Sumber air yang bisa digunakan untuk dikonsumsi adalah air

  • Air minum merupakan kebutuhan paling penting dalam kehidupan manusia
  • Menjaga kualitas air dan sumber air bersih itu sendiri merupakan kewajiban setiap orang
  • 90% dari kasus diare di negara berkembang terjadi akibat kualitas air minum yang buruk
  • Metode filterisasi dapat menjadi solusi konkrit untuk menjaga air minum tetap berkualitas

Air minum adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidrasi pada tubuh manusia. Hal ini dikarenakan tubuh manusia sebagian besarnya diliputi oleh cairan. Sehingga, kekurangan air atau yang dikenal dehidrasi dimungkinkan dapat menurunkan fungsi-fungsi dari tubuh itu sendiri. Namun, air yang dibutuhkan tubuh bukanlah air sembarangan. Terdapat beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar air yang dikonsumsi tersebut benar-benar layak dan aman. Syarat dasarnya adalah harus terbebas dari bakteri dan kuman serta terhindar dari kontaminasi zat-zat yang berbahaya.

Sumber Air Minum

Oleh karena air yang bisa diminum memiliki peranan penting dalam mencukupi kebutuhan nutrisi manusia. Maka mesti disadari perlunya menjaga kualitas dari sumber air minum itu sendiri. Beberapa sumber air minum yang dapat kita ketahui adalah:

  • Sumber air dari tanah, contohnya air sumur, dsb.
  • Sumber air dari langit, contohnya air hujan, salju, dsb
  • Sumber air permukaan bumi, contohnya bengawan, aliran sungai, gletser, dsb
  • Sumber air biologis yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan
  • Sumber air daur ulang dari air laut
  • Jaringan pemasok air bersih

Sumber-sumber air bersih layak minum tersebut tidak serta merta bersih dan layak langsung dikonsumsi atau digunakan. Faktor-faktor yang dapat menjadikan sumber air minum tersebut tidak layak digunakan misalnya, dekatnya sumber air minum itu dengan kegiatan industri. Hal ini dikarenakan limbah atau pembuangan akhir industri dialirkan atau melewati dari sumber air tersebut. Juga kebiasaan membuang sampah sembarangan dapat pula membuat sumber air minum itu tercemar. Dan terakhir, juga bisa karena faktor bencana alam seperti tsunami misalnya yang menimpa Aceh pada 2004 yang lalu. Saat itu air laut mencemari sumber-sumber air tawar sehingga tidak bisa dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Sementara, faktor-faktor alami yang juga mempengaruhi air minum seperti terdapatnya partikel zat padat terlarut yang terbawa dari tanah dan bebatuan masih bisa ditolerir sebagai sumber air yang dapat digunakan.

Sumber Air Minum dapat Diperbaiki

Saat ini terdapat istilah Improved Water Source, yang digunakan untuk mengkategorikan level dan tipe sumber air. Pada tahun 2002, program ini didukung oleh JMP [Joint Monitoring Program] untuk program pengadaan air dan sanitasi yang merupakan program kerjasama UNICEF dan juga WHO. Program tersebut bertujuan untuk mengawasi dan mendukung perkembangan Millennium Development Goal [MDG] dalam penyediaan kebutuhan air minum dan sanitasi. Tujuannya [MDG 7, target 7c] adalah menargetkan pada tahun 2015, bahwa masyarakat dapat mengakses air minum dan sanitasi yang aman serta berkelanjutan.

Di Indonesia, program pengadaan air dan sanitasi juga dilakukan oleh berbagai LSM Lingkungan yang didukung pemerintah melalui Dinas Kesehatan. Program tersebut dinamakan Strategi Total Berbasis Masyarakat yang didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014.

Dalam rangkaian STBM inilah, Nazava  terlibat sebagai perusahaan yang memang fokus terhadap perbaikan kualitas sumber dan air layak konsumsi di Indonesia. Pedoman Nazava yang berkiblat pada WHO serta terobosan tentang metode penyaringan membuat Nazava beserta produk-produknya benar-benar diperhitungkan pasar. Terlebih perusahaan ini kerap memberikan sosialisasi positif terhadap pentingnya menjaga kualitas air minum langsung ke tengah masyarakat. Dengan rangkaian produknya yang bermacam-macam, maka solusi yang ditawarkan pun menjadi efektif. Sebab, setiap produk dari Nazava dibuat untuk penyelesaian kondisi atau kasus yang berbeda-beda. Sehingga, jika Anda berpikir jika kualitas sumber air di rumah atau di lingkungan tempat Anda tinggal itu bermasalah, dan Anda bingung dalam menemukan solusinya, maka Anda dapat berkonsultasi dengan Nazava terlebih dahulu untuk penyelesaian masalah Anda tersebut.

Kualitas Air Minum

Sebanyak 90% dari kasus penyakit diare yang menimpa masyarakat, terutama pada balita dan ibu hamil di negara berkembang salah satunya terjadi karena sumber air minum yang tidak berkualitas. Seperti yang terjadi di Bangladesh, sekitar setengah dari 12 juta air sumur di negara tersebut dipastikan telah terkontaminasi oleh zat arsenik. Hal ini terjadi dikarenakan sumur-sumur tersebut tidak digali cukup dalam [kurang dari 100 meter] sehingga zat-zat seperti arsenik menjadi pekat. Padahal, pada tahun 1980-an, United Nation [PBB] berasumsi bahwa air dalam tanah lebih sehat daripada air yang berasal dari sungai dan kanal. Namun nyatanya air tersebut memungkinkan terkontaminasi arsenik dan florida. Bacalah mengenai masalah air sumur disini

Sebanyak 60 juta orang telah teracuni air sumur yang terkontaminasi florida berlebih, yang merupakan larutan dari bebatuan granit. Meskipun penggunaan florida, dalam dosis kecil, membantu memelihara kesehatan, namun dalam dosis besar dapat mengakibatkan deformasi tulang pada anak-anak. Hal yang sama terjadi di Negara Cina, Uzbekistan hingga Etiopia.

Di Indonesia sendiri, permasalahan yang sering muncul terkait masalah kualitas air minum tidak berasal dari faktor air tanah [air sumur] yang terkontaminasi oleh oleh florida dan arsenik. Berdasarkan hasil survey Nazava bersama Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Universitas ITB Bandung, masalah kualitas air minum di Indonesia meliputi kontaminasi bakteri, besi, mangan, dan intrusi, air laut [TDS tinggi] serta gambut. Sementara untuk zat arsenik, meski sempat terdapat laporan kontaminasi arsenik pada beberapa sumur di Sumatera Selatan, namun sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan, kontaminasi arsenik sangat jarang terjadi pada sumur di luar daerah pertambangan.

Selama ini diketahui bahwa untuk membersihkan air dari bakteri maupun dari zat-zat lainnya adalah dengan merebus air tersebut hingga 100 °C terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Namun, kenyataannya, tindakan tersebut tidaklah benar-benar membersihkan air, sebab beberapa zat kimia terutama logam yang terlarut tidak dapat hilang meski telah dilakukan perebusan pada air.Oleh karena itu, metode filterisasi pada air dapat menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut.

Persyaratan air Minum

Parameter untuk mengukur kelayakan air minum dapat dilihat dari 3 hal, yaitu: dari fisiknya, dari kandungan zat kimianya dan dari mikrobiologisnya. Jika dilihat dari parameter fisik dan kandungan kimianya, maka parameter utama yang dilihat meliputi adanya logam berat, adanya senyawa organik, jumlah zat terlarut atau TDS dan juga tingkat kekeruhannya. Sementara dari parameter mikrobiologisnya meliputi bakteri coliform, E. coli, vibrio cholera [penyebab penyakit kolera], virus dan parasit protozoan.

Sebenarnya, untuk panduan mengenai standar kelayakan air minum telah dipublikasikan baik secara internasional maupun di dalam negeri. Standardisasi Internasional untuk air minum semisal ISO 24510 sementara untuk di Indonesia persyaratan air minum diatur dalam Peraturan Kementrian Kesehatan  492 tanggal 19 April 2010.

Di Eropa sendiri telah menetapkan ketentuan kualitas air melalui petunjuk dewan parlemen Eropa 2000/60/EC pada 23 Oktober 2000 untuk membangun kerangka kerja kebijakan air layak konsumsi untuk masyarakat. Di Amerika Serikat, standar kelayakan air keran diatur oleh EPA [Environmental Protection Agency] dan SDWA [Public Water System under the Safe Drinking Act]. Sedangkan FDA [Food and Drug Administration] mengatur regulasi kelayakan air minum dalam kemasan.

Sebagai tambahan, aspek kualitas dan kuantitas air minum untuk hewan lokal juga telah diteliti dan dijelaskan dalam bidang ilmu peternakan. Beberapa penelitian mengungkap bahwa hewan lokal dan liar seperti merpati liar tidak memedulikan sumber air yang layak konsumsi baginya.

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.[1]

Air bersih

Air minum

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri [misalnya Escherichia coli] atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100°C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.[butuh rujukan]

Air bersih memiliki ciri-ciri awal yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Pada air bersih yang sehat, tidak terdapat kontaminan mikrobiologi mapun senyawa kimia. Kebersihan air ini dinilai dari sifat fisika, kimia dan biologi. Ketidaklayakan pada salah satu penilaian menandakan bahwa air tidak masuk dalam kategori air bersih yang dapat diminum atau dipakai untuk keperluan lain.[2]

Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Ketersediaan ini [sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang] sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut sering kali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya cukup, lokasinya membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke tempat-tempat yang memerlukan.[butuh rujukan]

Curah hujan

Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/ berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang mahal untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kemarau dan untuk menekan kerusakan musibah banjir.[butuh rujukan]

Air permukaan

Air permukaan adalah air yang berada di permukaan Bumi yang berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tetapi berada di permukaan tanah. Kualitas air ini biasanya tergantung daerah sekitarnya di mana air itu berada. Air permukaan kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, oleh karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan, air ini terdiri dari; air sungai, telaga, danau, rawa dan sebagainya.[butuh rujukan]

Air bawah tanah

Air bawah tanah dalah air yang berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi alamiah. Yang termasuk sumber air jenis ini terdiri dari air sumur dangkal, sumur dalam dan mata air.[butuh rujukan]

Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada lahan yang diairi dengan irigasi [untuk penghematan dalam jangka pendek] dapat berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah.[3]

Industri

Industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama, penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air permukaan atau air bawah tanah, sehingga menjadi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri sering dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan apapun. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.[butuh rujukan]

Rumah tangga

Negara berkembang

Di beberapa tempat di negara bagian Tamil Nadu di India bagian selatan yang tidak memiliki hukum yang mengatur pemasangan penyedotan sumur pipa atau yang membatasi penyedotan air tanah, permukaan air tanah anjlok 24 hingga 30 meter selama tahun 1970-an sebagai akibat dari tak terkendalikannya pemompaan atau pengairan. Pada sebuah konferensi air pada tahun 2006 wakil dari suatu negara yang kering melaporkan bahwa 240.000 sumur pribadi yang dibor tanpa mengindahkan kapasitas jaringan sumber air mengakibatkan kekeringan dan peningkatan kadar garam.[butuh rujukan]

Negara maju

Seperlima dari seluruh tanah irigasi di Amerika Serikat tergantung hanya pada jaringan sumber air [Aquifer] Agallala yang hampir tak pernah menerima pasok secara alami. Selama 4 dasawarsa terakhir terhitung dari tahun 2006, sistem jaringan yang tergantung pada sumber ini meluas dari 2 juta hektare menjadi 8 juta, dan kira-kira 500 kilometer kubik air telah tersedot. Jaringan sumber ini sekarang sudah setengah kering kerontang di bawah sejumlah negara bagian. Sumber-sumber air juga mengalami kemerosotan mutu, di samping pencemaran dari limbah industri dan limbah perkotaan yang tidak diolah, seperti pengotoran berat dari sisa-sisa dari lahan pertanian. Misalnya, di bagian barat Amerika Serikat, sungai Colorado bagian bawah sekarang ini demikian tinggi kadar garamnya sebagai akibat dari dampak arus balik irigasi sehingga di Meksiko sudah tidak bermanfaat lagi, dan sekarang Amerika Serikat terpaksa membangun suatu proyek besar untuk memurnikan air garam di Yuma, Arizona, guna meningkatkan mutu sungainya. Situasi di wilayah perkotaan jauh lebih jelek daripada di daerah sumber dimana rumah tangga yang terlayani terpaksa merawat WC dengan cara seadanya karena langkanya air, dan tanki septik membludak karena layanan pengurasan tidak dapat diandalkan, atau hanya dengan menggunakan cara-cara lain yang sama-sama tidak tuntas dan tidak sehat. Hal ini tidak saja mengakibatkan masalah bagi penggunanya sendiri, tetap juga sering berbahaya terhadap orang lain dan merupakan ancaman bagi lingkungan karena limbah mereka lepas tanpa proses pengolahan.[butuh rujukan]

 

Program percontohan penyediaan air bersih melalui sambungan saluran rumah tangga oleh USAID dan ESP.

Ketiadaan air bersih mengakibatkan:

  1. Penyakit diare.[4] Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi anak-anak di bawah umur lima tahun. Sebanyak 13 juta anak-anak balita mengalami diare setiap tahun. Air yang terkontaminasi dan pengetahuan yang kurang tentang budaya hidup bersih ditenggarai menjadi akar permasalahan ini. Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia tidak memiliki akses air bersih.[5]
  2. Kecacingan.[4]
  3. Pemiskinan. Rumah tangga yang membeli air dari para penjaja membayar dua kali hingga enam kali dari rata-rata yang dibayar bulanan oleh mereka yang mempunyai sambungan saluran pribadi untuk volume air yang hanya sepersepuluhnya[6]

Walaupun air meliputi 70% permukaan bumi dengan jumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik, namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang dapat benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudra atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya, tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah.[butuh rujukan]

Keributan masalah air bersih bisa terjadi dalam suatu negara, kawasan, ataupun berdampak ke benua luas karena penggunaan air secara bersama-sama. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh dua negara atau lebih; Sungai Nil oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai, yang meliputi lebih dari separuh permukaan Bumi, digunakan bersama oleh dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya.[butuh rujukan]

Di seluruh dunia, kira-kira 20 negara, hampir semuanya di kawasan negara berkembang, memiliki sumber air yang dapat diperbarui hanya di bawah 1.000 meter kubik untuk setiap orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk tiap orang.[butuh rujukan]

Penduduk dunia yang pada 2006 berjumlah 5,3 miliar diperkirakan akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025 akan didera oleh ketersediaan air bersih. Laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di negara-negara berkembang.[butuh rujukan]

Standar air bersih diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Pada Lampiran 1, Bab II Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, disebutkan parameter air untuk kebutuhan Higiene Sanitasi sebagai berikut:[butuh rujukan]

Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
1 Kekeruhan NTU 25
2 Warna TCU 20
3 Zat padat terlarut mg/l 1000
4 Suhu oC suhu udara + 3
5 Rasa tidak berasa
6 Bau tidak berbau
Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
1 Total coliform CFU/100ml 50
2 E. Coli CFU/100ml 0
Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu [kadar maksimum]
1 pH 6,5 - 8,5
2 Besi mg/l 1
3 Florida mg/l 1,5
4 Kesadahan [CaCO3] mg/l 500
5 Mangan mg/l 0,5
6 Nitrat, sebagai N mg/l 10
7 Nitrit, sebagai N mg/l 1
8 Sianida mg/l 0,1
9 Deterjen mg/l 0,05
10 Pestisida total mg/l 0,1
  • Air
  • Mata air
  • DAS

  1. ^ Air Bersih Sumber Daya yang Rawan oleh Richard Middleton
  2. ^ Sebayang, P., dkk. [2015]. Teknologi Pengolahan Air Kotor dan Payau Menjadi Air Bersih dan Layak Minum [PDF]. Jakarta: LIPI Press. hlm. 1. ISBN 978-979-799-814-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list [link]
  3. ^ [Indonesia] Middleton, Richard. Air bersih: sumber daya yang rawan. Penggunaan dan penyalahgunaan sumber air.
  4. ^ a b [Indonesia] Middleton, Richard. Makalah Hijau: Air Bersih Sumber Daya yang Rawan. Tabel.2 Kemungkinan Pembatasan Penyakit Melalui Pasokan Air dan Sanitasi
  5. ^ [Inggris] Situs resmi ESP Diarsipkan 2008-06-28 di Wayback Machine.
  6. ^ [Inggris] Whittington, Dale. Penyajian Air dan Pembangunan: Pelajaran dari Dua Negara

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Air_bersih&oldid=21209460"

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề