hingga tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] hingga tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 7

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 hingga tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] hingga tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 8

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 sampai tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] sampai tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 9

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 sampai tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] sampai tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 10

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 hingga tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] hingga tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 11

Teritori Papua yaitu yang dijajah Australia secara de facto yang terdiri dari bagian selatan pulau Nugini, eksis dari tahun 1902 hingga tahun 1949. Pulau ini sebelumnya diperintah dari London sebagai Nugini Britania dan tetap sebagai yang dijajah Britania secara de jure[butuh rujukan] hingga tahun 1975 ketika Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia. Teritori ini kini membentuk bagian selatan Papua Nugini, dan yaitu setengah dari negara itu.

Daftar pustaka

  • Colonial Intrusion, Papua New Guinea Centennial Committee, Port Moresby 1984, ISBN 9980-84-009-9

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 12

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang lapang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan penduduk sebagai sebuah bangun dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling paling dasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional adalah August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis adalah menganggap penduduk sebagai organisme biologis adalah terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya berangkat dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik kesudahan dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang penduduk dengan organisme, sampai akhir-akhirnya berkembang dibentuk menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dibentuk menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dibentuk menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika benar yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang dibentuk menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk bermacam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif mengenai tingkah laku yang dibuat sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bangun sosial.

Konsep Weber mengenai tingkah laku yang dibuat sosial ini berguna dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai tingkah laku yang dibuat aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai menengah zaman, fungsionalisme dibentuk menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dibentuk menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme sampai semakin dari dua setengah zaman sejak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan prosedur ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat akrab pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang meliputi masalah dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tingkah laku yang dibuat diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tingkah laku yang dibuat, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tingkah laku yang dibuat hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit tingkah laku yang dibuat olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kesudahan dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhir-akhirnya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini lain dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara keseluruhan maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini berarti sistem sosial yang benar pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlangsung pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang semakin akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bangun , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional dibentuk menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada bermacam alternative structural dan fungsional yang benar di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton diberitahukan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang benar didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kelompok, penduduk dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para berbakat sosiologi harus semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang diamankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki bermacam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan memainkan tarik dan menyambung, berarti apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori kesudahan di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu benar konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang benar tidaklah positif tetapi benar negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bangun dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat berisi konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, bangun penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini berisi konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat dipilihkan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang benar, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bangun disfungsional akan selalu benar. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari prosedur. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tingkah laku yang dibuat dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bangun dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu benar dalam daftar menu bangun. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bangun sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dibubarkan. Dengan mengakui bahwa bangun sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang kebudayaan, bangun, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengemudikan perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau kelompok tertentu dengan prosedur lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam bangun makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki demikianlah keadaanya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh bangun sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bangun akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana benar keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bangun yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung mempunyai dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak bermacam factor. Apapun gagasannya anomi dalam bangun lebih-lebih yang kaku akan cenderung semakin akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang bangun , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bangun tersebut. Pengaruh lembaga atau bangun terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton adalah the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha memperlihatkan bagaimana bangun sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang benar dalam penduduk sehingga mereka semakin , memperlihatkan kebaikan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari bermacam penajabaran yang benar Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala konsep yang telah benar. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh lain dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dll-nya.

Page 13

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang lapang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan penduduk sebagai sebuah bangun dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab pemikiran.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional adalah August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis adalah menganggap penduduk sebagai organisme biologis adalah terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kesudahan dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang penduduk dengan organisme, hingga akhir-akhirnya berkembang dibentuk menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dibentuk menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dibentuk menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika benar yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang dibentuk menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk bermacam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif mengenai tingkah laku yang dibuat sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bangun sosial.

Pemikiran Weber mengenai tingkah laku yang dibuat sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai tingkah laku yang dibuat aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga menengah zaman, fungsionalisme dibentuk menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dibentuk menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga semakin dari dua setengah zaman sejak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan prosedur ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat akrab pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang mencakup masalah dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tingkah laku yang dibuat diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tingkah laku yang dibuat, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tingkah laku yang dibuat hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit tingkah laku yang dibuat olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kesudahan dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhir-akhirnya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini lain dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara keseluruhan maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini berarti sistem sosial yang benar pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlangsung pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang semakin akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bangun , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional dibentuk menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada bermacam alternative structural dan fungsional yang benar di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton diberitahukan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang benar didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kelompok, penduduk dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para berbakat sosiologi harus semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang diamankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki bermacam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan memainkan tarik dan menyambung, berarti apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori kesudahan di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu benar konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang benar tidaklah positif tetapi benar negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bangun dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat berisi konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, bangun penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini berisi konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat dipilihkan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang benar, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bangun disfungsional akan selalu benar. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari prosedur. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tingkah laku yang dibuat dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bangun dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu benar dalam daftar menu bangun. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bangun sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dibubarkan. Dengan mengakui bahwa bangun sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang kebudayaan, bangun, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengemudikan perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau kelompok tertentu dengan prosedur lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam bangun makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki demikianlah keadaanya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh bangun sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bangun akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana benar keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bangun yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung mempunyai dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak bermacam factor. Apapun gagasannya anomi dalam bangun lebih-lebih yang kaku akan cenderung semakin akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang bangun , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bangun tersebut. Pengaruh lembaga atau bangun terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton adalah the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha memperlihatkan bagaimana bangun sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang benar dalam penduduk sehingga mereka semakin , memperlihatkan kebaikan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari bermacam penajabaran yang benar Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah benar. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh lain dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dll-nya.

Page 14

Metode penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang lapang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan penduduk sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional adalah August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis adalah menganggap penduduk sebagai organisme biologis adalah terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya berangkat dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik akhir dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang penduduk dengan organisme, sampai akhir-akhirnya berkembang dibentuk menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dibentuk menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dibentuk menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika benar yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang dibentuk menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk bermacam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif mengenai aksi sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Konsep Weber mengenai aksi sosial ini berguna dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai aksi aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai menengah zaman, fungsionalisme dibentuk menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dibentuk menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme sampai semakin dari dua setengah zaman sejak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan prosedur ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat ketat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bangun sistem analisis yang meliputi masalah dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem aksi diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu aksi, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem aksi hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit aksi olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kesudahan dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhir-akhirnya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini lain dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara keseluruhan maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini berarti sistem sosial yang benar pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlangsung pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang semakin akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bangun dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional dibentuk menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada bermacam alternative structural dan fungsional yang benar di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton diberitahukan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang benar didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, golongan, penduduk dan norma budaya istiadat, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan golongan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para berbakat sosiologi harus semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang diamankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki bermacam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan memainkan tarik dan menyambung, berarti apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori akhir di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri memberikan makna fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu benar konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang benar tidaklah positif tetapi benar negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat benar isinya konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, struktur penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini benar isinya konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat dipilihkan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang benar, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional akan selalu benar. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari prosedur. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori aksi dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu benar dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dicerai-beraikan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang norma budaya istiadat, struktur, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengendarai perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau golongan tertentu dengan prosedur lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota golongan bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam struktur makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . norma budaya istiadat menghendaki demikianlah keadaanya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana benar keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung ada dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak bermacam factor. Apapun gagasannya anomi dalam struktur lebih-lebih yang kaku akan cenderung semakin akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang struktur , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton adalah the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berupaya memperlihatkan bagaimana struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang benar dalam penduduk sehingga mereka semakin , memperlihatkan akhlak non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari bermacam penajabaran yang benar Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala konsep yang telah benar. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh lain dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dll-nya.

Page 15

Metode penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang lapang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan penduduk sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional adalah August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis adalah menganggap penduduk sebagai organisme biologis adalah terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya berangkat dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik akhir dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang penduduk dengan organisme, sampai akhir-akhirnya berkembang dibentuk menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dibentuk menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dibentuk menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika benar yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang dibentuk menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk bermacam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif mengenai aksi sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Konsep Weber mengenai aksi sosial ini berguna dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai aksi aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai menengah zaman, fungsionalisme dibentuk menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dibentuk menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme sampai semakin dari dua setengah zaman sejak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan prosedur ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat ketat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bangun sistem analisis yang meliputi masalah dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem aksi diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu aksi, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem aksi hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit aksi olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kesudahan dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhir-akhirnya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini lain dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara keseluruhan maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini berarti sistem sosial yang benar pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlangsung pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang semakin akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bangun dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional dibentuk menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada bermacam alternative structural dan fungsional yang benar di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton diberitahukan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang benar didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, golongan, penduduk dan norma budaya istiadat, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan golongan. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para berbakat sosiologi harus semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang diamankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki bermacam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan memainkan tarik dan menyambung, berarti apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori akhir di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri memberikan makna fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu benar konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang benar tidaklah positif tetapi benar negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat benar isinya konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, struktur penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini benar isinya konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat dipilihkan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang benar, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional akan selalu benar. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari prosedur. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori aksi dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu benar dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dicerai-beraikan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang norma budaya istiadat, struktur, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengendarai perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau golongan tertentu dengan prosedur lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota golongan bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam struktur makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . norma budaya istiadat menghendaki demikianlah keadaanya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana benar keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung ada dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak bermacam factor. Apapun gagasannya anomi dalam struktur lebih-lebih yang kaku akan cenderung semakin akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang struktur , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton adalah the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berupaya memperlihatkan bagaimana struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang benar dalam penduduk sehingga mereka semakin , memperlihatkan adab non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari bermacam penajabaran yang benar Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala konsep yang telah benar. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh lain dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dll-nya.

Page 16

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang lapang dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan penduduk sebagai sebuah bangun dengan bagian-bagian yang saling berkomunikasi. Fungsionalisme menafsirkan penduduk secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, norma budaya, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian penduduk ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[1] Dalam guna paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya bagi menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, norma budaya, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons, "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab konsep.[2][3]

Asumsi dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu kontruksi teori yang paling akbar pengaruhnya dalam ilmu sosial di zaman sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali menyalakan fungsional adalah August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Konsep structural fungsional sangat dipengaruhi oleh konsep biologis adalah menganggap penduduk sebagai organisme biologis adalah terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut adalah hasil atau konsekuensi supaya organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan bagi mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini permulaannya berangkat dari konsep Emile Durkheim, dimana konsep Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan konsepnya mengenai analogi organismik kesudahan dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan selang penduduk dengan organisme, sampai akhir-akhirnya berkembang dibentuk menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini dibentuk menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa penduduk adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat anggota – anggota yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem dibentuk menjadi seimbang. Anggota tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika benar yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Konsep inilah yang dibentuk menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk bermacam perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh konsep Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

  • Visi substantif mengenai tingkah laku yang dibuat sosial dan
  • Strateginya dalam menganalisis bangun sosial.

Konsep Weber mengenai tingkah laku yang dibuat sosial ini berguna dalam perkembangan konsep Parsons dalam menjelaskan mengenai tingkah laku yang dibuat aktor dalam menginterpretasikan keadaan.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Sampai menengah zaman, fungsionalisme dibentuk menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional dibentuk menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai berbakat teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang dia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme sampai semakin dari dua setengah zaman sejak dia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan prosedur ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat akrab pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep tidak terwujud ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bentuk sistem analisis yang meliputi masalah dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

Sistem tingkah laku yang dibuat diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tingkah laku yang dibuat, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tingkah laku yang dibuat hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa jenis motivasi, selang lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, selang lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit tingkah laku yang dibuat olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.

Kesudahan dari analisis ini adalah visi metafisis yang akbar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha bagi mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhir-akhirnya semakin filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada permulaannya Merton mengkritik sebagian aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini lain dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang akbar dan meliputi seluruhnya sedangkan parson semakin terbatas dan menengah.

Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional[ hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun sebagian postulat tersebut selang lain:

  • Kesatuan fungsi penduduk , seluruh keyakinan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi penduduk secara keseluruhan maupun bagi individu dalam penduduk, hal ini berarti sistem sosial yang benar pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlangsung pada penduduk kecil tetapi generalisasi pada penduduk yang semakin akbar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh bangun , budaya, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan budaya yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi sampai bunuh diri. Postulat structural fungsional dibentuk menjadi bertentangan.
  • Indispensability, aspek standard penduduk tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan anggota bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh penduduk. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada bermacam alternative structural dan fungsional yang benar di dalam penduduk yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton diberitahukan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang benar didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kelompok, penduduk dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.

Permulaannya saluran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam penjelasan ini Merton memberikan konsep tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para berbakat sosiologi harus semakin maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori akbar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di selang hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin akbar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang meliputi semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamankan dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi bagi membimbing penelitian empiris. Dia adalah jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan bagi mempertanggungjawabkan apa yang diamankan, dan bayangan terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi adalah kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris dapat diperoleh.

The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif bagi mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki bermacam pemahaman bahwa secara prinsip digunakan bagi panduan temuan-temuan empiris, adalah lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan bagi mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi dia cukup jelas dengan data yang terobservasi bagi digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan memainkan tarik dan menyambung, berarti apa yang dia kritik terhadap fungsionalis adalah jalan yang dia tempuh bagi menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil kontruksi teori kesudahan di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik.

Para stuktural fungsional pada permulaannya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis permulaan cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang membuat adaptasi atau penyesuian, karena selalu benar konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang benar tidaklah positif tetapi benar negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika bangun dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat berisi konsekuensi negative pada anggota lain.Hal ini dapat dicontohkan, bangun penduduk patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki bagi memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini berisi konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat dipilihkan manakah yang semakin penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Bagi itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.

Dalam penjelasan semakin lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang benar, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu bangun disfungsional akan selalu benar. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari prosedur. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tingkah laku yang dibuat dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan selang intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang bangun dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar konsep yang mendahuluinya. Tetapi, semakin jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu benar dalam daftar menu bangun. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua bangun sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi sebagian sistem sosial dapat dibubarkan. Dengan mengakui bahwa bangun sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.

Analisi Merton tentang hubungan selang kebudayaan, bangun, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengemudikan perilaku yang sama bagi seluruh anggota penduduk. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota penduduk atau kelompok tertentu dengan prosedur lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi sempit selang norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok bagi bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jabatan mereka dalam bangun makamirakat sebagian orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki demikianlah keadaanya sebagian jenis perilaku yang dicegah oleh bangun sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi selang kebudayan dnegan bangun akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam penduduk. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus semakin kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana benar keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam bangun yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung mempunyai dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan dampak bermacam factor. Apapun gagasannya anomi dalam bangun lebih-lebih yang kaku akan cenderung semakin akbar. Dari sini, Merton tidak selesai dengan deskripsi tentang bangun , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi bangun tersebut. Pengaruh lembaga atau bangun terhadap perilaku seseorang adalah adalah tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton adalah the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha memperlihatkan bagaimana bangun sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang benar dalam penduduk sehingga mereka semakin , memperlihatkan kebaikan budi pekerti non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan bagi mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.

Dari bermacam penajabaran yang benar Pemahaman Merton membawa pada tantangan bagi mengkonfirmasi segala konsep yang telah benar. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang semakin jauh lain dengan apa yang konsep Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu ilmu, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

  • Kingsley Davis
  • Michael Denton
  • Émile Durkheim
  • David Keen
  • Niklas Luhmann
  • Bronisław Malinowski
  • Robert K. Merton
  • Wilbert E. Moore
  • George Murdock
  • Talcott Parsons
  • Alfred Reginald Radcliffe-Brown
  • Herbert Spencer
  • Fei Xiaotong

Lihat pula

  • Antropologi budaya
  • Antropologi struktural
  • Ekonomi institusi baru
  • Interaksionisme simbolis
  • Neofungsionalisme [sosiologi]
  • Pascastrukturalisme
  • Rantai kekosongan
  • Strukturalisme
  • Strukturalisme fungsional
  • Teori sistem
  • Teori sistem sosioteknik

Bahan bacaan

  • Barnard, A. 2000. History and Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Barnard, A., and Good, A. 1984. Research Practices in the Study of Kinship. London: Academic Press.
  • Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
  • Holy, L. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
  • Kuper, A. 1988. The Invention of Primitive Society: Transformations of an Illusion. London: Routledge.
  • Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
  • Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.
  • Leach, E. 1954. Political Systems of Highland Burma. London: Bell.
  • Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
  • Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and Spottis-woode.
  • Coser, L., [1977] Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context, 2nd Ed., Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., pp. 140–143.
  • Craib, I., [1992] Modern Social Theory: From Parsons to Habermas, Harvester Wheatsheaf, London
  • Cuff, E. & Payne, G.,[eds] [1984] Perspectives in Sociology, Allen & Unwin, London
  • Davis, K [1959]. "The Myth of Functional Analysis as a Special Method in Sociology and Anthropology", American Sociological Review, 24[6], 757-772.
  • Elster, J., [1990], “Merton's Functionalism and the Unintended Consequences of Action”, in Clark, J., Modgil, C. & Modgil, S., [eds] Robert Merton: Consensus and Controversy, Falmer Press, London, pp. 129–35
  • Gingrich , P., [1999] “Functionalism and Parsons” in Sociology 250 Subject Notes, University of Regina, accessed, 24/5/06, uregina.ca
  • Holmwood, J., [2005] “Functionalism and its Critics” in Harrington, A., [ed] Modern Social Theory: an introduction, Oxford University Press, Oxford, pp. 87–109
  • Homans, George Casper [1962]. Sentiments and Activities. New York: The Free Press of Glencoe.
  • Hoult, Thomas Ford [1969]. Dictionary of Modern Sociology.
  • Lenski, Gerhard [1966]. "Power and Privilege: A Theory of Social Stratification." New York: McGraw-Hill.
  • Lenski, Gerhard [2005]. "Evolutionary-Ecological Theory." Boulder, CO: Paradigm.
  • Maryanski, Alexandra [1998]. "Evolutionary Sociology." Advances in Human Ecology. 7:1-56.
  • Maryanski, Alexandra and Jonathan Turner [1992]. "The Social Cage: Human Nature and the Evolution of Society." Stanford: Stanford University Press.
  • Marshall, Gordon [1994]. The Concise Oxford Dictionary of Sociology. ISBN 019285237X
  • Merton, Robert [1957]. Social Theory and Social Structure, revised and enlarged. London: The Free Press of Glencoe.
  • Nolan, Patrick and Gerhard Lenski [2004]. Human Societies: An Introduction to Macrosociology." Boulder, CO: Paradigm.
  • Parsons, Talcott [1951] The Social System, Routledge, London
  • Parsons, T., & Shils, A., [eds] [1976] Toward a General Theory of Action, Harvard University Press, Cambridge
  • Parsons, T., [1961] Theories of Society: foundations of modern sociological theory, Free Press, New York
  • Perey, Arnold [2005] "Malinowski, His Diary, and Men Today [with a note on the nature of Malinowskian functionalism]
  • Ritzer, G., [1983] Sociological Theory, Knopf Inc, New York
  • Sanderson, Stephen K. [1999]. "Social Transformations: A General Theory of Historical Development." Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
  • Turner, Jonathan [1985]. "Herbert Spencer: A Renewed Appreciation." Beverly Hills: Sage.
  • Turner, Jonathan [1995]. "Macrodynamics: Toward a Theory on the Organization of Human Populations." New Brunswick: Rutgers University Press.
  • Turner, Jonathan and Jan Stets [2005]. "The Sociology of Emotions." Cambridge. Cambridge University Press.

Catatan kaki

  1. ^ Urry, John [2000]. "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3. 
  2. ^ Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
  3. ^ Bourricaud, F. 'The Sociology of Talcott Parsons' Chicago University Press. ISBN 0-226-067564. p. 94

Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dll-nya.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề